BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBAHASAN. pemilik dana itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebagian dananya untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah. 1. Pengertian Mudharabah dan Implementasinya

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB III GAMBARAN UMUM BTM COMAL. Kemudian berdasarkan keputusan MUKTAMAR MAMADIYAH periode ke-44

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dengan mengacu atas rumusan masalah penelitian. Maka

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Model Pembiayaan Akad Mudharabah Di BMT HARUM

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

ditetapkan dalam jumlah yang pasti. 2

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mudharabah. Produk Deposito Mudharabah ini berdasarkan dari akad

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

Pengaruh Jumlah Deposito Mudhorobah Terhadap Penerimaan Jumlah Bagi Hasil Mudhorobah Pada PT.Bank Mega Syariah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB II Landasan Teori

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib). 1 Pemilik dana memberikan dananya secara utuh kepada pengelola dana untuk diusahakan dan kemudian hasilnya akan dibagi, besarnya nisbah yang dibagi hasilkan sesuai dengan kesepakatan bersama diawal akad perjanjian. Apabila terjadi kerugian yang diakibatkan oleh pengelola dana, maka pengelola dana tersebut harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Namun apabila kerugian tersebut tidak disengaja (bukan kesalahan mudharib) maka pemilik dana yang akan menanggung kerugian itu. Menurut fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 bahwa mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk membuka suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini posisi lembaga keuangan sebagai pemilik dana dan membiayai 100% atas usaha pengelola, sedangkan posisi pengelola sebagai mudharib. 2 Secara umum, landasan syariah yang membahas tentang mudharabah lebih merujuk untuk melakukan kegiatan usaha. 3 Ini tampak pada ayat berikut: 1 Syafi I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, h. 95. 2 Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Jakarta: CV. Gaung Persada, 2006, h. 43. 3 Syafi I Antonio, Bank, h. 96 7

8 Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keinginan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur an; Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al Muzzammil : 20) Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu ah: 10)

9 2. Rukun Mudharabah Dalam transaksi menggunakan akad mudharabah terdapat rukunrukun yang harus dipenuhi. Rukun tersebut antara lain: 4 1) Pemilik dana (shahibul maal) 2) Pengelola dana (mudharib) 3) Modal 4) Usaha atau pekerjaan 5) Ijab qabul 3. Syarat Mudharabah Sedangkan syarat sah nya yang harus diketahui dan tentunya dipenuhi oleh masing-masing pihak dalam melakukan akad mudharabah adalah: 5 1) Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain) a. Cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai orang yang berakad (aqid) b. Pemilik dana tidak boleh mengikat dan melakukan intervensi kepada pengelola dana. 2) Syarat terkait dengan modal, antara lain: a. Modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya. b. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk asset diperbolehkan asalkan berbentuk barang niaga dan memiliki nilai atau historinya pada saat mengadakan kontrak. c. Besarnya ditentukan secara jelas diawal akad d. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang) e. Modal diserahkan langsung kepada pengelola dana dan secara tunai. f. Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang disepakati 4 Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 45. 5 M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009, h. 106-109.

10 g. Pengembalian modal dapat dilakukan bersamaan dengan waktu penyerahan bagi hasil atau pada saat berakhirnya masa akad mudharabah. 3) Syarat yang terkait dengan keuntungan a. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan. b. Pemilik dana siap mengambil risiko rugi dari modal yang dikelola c. Penentuan angka keuntungan dihitung dengan prosentase hasil usaha yang dikelola oleh pengelola dana berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak d. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas sejumlah modal yang telah diinvestasikan dalam usaha e. Pengelola dana berhak memotong biaya yang berkaitan dengan usaha yang diambil dari modal mudharabah. 4. Jenis-jenis Akad Mudharabah Dalam penerapan akad mudharabah di lembaga keuangan syariah, terdapat dua macam akad mudharabah yang digunakan, yaitu: 6 1) Mudharabah Muthlaqah Merupakan akad mudharabah yang digunakan untuk kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis sesuai dengan permintaan pemilik dana (shahibul maal). 2) Mudharabah Muqayyadah Merupakan akad mudharabah yang mana dalam melakukan kegiatan usahanya, pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu atau dibatasi dengan adanya spesifikasi tertentu kepada pengelola dana. 5. Prinsip-prinsip Dalam Mudharabah Akad mudharabah memiliki prinsip-prinsip yang seharusnya para pihak yang terlibat mengetahuinya. Adapun prinsip tersebut antara lain: 7 6 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 310.

11 1) Prinsip berbagi keuntungan diantara pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah. Laba bersih yang telah diperoleh harus dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana secara adil sesuai dengan porsi yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pembagian laba ini harus dilakukan setelah adanya pengurangan biaya-biaya dan juga modal dari pemilik dana telah dikembalikan secara utuh. 2) Prinsip bagi kerugian diantara masing-masing pihak yang berakad. Dalam mudharabah, asas keseimbangan dan keadilan terletak pada pembagian kerugian apabila usaha yang dijalankan pengelola dana mengalami kerugian. Kerugian tersebut dapat ditanggung oleh pemilik dana, akan tetapi apabila terbukti ada kelalaian yang dilakukan oleh pengelola dana, maka pengelola dana yang akan menanggung kerugian tersebut. 3) Prinsip kejelasan. Sebelum melakukan kontrak mudharabah ini, antara pemilik dana dan pengelola dana harus jelas dalam menyatakan modal yang disertakan, syarat-syarat, porsi bagi hasil yang akan diterima oleh masing-maing pihak dan juga jangka waktu berlakunya akad tersebut. 4) Prinsip kepercayaan dan amanah. Unsur terpenting dalam melaksanakan akad mudharabah ini adalah saling percaya. Pemilik dana mempercayakan dananya untuk dikelola oleh pengelola dana (mudharib). Pemilik dana bisa saja membatalkan kontrak perjanjian akad mudharabah tersebut apabila sudah tidak ada rasa saling percaya. 8 5) Prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian menjadi kunci keberhasilan dari berlangsungnya akad mudharabah. Apabila prinsip kehati-hatian ini tidak dimiliki oleh masing-masing pihak, maka yang terjadi akan menimbulkan kerugian financial, waktu, dan juga tenaga. B. Bagi Hasil 7 Neneng Nurhasanah, MUDHARABAH, dalam Teori dan Praktik, Bandung: PT Refika Aditama, 2015, h. 79. 8 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2007, h. 28.

12 1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi memiliki arti profit sharing. Profit sharing secara istilah merupakan distribusi beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Distribusi pembagian laba ini dapat berbentuk pembagian laba akhir, bonus prestasi, dan juga dalam bentuk yang lain. Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. 9 Bagi hasil ini dapat dilakukan oleh pihak bank dengan nasabah atau pemilik dana maupun antara pengelola dana (mudharib) dengan pihak bank. Dalam kegiatan tersebut, akad yang cocok diterapkan adalah mudharabah dan musyarakah. Dan lebih spesifik lagi, akad mudharabah ini dapat diterapkan di dunia perbankan dan sejenisnya untuk produk tabungan dan deposito mudharabah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penyimpan dana (shahibul maal), sedangkan bank akan bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Selaku pengelola dana, bank akan memutarkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan. Hasil yang didapatkan oleh bank dalam kegiatan tersebut akan dibagi hasilkan kepada nasabah selaku pemilik dana. Sebelum melakukan kontrak, bank akan membuat kesepakatan dengan nasabah mengenai perbandingan perolehan bagi hasil yang akan didapat masing-masing pihak. Adapun faltor yang mempengaruhi besarnya perolehan bagi hasil tersebut antara lain adalah; kesepakatan dari nasabah, prediksi keuntungan yang akan diperoleh, respon pasar, kemampuan memasarkan barang dan masa berlakunya kontrak. 10 9 Muhammad dan Dwi Suwiknyo, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Trust Media, 2009, h.10. 10 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, h. 97.

13 2. Perbedaan Antara Bagi Hasil dan Bunga Dalam perbankan konvensional, instrumen bunga menjadi yang paling identik. Akan tetapi instrumen bunga ini tidak berlaku untuk ekonomi Islam yang diterapkan dalam dunia perbankan Islam atau yang dikenal dengan perbankan syariah. Perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dalam operasionalnya. Terbukti menggunakan prinsip bagi hasil ini jauh relatif efisien karena kecilnya risiko atas kerugian yang akan ditanggung oleh bank. Karena bagi hasil didapat apabila bank selaku pengelola dana nasabah memperoleh pendapatan dari usaha yang dijalankan. Adapun perbedaan bagi hasil dan bunga dapat dilihat dalam table berikut. 11 Bagi Hasil Bunga Penentuan besarnya nisbah bagi Penentuan besarnya bunga dibuat hasil dibuat pada waktu akad pada waktu akad tanpa dengan berpedoman pada berpedoman pada utung bagi. kemungkinan untung bagi. Besarnya nisbah bagi hasil Besarnya persentase bunga berdasarkan pada jumlah berdasarkan pada jumlah uang keuntungan yang diperoleh. (dana) yang dipinjamkan. Pembayaran bagi hasil tergantung Pembayaran bunga tetap seperti pada keuntungan usaha (project) yang dijanjikan tanpa yang dijalankan. Jika ragu, maka risiko akan ditanggung oleh kedua belah pihak sesuai kesepakatan. mempertimbangkan apakah usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah utung atau rugi.. Jumlah bagi hasil akan meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah Jumlah pembayaran bunga tetap, meskipun keuntungan bertambah pendapatan. Tidak ada yang meragukan Keberadaan bunga oleh semua 11 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, Bekasi: Gramata Publishing, 2014, h. 28.

14 keabsahan keuntungan bagi hasil. agama terutama Islam dilarang, setidaknya diragukan kehalalannya. Dalam buku milik Muhammad ditekankan dalam hal penentuan bagi hasil melalui langkah-langkah berikut: 12 a) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh c) Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan d) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak e) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. C. Deposito Mudharabah 1. Pengertian Deposito Deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dana dengan bank yang bersangkutan. 13 Dalam hal ini, nasabah selaku pihak penyimpan dana mempercayakan dananya kepada bank untuk dikelola. Nasabah terikat dengan perjanjian, dimana nasabah tidak dapat mengambil dananya sewaktu-waktu. 12 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Pricing Di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2012, h. 96. 13 Wiroso, Penghimpun Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia, 2005, h. 54.

15 Disisi lain, pihak bank selaku pengelola dana akan mengusahakan dana tersebut dalam bentuk pebiayaan kepada nasabah yang membutuhkan dana tersebut. Hasil usaha yang nantinya diperoleh bank tersebut akan dibagi hasilkan kepada pihak penyimpan dana sesuai porsi bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya pada saat akad. Desposito memiliki dua jenis yang umumnya digunakan di Lembaga Keuangan Syariah. Adapun jenis deposito itu sendiri antara lain: 14 1) Deposito berjangka biasa Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah adanya permohonan baru atau pemberitahuan dari pihak penyimpan dana. 2) Deposito berjangka otomatis (automatic roll over) Pihak pengelola dana akan secara otomatis memperpanjang jangka waktu yang sama tanpa perlu adanya pemberitahuan dari pihak penyimpan dana (nasabah). h. 354. 2. Metode yang Digunakan dalam Perhitungan Bagi Hasil Deposito Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah dapat dilakukan dengan melaui dua metode, yaitu: 15 1) Anniversary Date Pembayaran bagi hasil ini dilakukan tiap bulan, pada tanggal yang sama saat nasabah pertama kali melakukan pembukaan deposito. Bagi hasil yang diterima oleh nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan nasabah. 2) End of Month Berbeda dengan metode anniversary date, pada metode end of month ini melakukan pembayaran bagi hasil kepada nasabah pada tanggal tutup buku pada tiap akhir bulannya (menyesuaikan jumlah hari pada tiap bulannya). 14 Wiroso, Penghimpun, h. 54. 15 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011,

16 Bank syariah dapat mengenakan denda kepada nasabah apabila nasabah tersebut melakukan pencairan dan meminta pembayaran deposito mudharabah sebelum tanggal jatuh tempo. Besarnya denda yang harus ditanggung oleh nasabah harus ditulis secara jelas oleh bank dan ditulis dalam akad, serta bank harus menjelaskan kepada nasabah bersangkutan dengan adanya denda tersebut. Dalam penerapannya bank menggunakan akad mudharabah muthlaqah, dimana pihak yang terkait yaitu nasabah selaku pemilik dana dan bank sebagai pengelola dana tidak memberikan syarat atau spesifikasi untuk bank dalam mengelola dana tersebut. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah ini adalah: 16 *basil = bagi hasil Hari basil x nominal deposito mudharabah x tingkat basil Hari kalender yang bersangkutan 3. Ketentuan tentang deposito mudharabah 1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2) Dalam kepastiannya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan pronsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya nudharabah dengan pihak lain 3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang 4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening 16 Adiwarman Karim, Bank, h. 352.

17 5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan. 17 17 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia, 2005, h. 56.