BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Statistik KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

Statistik KATA PENGANTAR

BERITA RESMI STATISTIK

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BERITA RESMI STATISTIK

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB I PENDAHULUAN. dan restoran mengalami peningkatan kontribusi. Demikian juga pertanian, listrik,

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH


ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Pembangunan ekonomi mempunyai tujuan tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk mencapai pertumbuhan secara berkesinambungan yang mempunyai tujuan akhir yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2000: 211) tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti meningkatkan kehidupan yang lebih maju dan taraf hidup yang lebih bermutu. Proses industrialisasi biasanya akan diikuti dengan percepatan kemajuan teknologi, proses pelatihan sumber daya manusia, dan kemudian peningkatan produktivitas. Industrialisasi dianggap sebagai motor penggerak dari produksi nasional suatu negara. Di Indonesia, industrialisasi memainkan peranan yang cukup penting dalam pembangunan, khususnya sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, alih kecakapan teknologi. Pembangunan sektor industri manufaktur (manufacturing industry) hampir 1

2 selalu mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan negara-negara berkembang (NSB), karena sektor ini sering dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian dan jasa. Sektor industri menjadi semakin penting dalam berkembangnya suatu perekonomian. Nilai tambah sektor industri manufaktur dalam pembentukan PDB nasional mempunyai kontribusi yang terbesar selama duabelas tahun terakhir. Pada tahun 2002 kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB nasional adalah sebesar 28,72 persen dan turun menjadi 23,70 persen pada tahun 2013. Meskipun selama waktu tersebut kontribusi sektor industri manufaktur cenderung terjadi penurunan namun kontribusinya tetap yang terbesar dibandingkan dengan delapan sektor lainnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar kedua setelah sektor industri manufaktur. Pada tahun 2002 kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDB nasional adalah sebesar 17,14 persen dan turun menjadi 14,33 persen pada tahun 2013. Kecenderungan penurunan kontribusi juga dialami oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2002 kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap PDB nasional adalah sebesar 15,46 persen dan turun menjadi 14,43 persen pada tahun 2013. Sektor ini memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap PDB nasional setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Karena kontribusi sektor industri manufaktur cukup besar maka pengembangan sektor industri manufaktur perlu terus dilakukan agar dapat meningkatkan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.

3 Berbeda halnya dengan sektor jasa-jasa dan sektor pertambangan dan penggalian. Kedua sektor ini menunjukkan kecenderungan yang semakin naik. Pada tahun 2002 sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 8,83 persen dan naik menjadi 11,24 persen pada tahun 2013. Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,09 persen pada tahun 2002 dan naik menjadi 11,02 persen pada tahun 2013. 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Jasa - Jasa Sumber: BPS (berbagai tahun) Gambar 1.1 Kontribusi Sektor-Sektor Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Bruto Nasional Tahun 2002-2013 Kebijakan pembangunan daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dapat berjalan ditandai dengan adanya perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dalam program jangka panjang, pengembangan industri merupakan faktor pendukung terciptanya perekonomian daerah yang mandiri dan handal sebagai

4 usaha bersama dalam peningkatan kemakmuran rakyat yang diharapkan semakin merata. Industri mempunyai peranan yang cukup strategis dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas lapangan kerja. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Tengah (triliun Rupiah) Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 31,86 32,88 34,10 34,96 35,40 2. Pertambangan dan Penggalian 1,78 1,85 1,95 2,09 2,19 3. Industri Pengolahan 50,87 55,35 57,44 61,39 65,44 4. Listrik Gas dan Air Bersih 1,34 1,41 1,49 1,61 1,71 5. Bangunan 9,06 9,65 10,30 11,01 11,75 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 33,90 35,23 37,77 40,05 43,16 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,05 8,58 9,19 9,81 10,65 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 5,77 6,22 6,70 7,04 7,50 Perusahaan 9. Jasa -Jasa 16,48 16,87 17,72 19,03 20,46 Produk Domestik Regional Bruto 159,11 168,03 176,67 186,99 198,27 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 159,11 triliun rupiah. Nilai ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Terhitung dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terjadi kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 dari 159,11 triliun rupiah menjadi 198,27 triliun rupiah atau naik sebesar 24,61 persen. Kenaikan ini menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan perekonomian. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sampai 2011 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan dan cenderung terus mengalami

5 kenaikan. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011, tersaji dalam pada Tabel 1.2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa peranan sektor industri pengolahan tetap dominan, walau terjadi fluktuasi yang berupa kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2007 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar 31,97 persen dan pada tahun 2011 naik menjadi 33,01 persen. Selanjutnya kontribusi terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor ini sedikit mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2007 sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 21,30 persen dan pada tahun 2011 sebesar 21,77 persen. Tabel 1.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 20,03 19,57 19,30 18,69 17,85 2. Pertambangan dan Penggalian 1,12 1,10 1,11 1,12 1,11 3. Industri Pengolahan 31,97 32,94 32,51 32,83 33,01 4. Listrik Gas dan Air Bersih 0,84 0,84 0,84 0,86 0,86 5. Bangunan 5,69 5,74 5,83 5,89 5,93 6. Perdagangan, Hotel, dan 21,30 20,96 21,38 21,42 21,77 Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,06 5,11 5,20 5,24 5,37 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,62 3,70 3,79 3,76 3,78 Perusahaan 9. Jasa -Jasa 10,36 10,04 10,03 10,18 10,32 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011 Sektor pertanian memberikan sumbangan atau kontribusi yang terbesar ketiga dalam pembangunan daerah sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2. Kontribusi sektor pertanian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan trend

6 yang cenderung menurun. Terlihat bahwa pada tahun 2007 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 20,03 persen terhadap PDRB dan pada tahun 2011 turun menjadi 17,85 persen. Kemudian yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik gas dan air bersih. Pada tahun 2007 sektor listrik gas dan air bersih tersebut memberikan kontribusi sebesar 0,84 persen dan pada tahun 2011 sedikit mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,86 persen. 40 35 30 25 Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan 20 15 10 5 0 2007 2008 2009 2010 2011 Listrik, Gas dan Air Bersi Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Sumber: BPS (berbagai tahun) Gambar 1.2 Kontribusi Sektor-Sektor Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 Pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga berhubungan erat dengan laju pertumbuhan penduduk karena dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan tercipta tenaga kerja yang juga tinggi. Dalam pembangunan, tenaga kerja memiliki arti penting yaitu sebagai subjek pembangunan di mana tenaga kerja menjadi pelaku dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi (input faktor produksi)

7 dan sebagai objek pembangunan di mana tenaga kerja menjadi unsur yang diprioritaskan untuk peningkatan taraf hidup yang mencakup peningkatan pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Tenaga kerja sendiri didefinisikan sebagai penduduk yang telah mencapai usia kerja, yaitu usia 15 tahun ke atas atau penduduk yang mempunyai potensi untuk memproduksi barang atau jasa bila ada permintaan tenaga kerja dan jika penduduk tersebut mau berpartisipasi dalam kegiatan produksi. Tenaga kerja yang produktif tidak hanya dilihat melalui jumlah tenaga kerja yang besar akan tetapi juga melalui mutu tenaga kerja yang bersangkutan. Jika pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan menggunakan modal atau investasi dan teknologi yang tinggi maka penggunaan tenaga kerja akan relatif berkurang yang pada akhirnya akan digantikan oleh mesin. Hal itu akan berakibat terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu hanya tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan kualitas tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan dalam proses produksi (Todaro and Smith, 2003: 96). Dilihat dari aspek kependudukan terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih berada pada usia angkatan kerja. Hal ini menguntungkan bagi daerah Provinsi Jawa Tengah karena kelompok ini mempunyai potensi bagi bidang ekonomi. Maka dari itu penyediaan lapangan pekerjaan harus dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia. Di sisi lain tingginya jumlah penduduk yang masih berada pada usia angkatan kerja dapat meningkatkan pengangguran bila lapangan kerja yang ada tidak mampu menyerap potensi ini.

8 Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Tengah 2011 Kelompok Umur Jumlah % 0-4 2.642.948 8,10 5-9 2.811.951 8,61 10-14 2.918.953 8,94 15-19 2.743.950 8,41 20-29 5.010.894 15,35 30-39 5.019.894 15,38 40-49 4.672.888 14,31 50-59 3.447.065 10,56 60+ 3.375.069 10,34 Total 32.643.612 100 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012 Masalah pengangguran dapat dikurangi dengan adanya peningkatan peluang kerja di segala sektor. Pembangunan diharapkan untuk dapat meningkatkan produksi nasional dan mempercepat pertumbuhan lapangan kerja baru, sehingga bermanfaat dalam mengurangi pengangguran. Perluasan lapangan pekerjaan merupakan sasaran utama bagi tujuan pembangunan jangka panjang. Tingginya penawaran tenaga kerja di satu sisi dan lambannya penyerapan tenaga kerja di sisi lain merupakan suatu masalah pokok yang mendasar yang dihadapi dalam pembangunan terutama di negara-negara dunia ketiga (Todaro dan Smith, 2003: 93). Selain memberikan nilai produksi atau output yang besar, sektor industri ternyata juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Pada tahun 2011 sektor industri menyerap tenaga kerja sebanyak 3,05 juta orang atau sebesar 19,14 persen dari jumlah total jumlah penduduk yang bekerja di semua sektor. Angka ini naik 12,96 persen jika dibandingkan dengan tahun 2008. Berbeda dengan yang terjadi di

9 sektor pertanian, meskipun jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini merupakan yang terbesar namun terjadi penurunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 5,61 persen. Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Jawa Tengah 2008-2011 Sektor (juta) 2008 2009 2010 2011 (%) (juta) (%) (juta) (%) (juta) Pertanian 5,70 36,84 5,86 37,04 5,62 35,53 5,38 33,78 Pertambangan dan Galian, 0,16 1,00 0,15 0,93 0,14 0,86 0,11 0,68 Listrik, Gas dan Air Bersih Industri 2,70 17,48 2,66 16,78 2,82 17,81 3,05 19,14 Konstruksi 1,01 6,51 1,03 6,49 1,05 6,62 1,10 6,89 Perdagangan 3,25 21,05 3,46 21,86 3,39 21,43 3,40 21,38 Komunikasi 0,72 4,63 0,68 4,32 0,66 4,20 0,56 3,54 Keuangan 0,17 1,09 0,15 0,98 0,18 1,14 0,26 1,66 Jasa 1,76 11,40 1,84 11,60 1,96 12,41 2,06 12,92 Jumlah 15,46 100,00 15,84 100,00 15,81 100,00 15,92 100 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 ke tahun 2011 berkurang sebesar 4,22 persen. Jumlah pencari kerja berkurang pada penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD, SMA, diploma dan sarjana, sedangkan pada penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SMP mengalami kenaikan. Tabel 1.5 Jumlah Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, di Provinsi Jawa Tengah 2008-2011 Pendidikan 2008 2009 2010 2011 Persentase (%) SD 360.546 301.367 298.437 264.345 26,36 SMP 310.853 319.560 256.912 294.254 29,35 SMA 450.664 493.637 361.092 342.375 34,15 Diploma 43.246 60.539 53.042 27.925 2,79 Sarjana 61.999 77.164 77.400 73.763 7,36 Jumlah 1.227.308 1.252.267 1.046.883 1.002.662 100,00 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011 (%)

10 Dari berbagai subsektor industri yang ada di Provinsi Jawa Tengah, industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mempunyai jumlah perusahaan yang paling banyak. Selain itu industri tekstil, barang kulit dan alas kaki merupakan subsektor industri dengan jumlah penyerapan tenaga kerja yang paling besar dibandingkan dengan subsektor industri lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Selama tahun 2009-2011, jumlah perusahaan pada subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami penurunan jumlah perusahaan dari 1.277 buah perusahaan di tahun 2009 menjadi 1.123 buah perusahaan di tahun 2011. Tabel 1.6 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri Besar Sedang di Provinsi Jawa Tengah 2009 2011 2009 2010 2011 Subsektor Industri Prsh. Pekerja Prsh. Pekerja Prsh. Pekerja Makanan, Minuman dan Tembakau 1.273 200.670 1.137 198.284 1.243 200.203 Tekstil, Brg. kulit dan Alas kaki 1.277 227.458 1.165 226.195 1.123 241.016 Brg. kayu dan Hasil hutan lainnya. 174 43.860 201 57.205 166 52.038 Kertas dan Barang cetakan 161 19.467 134 14.514 128 16.827 Pupuk, Kimia dan Barang dari karet 274 64.079 292 73.870 278 75.495 Semen dan Barang Galian bukan 179 10.950 157 11.362 140 11.075 logam Logam Dasar Besi dan Baja 109 10.398 107 13.910 113 11.262 Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 79 15.484 62 14.726 72 16.263 Barang lainnya 687 81.706 632 124.832 587 107.852 Sumber: Kementerian Perindustrian, (berbagai tahun) Industri pakaian jadi merupakan industri dalam subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah industri tekstil dan pertenunan. Jumlah tenaga kerja industri pakaian jadi mengalami kenaikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

11 Tabel 1.7 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki Skala Industri Besar Sedang Provinsi Jawa Tengah 2009 2010 2011 Kelompok Persh Pekerja Persh Pekerja Persh Pekerja Industri Tekstil dan Pertenunan 645 144.607 641 134.625 585 140.110 Industri Pakaian Jadi 608 78.604 502 87.620 515 95.473 Industri Alas Kaki dan Barang Kulit 24 4.247 22 3.950 23 5.433 Sumber: Kementerian Perindustrian, (berbagai tahun) Dilihat dari segi energi, ketersediaan energi terutama energi listrik harus cukup dan stabil karena penggunaan energi listrik untuk subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki bisa dikatakan cukup besar. Kebutuhan energi listrik untuk subsektor ini mutlak harus terpenuhi khususnya untuk industri pakaian jadi. Hal ini dikarenakan energi listrik adalah salah satu faktor utama dalam berlangsunya proses produksi. Penggunaan energi listrik terbesar adalah dari industri tekstil, hal ini dikarenakan jumlah industrinya banyak dan mesin yang digunakan memang memerlukan energi listrik yang relatif lebih besar. Selain energi listrik penggunaan bahan baku pada industri tekstil juga merupakan yang terbesar daripada industri pakaian jadi dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Penggunaan energi listrik untuk subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki pada tahun 2010 tercatat sebesar 870,44 juta KwH dan turun menjadi 819,58 KwH pada tahun 2011. Penurunan penggunaan energi listrik ini terjadi pada industri tekstil dan industri pakaian jadi. Penggunaan energi listrik pada industri tekstil turun dari 829,15 KwH pada tahun 2010 menjadi 787,09 KwH pada tahun 2011. Penggunaan energi listrik pada industri pakaian jadi juga turun dari 37,26 KwH pada tahun 2010 menjadi 25,10 KwH pada tahun 2011. Tabel 1.8 Penggunaan Energi Listrik dan Bahan Baku Subsektor Industri Tekstil,

12 Barang Kulit dan Alas Kaki Skala Industri Besar Sedang Provinsi Jawa Tengah Industri Listrik (juta KwH) Bahan Baku (triliun Rp) 2010 2011 2010 2011 Tekstil 829,15 787,09 15,73 20,00 Pakaian Jadi 37,26 25,10 2,86 2,73 Kulit, Barang Dari Kulit Dan Alas Kaki 4,03 7,39 0,20 0,32 Jumlah 870,44 819,58 18,79 23,05 Sumber: Kementerian Perindustrian, (berbagai tahun) 1.1.1 Perumusan masalah Seperti telah diuraikan di atas, subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah perusahaan yang banyak akan memberikan efek yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang tentu saja juga akan mengurangi jumlah pengangguran. Dari uraian latar belakang di atas juga diketahui bahwa ketersediaan energi listrik mutlak diperlukan. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang penting yang sangat mendukung perkembangan sektor industri. Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi industri pakaian jadi di Provinsi Jawa Tengah? Melalui penelitian ini penulis ingin menjawab permasalahan tersebut dengan menganalisis pengaruh variabel-variabel seperti jumlah tenaga kerja, biaya operasional (energi listrik dan nilai bahan baku yang digunakan) serta nilai modal tetap (mesin dan kendaraan operasional) terhadap nilai produksi industri pakaian jadi. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut di atas serta

13 skala hasil (returns to scale) faktor-faktor produksi industri pakaian jadi di Provinsi Jawa Tengah. 1.2 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Metoda Kesimpulan 1 Pan Yotopoulos (1968) OLS fungsi produksi Cobb-Douglas Biaya untuk peralatan berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi pertanian di Yunani. 2 Black dan Lynch (1996) OLS fungsi produksi Cobb-Douglas 3 Ilham Samudra (2004) OLS fungsi produksi Cobb-Douglas 4 Sri Sayekti Cahyaningsih (2004) OLS fungsi produksi Cobb-Douglas Modal, bahan baku dan energi serta tingkat keterampilan pekerja berpengaruh terhadap nilai produktivitas perusahaan di Amerika Serikat. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi industri kecil mebel di Kecamatan Unaaha. Variabel modal dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai produksi mebel di Kabupaten Klaten. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. pengaruh variabel-variabel seperti jumlah tenaga kerja, modal operasional (energi listrik dan nilai bahan baku) yang digunakan serta nilai modal tetap

14 (mesin dan kendaraan operasional) yang dimiliki terhadap nilai produksi industri pakaian jadi di Provinsi Jawa Tengah; 2. nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut di atas; 3. skala hasil (returns to scale) faktor-faktor produksi industri pakaian jadi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. bagi Kementerian Perindustrian, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan dalam pembinaan industri yang akan datang; 2. bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan guna merumuskan arah, strategi dan kebijakan pembangunan daerah yang tepat dalam rangka peningkatan produksi pakaian jadi di masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi dan referensi penelitian lebih lanjut guna memperkaya kajian tentang faktor-faktor dalam fungsi produksi. 1.4 Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. industri yang akan diteliti adalah perusahaan pakaian jadi skala menengah, yaitu perusahaan yang mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai dengan 99 orang; 2. industri yang akan diteliti adalah perusahaan pakaian jadi yang terbuat dari bahan tekstil bukan dari bahan kulit maupun bahan rajutan; 3. analisis di dalam penelitian ini tidak membedakan tenaga kerja atas dasar pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

15 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi industri pakaian jadi di Provinsi Jawa Tengah ini disusun menjadi 4 (empat) bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II meliputi tinjauan pustaka dan alat analisis yang menguraikan mengenai landasan teori, studi empiris dan alat analisis. Bab III berisi analisis data yang menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan variabel yang diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV berisi kesimpulan dan implikasi kebijakan, menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bisa diambil setelah penelitian dilakukan.