BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ZUHDI CANDRADITYA J

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

Dedy Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

MELALUI HIV-AIDS DI SMA. Disusun oleh : AGUNG TRIANTO J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), ditemukan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 12 kematian per 100.000 penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditemukan sebanyak 1.400 anak di bawah usia 15 tahun mengalami kematian dikarenakan AIDS (Acquiret Immunodeficiency Virus). Lima belas juta anak di dunia kehilangan orang tuanya dikarenakan AIDS. Para remaja di kawasan-kawasan yang penyebaran HIV-AIDS tinggi, seperti halnya Afrika atau sub Sahara memiliki pengetahuan yang rendah tentang pencegahan HIV-AIDS. Data dari Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen P2 dan PL Kemenkes RI) (2014), ditemukan CFR pada kasus HIV-AIDS pada tahun 2014 sebanyak 1 kematian per 10.000 penduduk dan ditemukan prevalens sebanyak 3 kasus per 10.000 penduduk dari tahun 1987-2014. Distribusi kasus AIDS pada laki-laki ditemukan sebesar 53,72% dan pada perempuan sebesar 28,93%. Data ini menunjukkan faktor risiko tertinggi AIDS disebabkan oleh heteroseksual sebanyak 34.187 (61,46%) kasus. Data ini juga menunjukkan pada usia 15-19 tahun ditemukan kasus AIDS sebanyak

1.717 (3,1%) kasus. Penyebaran kasus HIV-AIDS di Indonesia terbanyak ditemukan di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 39.045 dan Provinsi Jawa Tengah ditemukan kasus sebanyak 12.135. Data dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) (2015), ditemukan CFR sebanyak 35 per 100 orang. Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan ditemukan kasus penularan HIV secara kumulatif lebih dari 38.500 anak dilahirkan dari ibu yang HIV positif. Data dari Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Tengah (2013), ditemukan Prevalens HIV-AIDS sebanyak 2 kasus per 10.000 penduduk. Kota Surakarta menempati urutan kedua dengan temuan kasus sebesar 7,2% di Jawa Tengah. Gambaran distribusi AIDS menurut jenis kelamin, sebesar 38,92% terjadi pada perempuan dan laki-laki sebesar 61,08%. Heteroseksual merupakan faktor risiko terbesar penularan HIV-AIDS di Jawa Tengah yang menunjukkan persentase 82,8%. Distribusi kasus AIDS di Jawa Tengah dan menurut distribusi umur pada anak usia 15-19 tahun sebesar 0,9%. Data dari Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Surakarta (2014), kasus HIV-AIDS sebanyak 1.340 kasus terhitung sejak tahun 2005 2014 dan terhitung prevalens kejadian HIV-AIDS di Surakarta pada tahun 2005-2014 sebanyak 23 kasus per 10.000 penduduk. Kasus HIV-AIDS terbanyak di Karisidenan Surakarta berada di Kota Solo sebanyak 281 (20,97%) kasus, dari data tersebut kasus HIV pada laki-laki sebesar 42%, 2

perempuan sebesar 47,57% dan pada kasus AIDS pada laki-laki sebesar 67,66% dan 32,33% perempuan. Usia yang paling rentan terkena HIV- AIDS di Kota Surakarta pada usia produktif yaitu usia 25-49 sebanyak 1.016 kasus, sedangkan pada usia remaja sebanyak 18 kasus. Kasus HIV- AIDS di Surakarta sendiri paling banyak disebabkan oleh heteroseksual sebanyak 1.023 kasus. Hasil temuan di dunia sebanyak 1.400 remaja usia di bawah 15 tahun mengalami kematian dikarenakan AIDS, sedangkan di Indonesia kasus AIDS terbanyak ditemukan pada usia 20-29 tahun dan dapat diperkirakan remaja usia 15-24 tahun di dalam tubuhnya sudah terkena HIV. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya akses informasi yang didapatkan remaja berkaitan dengan HIV-AIDS. Menurut Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011 tentang pengetahuan komprehensif remaja terhadap ODHA (Orang dengan HIV-AIDS), kondom, setia pada pasangan, gigitan nyamuk dan penggunaan alat makan terkait HIV-AIDS di Indonesia sangat minim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja di Indonesia sangat rendah terhadap HIV-AIDS dan kadang remaja baru menyadari bahwa dirinya sudah positif AIDS. Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan HIV-AIDS pada remaja. Metode yang biasa digunakan dalam PKM (Pendidikan Kesehatan Masyarakat) antara lain film, pamflet, leaflet dan ceramah. Pendidikan kesehatan yang 3

paling banyak digunakan yaitu metode ceramah, karena lebih murah, tidak memerlukan setting tempat yang terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang singkat, baik dalam mempersiapkannya maupun pada saat pelaksanaannya (Sanjaya, 2010). Hasil penelitian Cahyono (2013), menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan siswa di SMA N 2 Sukoharjo setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang HIV-AIDS, yang sebelumnya 28,2% menjadi 34,4% dan penelitian ini juga menjelaskan bahwa terjadi peningkatan sikap siswa setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang HIV-AIDS, yang sebelumnya 27,5% menjadi 31,3%. Penelitian Wibowo (2014), menyimpulkan siswa yang setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang HIV-AIDS dengan metode pemutaran film dan media leaflet di SMK Bina Dirgantara Karanganyar, terdapat peningkatan skor pengetahuan dari 74,00 menjadi 83,60 dan pada media leaflet responden juga mengalami peningkatan skor pengetahuan HIV-AIDS dari 77,60 menjadi 80,80. Pada kelompok kontrol (tidak diberikan Leaflet dan Pemutaran Film) mengalami penurunan skor pengetahuan dari 76,00 menjadi 75,50, dari uji perbedaan skor pengetahuan antara 3 kelompok, ditemukan bahwa pemberian penyuluhan HIV-AIDS dengan pemutaran film lebih besar pengaruhnya dari pada media leaflet dan kelompok kontrol. 4

Menurut Taher, dkk (2013), menyimpulkan terjadi peningkatan distribusi frekuensi pengetahuan siswa tentang cara pencegahan HIV- AIDS di SMA Negeri 1 Manado setelah diberi perlakuan pendidikan kesehatan pada responden dari sebesar 2% menjadi 100% yang pengetahuannya baik berkaitan pencegahan HIV-AIDS. Hasil penelitian Handayani (2010), menyimpulkan pengaruh media buku komik lebih besar dari media leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap gaya sehat remaja sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Sejalan penelitian diatas, hasil penelitian Shobirin (2013), menyimpulkan ada pengaruh penyuluhan kesehatan media buku komik terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dalam pemberantasan sarang nyamuk-demam berdarah dengue (psn-dbd). Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan media Buku Komik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap HIV-AIDS karena sebagian besar remaja lebih menyukai buku komik daripada buku cerita, karena tidak hanya berisi tulisan, akan tetapi juga berisi gambargambar yang dapat membuat pembaca jadi tertarik. Media ini juga digunakan sebagai upaya untuk memberikan inovasi media pendidikan kesehatan terbaru dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV- AIDS di sekolah. Hasil survei pendahuluan dari 8 SMA di Surakarta dengan menggunakan instrumen pertanyaan terhadap 150 siswa ditemukan sebesar 5

54% tidak mengetahui tentang AIDS, sebesar 40% tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan dari guru dan sebesar 57% belum pernah mendapatkan pendidikan tentang AIDS dari guru. Rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS pada remaja dapat menjadi sebab mudahnya tertular HIV-AIDS. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk memberikan pendidikan kesehatan dengan media buku komik sebagai upaya pencegahan AIDS dikalangan siswa di SMA Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang HIV-AIDS dengan Media Buku Komik terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Daya Terima Siswa dalam Pencegahan HIV-AIDS di SMA Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV-AIDS dengan media buku komik terhadap pengetahuan, sikap dan daya terima siswa dalam pencegahan HIV-AIDS di SMA Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur perbedaan skor pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media buku komik 6

b. Mengukur perbedaan skor pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media Liquid crystal display (LCD) c. Mengukur perbedaan skor sikap remaja tentang HIV-AIDS sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media buku komik d. Mengukur perbedaan skor sikap remaja tentang HIV-AIDS sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media LCD e. Menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan tentang HIV- AIDS antara pendidikan kesehatan dengan media buku komik dan Media LCD f. Menganalisis perbedaan peningkatan sikap tentang HIV-AIDS antara pendidikan kesehatan dengan media buku komik dan Media LCD g. Mengetahui daya terima siswa terhadap metode pendidikan kesehatan yang digunakan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Sebagai media informasi berkaitan dengan pendidikan kesehatan berkaitan HIV-AIDS, sebagai upaya pencegahan dan peningkatan pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV-AIDS disekolah-sekolah. 7

2. Bagi Siswa Sebagai bahan informasi tentang HIV-AIDS, yang nantinya bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan pencegahan HIV-AIDS secara dini. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitan ini bisa digunakan Sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang. 8