BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN

OPERASI EKONOMIS PEMBANGKIT THERMAL SISTEM 500 KV JAWA BALI DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA FUZZY LOGIC

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI KESTABILAN TEGANGAN SISTEM JAWA BALI 500KV MENGGUNAKAN METODE CONTINUATION POWER FLOW (CPF)

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

LAMPIRAN 1 : Konfigurasi Jaringan Sistem Jawa-Bali 500 kv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM

KOORDINASI HIDRO THERMAL UNIT PEMBANGKITAN JAWA BALI MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC PROGRAMMING

OPTIMASI PENJADWALAN PEMBANGKIT TERMAL SISTEM 500 KV JAWA BALI BERBASIS KOMPUTASI CERDAS

PERHITUNGAN BIAYA SEWAJARINGAN TRANSMISI 500 KV JAWA- BALI DENGAN METODE MW-MILE BIALEK TRACING

Penentuan MVar Optimal SVC pada Sistem Transmisi Jawa Bali 500 kv Menggunakan Artificial Bee Colony Algorithm

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF)

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika

Aplikasi micro-genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Aplikasi Micro-Genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

PERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Riski Cahya Anugrerah Haebibi

Studi Perbaikan Stabilitas Tegangan Kurva P-V pada Sistem Jawa-Bali 500kV dengan Pemasangan Kapasitor Bank Menggunakan Teori Sensitivitas

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

PERHITUNGAN BIAYA SEWA JARINGAN TRANSMISI 500 KV JAWA- BALI DENGAN METODE MW-MILE

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

Peranan SUTET Dalam Keandalan dan Kualitas Operasi Sistem Jawa Bali

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

OPTIMISASI BIAYA PEMBANGKITANPADA SISTEM 500 KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Analisis Kontingensi Sistem Jawa-Bali 500KV Untuk Mendesain Keamanan Operasi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

OPTIMASI RATING SVC DAN TCSC UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA PADA SISTEM 500 kv JAMALI MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

OPTIMASI BIAYA BAHAN BAKAR PEMBANGKIT THERMAL AREA JAWA TENGAH DAN DIY BERBASIS LOGIKA FUZZY

PERANCANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK PERKIRAAN STABILITAS TRANSIEN MULTIMESIN MENGGUNAKAN METODE KRITERIA SAMA LUAS

Program Pengembangan Pembangkit MW dan Kesiapan Infrastruktur Sistem Jawa Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

APLIKASI LOGIKA FUZZY UNTUK PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK MENGGUNAKAN MATLAB

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

DENIA FADILA RUSMAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

ANALISIS KONTINGENSI GENERATOR PADA SISTEM TRANSMISI 500 KV JAWA BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN...

Studi Pengaruh Penggunaan TCSC dan SVC terhadap Biaya Operasi Tahunan di Sistem Jawa Bali 500 kv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

OPTIMISASI PENGATURAN DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN PADA SISTEM INTERKONEKSI JAWA-BALI 500 KV MENGGUNAKAN QUANTUM BEHAVED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

OPERASI EKONOMIS DAN UNIT COMMITMENT PEMBANGKIT THERMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN JAMBI

SISTEM PROTEKSI SUTET SISTEM JAWA BALI

Operasi Ekonomis dan Unit Commitment Pembangkit Thermal pada Sistem Kelistrikan Jambi

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-479

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO)

Bab VI Analisis dan Studi Kasus

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

1.2 Tujuan Memberikan solusi dalam optimalisasi penempatan dan rating SVC untuk memperbaiki profil tegangan pada Sistem Tenaga Listrik 500 kv Jamali.

Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan

Oleh : Rahman NRP : Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Penalaan Parameter Superconducting Magnetic Energy Storage (SMES) menggunakan Firefly Algorithm (FA) pada Sistem Tenaga Listrik Multimesin

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

PENGARUH PENAMBAHAN PLTU TELUK SIRIH 100 MEGAWATT PADA SISTEM SUMATERA BAGIAN TENGAH

Prediksi Jumlah Permintaan Gas Cair Menggunakan Fuzzy Inference Model pada PT Air Products Gresik Oleh : Lailatul Khikmiyah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

Studi Perbaikan Stabilitas Tegangan Sistem Jawa-Madura- Bali (Jamali) dengan Pemasangan SVC Setelah Masuknya Pembangkit 1000 MW Paiton

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Metode fuzzy logic yang diajukan penulis ini adalah untuk membandingkan metode fuzzy logic yang diajukan penulis dengan metode yang digunakan PLN. Dengan menggunakan data pembangkit thermal pada sistem interkoneksi 500kV Jawa-Bali. 3.1 Sistem Interkoneksi 500kV Jawa Bali Suralaya Cibinong Cilegon 7 1 6 Gandul 2 4 Balaraja 3 Kembangan Muaratawar 5 Depok Bekasi 8 11 Tasikmalaya 9 Cirata 10 Cawang 12 Pedan 16 Saguling 15 17 Bandung Selatan 14 Cibatu 13 Mandirancan 18 Paiton Ungaran 19 20 21 Kediri 25 Ngimbang Tanjung Jati Surabaya Barat 24 23 Grati Gresik 22

25 Gambar 3.1 Diagram satu garis sistem 500kV Jawa-Bali Sistem interkoneksi 500 kv Jawa Bali terdiri atas 28 bus dengan 31 saluran dan 8 pembangkit. Pembangkit-pembangkit yang terpasang antara lain pembangkit Suralaya, pembangkit Muaratawar, pembangkit Cirata, pembangkit. Saguling, pembangkit Tanjungjati, pembangkit Gresik, pembangkit Paiton, dan Pembangkit Grati. Diantara 8 pembangkit tersebut, pembangkit Cirata dan pembangkit Saguling merupakan pembangkit tenaga air, sedangkan pembangkit yang lainnya merupakan pembangkit listrik tenaga uap, adapun pembangkit Suralaya bertindak sebagai pembangkit slack. 3.2 Parameter Bus Dengan melihat gambar konfigurasi sistem 500 kv Jawa-Bali di atas, maka dapat diklasifikasikan 28 bus tersebut ke dalam 2 bus, yaitu bus pembangkit dan bus beban. Berikut di bawah ini merupakan hasil pengklasifikasian bus-bus yang ada di sistem 500 kv Jawa-Bali. Tabel 3.1 Parameter Bus Sistem 500 kv Jawa-Bali No.Bus Pembangkit No. Bus Beban 1 Suralaya 2 Cilegon 8 Muaratawar 3 Baralaja 11 Saguling 4 Kembangan 12 Cirata 5 Gandul 19 Grati 6 Cibinong 20 Gresik 7 Depok 21 Paiton 9 Bekasi 25 Tanjung Jati 10 Cawang 17 Ngimbang 13 Cibatu 18 Surabaya Barat 14 Bandung Selatan 22 Kediri 15 Mandirancan

26 23 Pedan 16 Ungaran 24 Tasikmalaya Untuk dapat menyelesaikan penjadwalan pembangkit dengan memperhitungkan rugi-rugi transmisi dari sistem, interkoneksi 500 Kv Jawa-Bali maka diperlukan data bus dan line data sebagai berikut ini: Tabel 3.2 Data Bus Sistem 500 kv Jawa-Bali dari ke- Name R1 X1 B Ohm Ohm Mho 2 1 SLAYA-SRLRU 0,036625 0,351875 2,841918295 2 SLAYA-CLBRU-1 0,313248 3,504384 0,285356856 2 6 SRLAYA-BRAJA 1 1,838839 17,66666 0,056603795 5 4 GNDUL-KMBGN-1 0,7565893 8,464155 0,118145284 5 6 GNDUL-BRAJA1 1,489612 14,31146 0,069874073 7 14 CIBNG-SGLNG-1 2,05569 22,99752 0,043482949 9 7 BKASI-CIBNG 1,11047 10,66885 0,093730814 9 8 BKASI-CWANG 0,493412 4,74046 0,210949992 10 5 DEPOK-GNDUL -1 0,1735439 1,667325 0,599763094 10 7 DEPOK-CIBNG1 0,456201 4,382955 0,228156575 11 7 MTWAR - CBNGN 1,5529 14,9195 0,067026375 11 8 MTWAR - CWANG 1,4064 13,512 0,074008289 12 11 CBATU-MTWAR 1,411029 13,55648 0,073765461 12 13 CBATU-CRATA 1,36998 13,1621 0,075975718 14 13 SGLNG-CRATA1 0,7373638 7,084229 0,141158621 14 16 SGLNG-BDSLN1 0,9789 10,9512 0,091314194 15 10 TSKBR-DEPOK 1 7,028 78,62401 0,012718761 17 16 MDRCN-BDSLN 1 3,49549 33,58295 0,029777015 17 19 MDRCN-UNGRN 6,739 64,745 0,015445208 19 18 UNGRN-TJATI 1P 3,38348 37,85184 0,026418795 19 20 UNGAR-PEDAN 2 2,25903 21,70365 0,046075199 19 21 UNGRN-NBANG 5,869904 56,39515 0,017732021 20 15 PEDAN-TSKBR 1 7,6555 85,644 0,011676241 21 22 NBANG-SBBRT 1,493743 14,35115 0,069680827 22 19 SBBRT - UNGRN 1 7,44806 71,5573 0,013974815 22 24 SBBRT-GRATI 1 1,993191 22,29833 0,044846408 25 20 KDIRI-PEDAN 1 5,1455 57,564 0,017371969 26 24 PITON-GRATI 1 2,217911 24,81233 0,040302543 26 25 PITON-KDIRI 1 5,1455 57,564 0,017371969

27 7 CLBRU-CIBNG 3,283331 36,73145 0,027224626 22 GRBRU-SBBRT 1 0,70027 6,72785 0,148635894 3.3 Pengumpulan Data Pembangkit Data yang digunakan dalam menentukan koordinasi pembangkit adalah data heat rate pembangkit thermal sistem 500kV Jawa-Bali dan data pembebanan (Logsheet) pada tanggal 7 Mei 2013. Data heat rate tersebut akan diolah dan dijadikan persamaan biaya bahan bakar sebagai variabel input untuk pengujian algoritma fuzzy logic untuk optimasi dalam koordinasipembangkitan unit thermal dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB R2010a. Tabel 3.3 Data heat rate pembangkit thermal sistem 500kV Pembangkit Daya Pembangkitan (MW) Heat Rate (Mbtu/kWh) 1 2 3 4 1 2 3 4 Suralaya 1703 2221 2561 3247 76.4922 74.4933 73.4542 71.7965 Muaratawar 736 986 1233 1420 147.641 137.1738 122.5266 119.001 Tanjungjati 1227 1525 1812.8 1982.8 28.8 28.48389 28.18652 27.978 Gresik 1061 1355 1675 1993 224.047 222.5759 221.8739 221.263 Paiton 2071.5 2792.5 3358.75 4005 76.1617 73.0132 70.8403 68.8973 Grati 330 402 527 746.6 105.511 95.3783 92.9114 91.1029 Tabel 3.4 Data harga bahan bakar masing-masing pembangkit Pembangkit Biaya Bahan bakar ($/Jam) Suralaya 296.1916 Muaratawar 651.32475 Tanjungjati 158.4425 Gresik 323.4908 Paiton 333.3285 Grati 335.2737

28 Tabel 3.3 merupakan data heat reat (laju panas) pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali. Setiap unit pembangkit terdiri dari empat titik heat reat yang diperoleh dari hasil percobaan. Apabila data tersebut diolah maka akan diperoleh persamaan laju panas dari pembangkit thermal dalam MMbtu/h. Perkalian persaman laju panas dengan biaya bahan bakar akan menghasilkan persamaan baru yang menggambarkan karakteristik biaya bahan bakar pembangkit thermal. Tabel 3.4 merupakan harga bahan bakar dari masing-masing pembangkit ($/jam). Untuk mendapatkan biaya bahan bakar pembangkit ($MMBtu) yang akan dikalikan dengan persamaan laju panas dapat digunakan rumus berikut ini : FC = BB Q (3-1) Dimana : FC : Biaya bahan bakar ($/MMbtu) BB : Biaya bahan bakar ($/jam) Q : Hasil kali antara heat rate dengan daya pembangkitan (MWbtu/Wh Tabel 3.5 Biaya bahan bakar masing-masing pembangkit ($/MMbtu) Pembangkit Biaya bahan bakar ($/MMbtu) Suralaya 0.41 Muaratawar 1.15 Tanjungjati 0.854 Gresik 0.239 Paiton 0.380 Grati 1.76

29 Salah satu tujuan dari operasi sistem tenaga listrik yaitu untuk memenuhi kebutuhan permintaan daya dengan biaya yang seminimal mungkin pada jadwal tertentu, dimana sistem harus aman dan dapat memenuhi permintaan beban secara countinue sepanjang waktu, maka dalam mengoperasikan pembangkit listrik haruslah memperhatikan batas-batas dari pembangkit tersebut agar sistem tetap dalam keadaan stabil. Salah satu batas-batas yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan pembangkit listrik adalah batas pengoperasian daya minimum dan pengoperasian daya maksimum yang dimiliki oleh pembangkit tersebut. Tabel 3.6 Batas pengoperasian daya pembangkit Pembangkit Pmin Pmaks Suralaya 1600 3400 Muaratawar 600 1500 Tanjungjati 1200 2100 Gresik 900 2100 Paiton 1800 4300 Grati 290 800 Dalam optimasi pada sistem tenaga listrik khususnya pada masalah koordinasi pembangkit, diharuskan mencari kombinasi dari beberapa unit pembangkit dengan biaya yang paling murah tersebut. Salah satu cara untukmencari biaya termurah tersebut dapat dilakukan dengan membuat urutan prioritas, yang akan merepresentasikan pembangkit-pembangkit dari biaya yang paling murah hingga biaya yang paling mahal. Cara untuk mendapatkan biaya rata-rata yang paling murah dapat dilakukan dengan mengalikan persamaan laju pertambahan biaya bahan bakar (incremental cost) masing-masing unit pembangkit dengan daya maksimum dari pembangkit tersebut. Urutan prioritas pembangkit sistem 500kV Jawa-Bali dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.7 Urutan prioritas pembangkit sistem 500kV Jawa-Bali

30 Pembangkit Harga produksi Urutan ($/kwh) Suralaya 0.026 3 Muaratawar 0.079 5 Tanjungjati 0.021 2 Gresik 0.052 4 Paiton 0.021 1 Grati 0.181 6 Data uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Logsheet pada hari senin tanggal 7 Mei 2013 yang diperoleh dari PT.PLN (Persero) P3B Gandul- Depok, grafik pembebanan pada tanggal 7 Mei 2013 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1-3 4-6 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 Gambar 3.2 Grafik beban unit thermalsistem 500kV( Rabu, 7 Mei 2013) Beban pembangkit unit thermal sistem 500kV Jawa-Bali terdiri dari 24 jam yang kemudian dibagi menjadi 8 periode, dimana tiap periodenya merupakan beban rata-rata selama 3 jam. Dari grafik beban tersebut dapat dilihat bahwa beban berubah-ubah tiap periodenya dikarenakan beban akan mengikuti siklus kegiatan manusia sehari-hari dengan berbagai kebutuhan yang berbeda-beda, oleh sebab itu untuk menghadapi naik turunnya beban diperlukan koordinasi dari beberapa

31 pembangkit unit thermal untuk mensuplai kebutuhan daya tetapi dengan harga minimum pada 8 periode yang berbeda. Data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah penjadwalan pembangkit berdasarkan data riil sistem PLN yang nantinya akan dibandingkan dengan penjadwalan pembangkit setelah dioptimasi dengan algoritma fuzzy logic. Data riil sistem didapatkan dari data riil PLN Cigareleng pada Rabu 7 Mei 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang merupakan pembebanan pembangkit unit thermal pada tanggal 7 Mei 2013 dimana pembebanan tersebut telah dibagi kedalam 8 periode. Tabel 3.8 Penjadwalan pembangkit unit thermal sistem500kv sebelum optimasi Periode Beban (MW) Suralaya (MW) Muaratawar (MW) Tanjungjati (MW) Gresik (MW) Paiton (MW) Grati (MW) 1-3 10961 2985 926 2416 1327 2915 392 4-6 10854 2996 992 2216 1393 2863 394 7-9 11254 2078 1214 2225 1422 3009 406 10-11 11637 2974 1338 2358 1884 2980 403 12-15 11445 2866 1307 2370 1493 3008 401 16-18 11314 2903 1075 2544 1355 3055 402 19-21 11959 3005 1317 2631 1536 3056 414 22-24 11343 2950 956 2550 1420 3060 407 3.4 Tahap Perhitungan Persamaan Biaya Bahan Bakar Mulai Baca data heat rate Menghitung konstanta α, β, γ I/O masing-masing unit pembangkit Membentuk karakteristik I/O F i (P it ) = α i + β i P i + γ i P i 2

32 Menghitung harga biaya bahan bakar Menghitung persamaan biaya bahan bakar F i (P it ) = α i + β i P i + γ i P i 2 x harga biaya bahan bakar Keluaran persamaan biaya bahan bakar Selesai Gambar 3.3 Flowchart Perhitungan Fungsi Biaya Bahan Bakar Pembangkit Dalam penjadwalan pembangkit termal dengan metode Fuzzy Logicdiperlukan penentuan persamaan biaya bahan bakar terlebih dahulu yang diperoleh dengan mengolah data heat rate dari masing-masing unit pembangkit. Di bawah ini adalah tahapan-tahapan untuk menentukan persamaan biaya bahan bakar : 1. Membaca data heat rate pembangkit pada tabel 3.1 2. Menghitung konstanta α, β,dan γ input/output dari tiap unit pembangkit dengan mengolah data heat rate dan daya pembangkit dan membentuk matriks seperti dibawah ini : n n n i=1 P i i=1 P i α [ n n 2 n 3 n i=1 P i i=1 P i i=1 P i ] [ β] = [ n 2 n 3 n γ n i=1 P i i=1 P i 2 4 i=1 P i n i=1 F i i=1 P i F i i=1 P i 2 F i ] (3-2) Dimana : n = Jumlah data daya (4) n i=1 P i = Jumlah daya output n i=1 F i = Jumlah dari hasil kali daya output dengan heat rate

33 Penentuan konstanta α i, β i, γ i dapat ditemukan dengan cara eliminasi gauss atau gauss jordan. 3. Membuat persamaan input/output dari konstanta α, β,dan γ 4. Menghitung persamaan biaya bahan bakar dari masing-masing pembangkit dengan perkalian antara persamaan input/output pembangkit dengan harga biaya bahan bakar pembangkit. Persamaan biaya bahan bakar F i (P i ) = α i + βp i + γ i 2 (3-3) 3.5 Pemodelan Fuzzy logic Dalam menyelesaikan masalah operasi pembangkit tenaga listrik, digunakan pendekatan algoritma fuzzy logic yang diharapkan mampu memberikan solusi yang lebih optimal. Berikut ini adalah diagram alir operasi ekonomis pembangkit dengan metodefuzzy logic. START Pencarian data pembangkit dan beban Menghitung Rugi-rugi transmisi Menghitung karakteristik input-output pembangkit Pemodelan fuzzy Inisialisasi beban pada jam ke-1 Menghitung jumlah kombinasi unit pembangkit Menguji suatu kombinasi unit pembangkit Menghitung biaya bahan bakar unit pembangkit dengan fuzzy

34 Apakah ada kombinasi lain? Ya Tidak Apakah ada inisialisasi beban di jam lain? Tidak Ya Output penjadwalan unit pembangkit STOP Gambar 3.4 Diagram alir operasi ekonomis pembangkit dengan fuzzy logic Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam menyelesaikan operasi ekonomis pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali yaitu mencari data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan. Data-data yang dicari yaitu heat reat pembangkit thermal, batas maksimum dan minimum pengoperasian pembangkit thermal serta beban harian pembangkit thermal yang telah dijumlahkan dengan rugi-rugi transmisi. n i=1 P i = PD + PL... (3.4) Langkah kedua yaitu pengolahan data heat reat masing-masing pembangkit thermal menjadi persamaan biaya bahan bakar unit pembangkit dengan pendekatan fungsi polynomial. 2 F i (P i ) = a i + b i P i + c i P i (3.5) Dimana : F i P i = Input bahan bakar pembangkit ke-i (Rp/jam) = Output daya pembangkit ke-i (MW) a i, b i, c i = Konstanta input-output pembangkit ke-i i = Indeks pembangkit ke i (i =1,2,3,...,n)

35 Langkah ketiga yaitu pemodelan fuzzy logic pada software matlab. Input data yang dibutuhkan yaitu batas maksimum dan minimum pengoperasian pembangkit, biaya bahan bakar pembangkit, serta laju penambahan biaya bahan bakar pembangkit (incremental cost). P i, min P i P i, max (3.6) F i (P i ) (3.7) λ = df i dp i (3.8) Dimana : P i, min = Pembangkitan daya minimum pembangkit ke i (i = 1,2,3,n) P i, max = Pembangkitan daya maksimum pembangkit ke i (i = 1,2,3,n) F i (P i ) = Biaya bahan bakar pembangkit ke-i fungsi dari daya ke-i (i = 1,2,3,n) λ = Laju penambahan biaya bahan bakar pembangkit Langkah keempat yaitu inisialisasi beban harian yang akan digunakan dalam perhitungan operasi ekonomis. Beban yang diuji yaitu hanya beban pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali yang telah dijumahkan dengan rugi-rugi transmisi pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2013. Langkah kelima yaitu menghitung jumlah kombinasi on dan off pembangkit thermal sebanyak 2 n 1 untuk tiap periodenya, dimana n adalah jumlah unit pembangkit thermal. Langkah keenam yaitu menguji kombinasi yang mungkin terjadi dengan perhitungan economic dispatch. N P load i=1 P i = 0 (3.9) df i dp i = λ (3.10) Dimana :

36 df i dp i = λ untuk P i, min < P i < P i, max df i dp i λ untuk P i = P i, max df i dp i λ untuk P i = P i, min Langkah ketujuh yaitu menghitung biaya bahan bakar unit pembangkit pada setiap kombinasi dengan menggunakan fuzzy logic. N F T = i=1 F i (P i ) (3.11) Dimana : F T = Total biaya bahan bakar pembangkit Langkah terakhir yaitu melakukan penjadwalan unit pembangkit selama satu hari, dimana dipilih kombinasi dengan biaya bahan bakar termurah.pemodelan fuzzy logic untuk penjadwalan pembangkit menggunakan fuzzy toolbox pada software Matlab ver.7.0 dari Mathwork Corp. 1. Menentukan variabel masukkan dan keluaran pada FIS editor Variabel masukan fuzzy adalah kapasitas beban generator dan incremental cost, sedangkan variabel keluarannya adalah biaya bahan bakar generator.

37 Gambar 3.5FIS editor 2. Membentuk himpunan fuzzy Himpunan himpunan yang mendefinisikan kapasitas beban generator, incremental cost, dan biaya bahan bakar direpresentasikan sebagai berikut : Kapasitas beban generator (LCG) : LCG = {Very Low, Low, Average, High, Very High} LCG = {VL, L, AV, H, VH} Incremental cost (IC) : IC = {Very Small, Small, Medium, Big, Very Big} IC = {VS, S, M, B, VB} Biaya Bahan Bakar (FC) : GRC = {Very Low, Low, Average, High, Very High} GRC = {VL, L, AV, H, VH} 3. Membentuk fungsi keanggotaan Untuk membentuk fungsi keanggotaan diperlukan basis data yang berfungsi untuk mengatur kerja dari proses fuzzifikasi yang meliputi penentuan range dan nilai linguistik.

38 Gambar 3.6 Fungsi keanggotaan LCG Gambar 3.7 Fungsi keanggotaan IC

39 Gambar 3.8 Fungsi keanggotaan PRC 4. Membentuk basis aturan Hubungan antara masukkan dan keluaran dinyatakan sebagai berikut : Biaya bahan bakar generator = {(Kapasitas beban generator) dan (Incremental cost)} dalam notasi himpunan fuzzy ditulis dengan : PRC = {LCG} {IC} Tabel 3.9 Aturan fuzzy logic untuk penjadwalan pembangkit Aturan LCG IC PRC Aturan LCG IC PRC 1 VL VS VL 14 AV B AV 2 VL S VL 15 AV VB AV 3 VL M VL 16 H VS H 4 VL B VL 17 H S H 5 VL VB VL 18 H M H 6 L VS L 19 H B H 7 L S L 20 H VB H 8 L M L 21 VH VS VH 9 L B L 22 VH S VH 10 L VB L 23 VH M VH 11 AV VS AV 24 VH B VH 12 AV S AV 25 VH VB VH

40 13 AV M AV Gambar 3.9 Rule viewer Gambar 3.10 Surface viewerrule 5. Proses defuzzifikasi

41 Untuk mendapatkan keluaran dalam bentuk crisp (dalam $), proses defuzzifikasi dalam kasus ini menggunakan metode mom. Biaya bahan bakar (PRC) secara matematis dinyatakan sebagai : PRC = n i=1 μ(prc)i PRCi n i=1 μ(prc)i...(3-12) Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sistem interkoneksi 500 KV Jawa-Bali yang terdiri dari 28 bus dengan 8 pembangkit. Dalam penelitian ini hanya menggunakan pembangkit thermal yaitu Suralaya, Muaratawar, Tanjung Jati, Gresik, Paiton, dan Grati. Sedangkan untuk pembangkit hidro seperti Cirata dan Saguling tidak disertakan dalam penelitian ini. Single line diagram sistem interkoneksi 500 KV Jawa-Bali dapat dilihat pada gambar 8. Adapun data uji yang digunakan yaitu beban harian pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali pada hari Senin tanggal 7 Mei 2013 yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) P3B Gandul-Depok.