BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN TAGANA DI JAKARTA. Rizka Mutia Kartika.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

c. Pengalaman dan suasana hati.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial Remaja. yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku merupakan respon individu terhadap

TAGANA Relawan Sosial Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire. Kondisi letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam

BAB II LANDASAN TEORI

KERELAWANAN. Agak kesulitan mencari informasi dan literature yang membahas. tentang kerelawanan. Kerelawanan muncul dari kegiatan di masyarakat yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

BAB III LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menjawab pertanyaan penelitian pada Bab I, berikut ini dijelaskan beberapa teori

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Powered by TCPDF (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Post Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana dengan tingkat yang tinggi (HPLI, 2014).Bencana yang dimaksud adalah bencana alam, yaitu segala jenis bencana yang dimana sumber dan faktor penyebabnya berasal dari alam (Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana, 2014).Berbagai peristiwa bencana alam terjadi di Indonesia seperti gempa bumi di Sumatera Barat, meletusnya Gunung Merapi dan banjir di Jakarta. Adanya peristiwa bencana alam tersebut mengundang banyak perhatian dari berbagai masyarakat, khususnya kaum relawan. Berbagai relawan turut berpartisipasi, baik secara individualmaupun bergabung dalam organisasike lokasi bencana alam. Para relawan tersebut berpartisipasi untuk memberikan berbagai bantuan kepada seluruh korban bencana alam, seperti membantu mengevakuasi korban, memberikan fasilitas darurat yang diperlukan untuk keselamatan korban, dan sebagainya. Gempa bumi yang mengguncang kawasan Sumatera Barat pada tahun 2009 lalu,tercatat sebanyak 15 relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana)dari Jakarta diterjunkan ke lokasi bencana.relawan tersebut diterjunkan untuk memberikan bantuan berupa sumbangan dana, bantuan logistik dan melakukan trauma healing. Trauma healing ialah membantu memulihkan trauma pada korban gempa bumi terutama pada anak-anak dengan cara bermain sambil bernyanyi. Selain relawan TAGANA, terdapat pula relawan lain yangturut berpartisipasi untuk membantu korban gempa bumi di Sumatera Barat, yakni relawan dari Mustang 88 FM yang berjumlah 21 orang. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010lalu, tercatat 150 relawan TAGANA dari Jakarta ikutberpartisipasi. Mereka berpartisipasi untuk membantu mengevakuasi korban bencana dan memberi bantuan berupa fasilitas dapur umum. Terdapat pula tim relawan yang merupakan mahasiswadari salah satu universitas di Indonesia dengan jumlah kurang lebih 20 orang dan tim relawan dari BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) yang juga turut berpartisipasi membantu korban meletusnya Gunung Merapi. Selain peristiwa meletusnya Gunung Merapi, relawan TAGANA juga turut membantu para korbanbanjir di Jakarta yang terjadi diawal tahun 2014.

Peristiwa banjir di Jakarta yang terjadi diawal tahun 2014, mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama pemerintah.sekretaris Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Andi Asnandar, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Margowiyono dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Kemensoslangsung menyebar ke beberapa titik pengungsian untuk melihat dapur umum denganberkontribusi pada seluruh relawan kemanusiaan TAGANA di Jakarta yang berjumlah 1.877 orang. Tidak hanya sekedar mengawaki dapur umum, relawan TAGANA juga ikut mengevakuasi warga Jakarta yang terkena banjir dan turut membantu membersihkan rumah warga yang tergenang banjir.terdapat pula relawan lain yang berkontribusi pada peristiwa banjir di Jakarta, yakni relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berjumlah 50 orang. Relawan tersebut berkontribusi untuk memberikan bantuan berupa perlengkapan mandi dan tidur. Dengan adanya kasus bencana yang telah dikemukakan diatas, terlihat adanya pertumbuhan dari para relawan yang ikut berpartisipasi saat terjadi peristiwa bencana alam khususnya pada relawan TAGANA di Jakarta.Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah relawan yang ikut terjun ke lokasi bencana mulai dari peristiwa gempa bumi di Sumatera Barat, meletusnya Gunung Merapi hingga peristiwa banjir di Jakarta.Adanya pertumbuhan tersebut, dapat menggambarkan bahwa setiap orang memiliki niat tanpa melihat dan mempertimbangkan untung maupun rugi ketika terjun menjadi relawan. Himpsi (dalam Gunawan & Sulistyorini, 2007)mengatakan bahwa relawan merupakan seseorang yang memiliki niat untuk membantu individuatausekelompok individu yang memerlukan bantuan, termotivasi oleh kemauan sendiri dan tidak bermaksud untuk menerima harta atau benda.basuki (2013) juga menambahkan bahwa relawan adalah seseorang yang secara sukarela menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan serta sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atas sesuatu yang telah disumbangkan. Hal ini juga terjadi pada relawan TAGANA yang memiliki kepedulian dan aktif dalam kegiatan penanggulangan bencana bidang bantuan sosial. TAGANA merupakan perwujudan dari penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis masyarakat yang beranggotakan seluruh rakyat Indonesiabaik pria maupun wanita (Tagana, 2014).Peran TAGANA disesuaikan dengan UU 24/2007

tentang Penanggulangan Bencana, pasal 27 yaitu mengamanatkan setiap orang berkewajiban melakukan kegiatan penanggulangan bencana.selanjutnya, peran TAGANA juga disesuaikan dengan UU 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial, pasal 1 ayat 9 yaitu perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan sosial (keadaan tidak stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik dan bencana alam). Maraknya organisasi-organisasi sosial yang menyediakan berbagai pelayanan sosial, seperti TAGANA, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), BSMI dan sebagainya patut untuk diberi dukungan dan disambut gembira oleh seluruh warga masyarakat.hal ini menunjukkan tingginya tingkat kepedulian relawan yang telah bergabung dan berkontribusi dalam organisasi sosial tersebut untuk mengupayakan pelayanan sosial bagi warga masyarakat yang memerlukan bantuan.waters & Bortree (2007) mengatakan bahwa terdapat empat komponen yang melandasi hubungan antara relawan dengan organisasinya, yaitu kepercayaan, komitmen, keseimbangan dari kekuatan dan kepuasan. Kontribusidari relawan yang bergabung dalam organisasi TAGANA dinilai sangat positif.karena kontribusi relawan berfungsisebagai pilar penyangga tegaknya mentalitas para korban bencana alam.hal ini diwujudkan melaluiadanya dukungan dalam bentukperilaku menolong yang diberikan relawanuntuk para korban bencana alam tanpa memandang latar belakang, suku, agama maupun ras.sehinggadengan adanya perilaku menolong dari relawan terhadap korbandapat meringankan beban yang dialami oleh korban bencana alam.eisenberg, Spinrad, & Sadowsky (dalam Aronson, Wilson& Akert, 2007)mengatakan bahwa kualitas yang ada didalam diri seseorang yang dapat menyebabkan orang tersebut maumenolong orang laindinamakan altruisme. Nindihong (2013)juga menambahkan bahwa altruisme merupakan salah satu karakteristik yang ada di dalam diri relawan. Myers & Batson (dalamtanjung, 2014)mengatakan bahwa terdapat tiga komponen didalam hati seseorang yang memiliki kecenderungan altruisme diantaranya ialah empati yaitu kemampuan merasakan apayang dialami oleh orang lain, sukarela yaitu tidak mengharapkan imbalan, dan keinginan untuk memberikan bantuan kepada orang lain tanpa orang tersebut mengetahui bentuk bantuan yang diberikannya. Adanya karakteristik altruisme dapat mewujudkanketahanan mentalyang kuat selain ketahanan

fisik yang ada dalam dirirelawan ketika sedang melaksanakan tugasnya.seperti yang kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang relawan bukan pekerjaan yang mudah.hal ini dikarenakan selain tidak diberi upah atau gaji atas jasa yang telah diberikan, menjadi seorang relawan juga memiliki resiko yang sangat tinggi dari tugas kemanusiaan yang diemban. Dengan demikian, peran karakteristikyang ada didalam diri relawan merupakan faktor utama yang sangat penting supaya relawan mampu melakukan pekerjaan kemanusiaan secara efektif dan dapat berperilaku yang mengarah pada perilaku prososial. Twenge,Ciarocco, & Bartels (2007)mengatakan bahwa perilaku prososial dilakukan untuk kepentingan orang lain dan tidak menguntungkanbagi diri sendiri,serta memerlukan resiko.serupa dengan pernyataan tersebut, Baron& Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menolong yang menguntungkan bagi orang lain, tanpa memberi keuntungan langsung dan melibatkan resiko bagi orang yang melakukannya. Eisenberg (1989)juga menambahkan bahwa perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan secara sukarela dan dimaksudkan untuk membantu maupun memberi keuntungan kepada individu atau sekelompok individu. Perilaku prososial mencakup berbagai bentuk tindakan-tindakan.eisenberg &Mussen(1989) mengatakan bahwa perilaku prososial mencakup pada tindakantindakan diantaranya ialahberbagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), dan kedermawanan (generosity).bringham (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009)menambahkan bahwa tindakan-tindakan dalam perilaku prososial meliputi menolong, kerjasama, persahabatan, kedermawanan, menyelamatkan dan pengorbanan. Selanjutnya, Wispe (dalam Luthfi, 2009) juga mengatakan bahwa tindakan-tindakan dalam perilaku prososial meliputi simpati (sympathy), kerjasama (cooperation), menolong (helping), menyumbang (donating), dan altruistik (altruism). Eisenberg & Mussen (1989) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berkontribusiterhadap perilaku prososial. Selanjutnya,Eisenberg & Mussen (1989) menambahkan bahwa faktor-faktor tersebut diantaranya faktor biologis, budaya masyarakat setempat, pengalaman sosialisasi, proses kognitif, respon emosional, faktor situasional, dan faktor karakteristik individu khususnya kepribadian. Piliavin (dalam

Dayakisni& Hudaniah, 2009)juga menambahkan bahwa faktor yang terdapat didalam diri seseorang,yaknikepribadianmemiliki kecenderungan terhadap individu untuk berperilaku prososial. Kepribadian merupakan suatupola yang relatif menetap didalam diri individu yang menghasilkan beberapa ukuran konsisten tentang perilaku (Feist & Feist, 2009).Fieldman (dalam Endah, 2005) mengatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan para ahli untuk memahami kepribadian,salah satunya dengan menggunakan teori trait.para peneliti menyetujui teori trait yang mengelompokkan trait menjadi lima besar dengan dimensi bipolar, yang disebut Big Five(Beaumont & Stout, 2003). Penelitian-penelitian mengenai big five factor yang dilakukan oleh para ahli menjadikan big five factor sebagai satu-satunya dimensi kepribadian yang dapat direplikasi dalam bentuk bahasa maupun budaya. McCrae & Costa (1997), big five dapat digunakan dalam berbagai bentuk bahasa, baik dalam bentuk bahasa Inggris maupun bahasa lainnya.piedmont & Chae (1997)juga berpendapat berbagai penelitian lintas budaya mengenai kepribadian big five ini dilakukan, salah satunya di Korea.Feist & Feist (2009)mengatakan bahwa big five adalah salah satu bentuk kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku individu.moberg (1999)menambahkan bahwa Big Five atau FFM didasarkan pada kategori sifat individu, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi diri sendiri maupun orang lain. Dalam Five Factor Model (FFM), trait kepribadian digambarkan dalam bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa dalam Pervin, 2005). Kelima dimensi dasar diantanya pertama,neuroticism adalah individu yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir.kedua, extraversion adalahindividu yang memiliki emosi yang positif, energik, senang bergaul, tertarik dengan banyak hal dan ramah dengan orang lain.ketiga,opennes to experience adalah individu yang memiliki kapasitas untuk menyerap informasi, fokus pada berbagai pikiran maupun perasaan.keempat, agreeablenessadalah individu yang ramah, rendah hati, tidak menuntut, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Kelima,conscientiousness adalah individu yang memiliki kontrol terhadap lingkungan sosial, mengikuti aturan dan norma, terencana, dan memprioritaskan tugas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, terdapat dua trait kepribadian dari lima trait kepribadian dalam big five yang dikemukakan oleh McCrae & Costa (dalam Pervin, 2005), yaitu extraversiondan agreeableness sama-sama memiliki kepribadian yakni ramah dengan orang lain. Dalam tabel karakteristik skor tinggi dan skor rendah pada dimensibig five, terlihat bahwa agreeableness dan extrovertionmemiliki skor tinggi pada karakteristik suka menolong (Moberg, 1999).Artinya, individu yang memiliki karakteristik agreeableness dan extrovertion ialah individu yang suka menolong.menolong merupakan bentuk yang paling jelas dari perilaku prososial.eisenberg dan Mussen (1989) menambahkan bahwa menolong merupakan salah satu bentuk tindakan dari perilaku prososial.maka para relawan TAGANA di Jakarta yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang bantuan sosial, dapat dikatakan memiliki karakteristik yang menonjol baik itu extraversion atau agreeableness maupun keduanya. Pada kenyataannya, tidak semua relawan TAGANA memiliki karakteristik yang menonjol baik itu pada extraversion maupun agreeableness.hal ini dikarenakan bisa saja relawan tersebut memiliki karakteristik yang menonjol baik itu pada openness to experience, conscientiousness, atau neuroticism.dengan variasi yang cukup besar, maka peneliti ingin melihat kepribadian big five mana yang memiliki kecenderungan pada relawan TAGANA untuk beperilaku prososial.dengan demikian, peneliti mengangkat penelitian ini untuk membahas apakah kepribadian big fivememiliki hubungan yang signifikan atau tidak signifikan denganperilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta. 1.2 Rumusan Permasalahan Menjadi seorang relawan merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena memerlukan resiko yang sangat tinggi daritugas kemanusiaan yang diemban. Untuk itu karakteristik dari relawan sangat penting demi terwujudnya ketahanan mental dalam diri relawan agar mampu melakukan pekerjaan kemanusiaan secara efektif dan dapat berperilaku yang mengarah pada perilaku prososial.pertanyaan penelitian yang dapat ditarik ialah Apakah ada hubungan antara kepribadian big five dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta?.

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidak adanyahubungan yang signifikan antara kepribadian big five dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta.