FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

POLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

Dampak Perubahan Iklim

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

Gambar 8. Peta Kontur Ketinggian Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS UDARA STASIUN GLOBAL ATMOSPHERE WATCH (GAW) BUKIT KOTOTABANG KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

Laporan Tahunan (Januari-Desember 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Bab IV Gambaran Umum Daerah Studi

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

Elaeis Noviani R., Titik Istirokhatun, Sudarno. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9. lithosfer. hidrosfer. atmosfer. biosfer

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

KONSENTRASI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISIS KUALITAS UDARA JAKARTA TANGGAL JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

Kimia Lingkungan (M. Situmorang) Halaman i

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

ANALISIS PENCEMARAN UDARA DENGAN BOX MODEL (DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR UDARA) STUDI KASUS DI KOTA TANGERANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

Studi Tingkat Keasaman Air Hujan Berdasarkan Kandungan Gas CO 2, SO 2 Dan NO 2 Di Udara (Studi Kasus Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak)

Winardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

Analisis Pengaruh Faktor Meteorologi dan Unsur Ruang Terhadap Nilai Reduksi Sulfur Dioksida Udara Ambien di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio)

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

MENCARI PERLUASAN MODEL DINAMIK UNSUR-UNSUR UTAMA IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

DAFTARISI. ABSTRAKS KATA PENGANTAR DAFTAR lsi DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPlRAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2

STUDI KUALITAS UDARA KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS KONSENTRASI NO 2) Sukmawati, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU Riad Syech, Sugianto, Anthika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru 18193 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor fisis yang mempengaruhui akumulasi Nitrogen monoksida dan Nitrogen dioksida di udara Pekanbaru pada stasiun Kulim, Sukajadi dan Tampan dengan menggunakan metodologi interpretasi data. Pengabilan data akumulasi NO dan NO 2 konsentrasi NO dan NO 2 dilakukan dengan menggunakan alat Nitrogen Oksida Analyzer seri APNA 360 di Laboratorium Udara Kota Pekanbaru. Data yang diamati adalah data harian dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan bulan Desember tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO dan NO 2 tidak pernah sama di setiap bulannya. Konsentrasi terendah NO terdapat di stasiun Kulim sebesar 2,43 μg/m 3 pada tahun 2012 dan konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun Sukajadi sebesar 55,51 μg/m 3 pada tahun 2010. Konsentrasi terendah NO 2 terdapat di stasiun Tampan sebesar 3,99 μg/m 3 pada tahun 2010 dan konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun Sukajadi sebesar 92,99 μg/m 3 pada tahun 2010. Suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin mempengaruhi besarnya konsentrasi NO dan NO 2. Suhu udara yang tinggi, kelembaban udara yang rendah serta kecepatan angin yang tinggi menyebabkan konsentrasi NO dan NO 2 rendah, sedangkan suhu udara yang rendah, kelembaban udara yang tinggi dan kecepatan angin yang rendah menyebabkan konsentrasi menjadi tinggi. Kata kunci: Faktor-faktor fisis, akumulasi, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin PENDAHULUAN Atmosfer merupakan lapisanlapisan gas yang mengelilingi permukaan bumi sampai ketinggian tertentu yang berfungsi sebagai pelindung dan sumber utama bagi kehidupan di bumi, akan tetapi atmosfer juga menampung berbagai bahan pencemar udara yang dapat menyebabkan kualitas atmosfer menurun. Bahan pencemar udara berasal dari akivitas di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas alamiah seperti gunung meletus 516

dan aktivitas manusia seperti transportasi, kebakaran hutan serta limbah pabrik. Meningkatnya teknologi dan industri berakibat pada meningkatnya jumlah sumber bahan pencemar. Secara umum terdapat dua jenis bahan pencemar di udara, yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder. Nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2 ) adalah salah satu jenis pencemar primer yang banyak diemisikan ke udara. Industri pupuk, industri bahan polymer, kendaraan bermotor, serta industri perminyakan merupakan aktivitasaktivitas utama yang mengemisikan NO dan NO 2 ke atmosfer (Soedomo. M, 2001). NO dan NO 2 memegang peranan penting dalam meningkatkan hujan asam dan pemanasan global serta pembentukan kabut fotokimia (Achmad. R, 2004), menjadikannya sebagai bahan pencemar udara yang berbahaya.. Penyebaran dan akumulasi bahan pencemar ini dipengaruhi oleh keadaan meteorologi seperti suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Kota Pekanbaru yang berada di 0 25 LU - 0 45 LU dan 101 14 BT- 101 44 BT dengan luas sekitar 632,26 km 2 merupakan kota terbesar di Provinsi Riau yang berpenduduk padat dan merupakan daerah industri yang cukup berperan dalam menambahkan bahan pencemar NO dan NO 2 di udara. Topografi Kota Pekanbaru yang landai dan bergelombang dengan ketingggian berkisar antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut memungkinkan akumulasi bahan pencemar akan merata di seluruh kota karena angin dapat bergerak tanpa hambatan (BAPPEDA Pekanbaru, 2012). Peningkatan jumlah industri dan kendaraan bermotor di Kota Pekanbaru, akan meningkatkan jumlah pencemaran NO dan NO 2 di udara, akibatnya akumulasinya di udara akan meningkat dari waktu ke waktu yang dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit dan kerusakan lingkungan yang serius, oleh sebab itu analisa mengenai pengaruh suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin terhadap akumulasi NO dan NO 2 di Kota Pekanbaru sangat diperlukan untuk mengetahui dimana saja NO dan NO 2 tersebut terakumulasi agar strategi pengendalian pencemaran polutan ini dapat dilakukan dengan tepat. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode interpretasi data dengan alur penelitian sebagai berikut: 517

1. Ukur konsentrasi NO dan NO 2 setiap 30 menit 2. Menanalisa data NO dan NO2 menggunakan program Microsoft Office Excel Gambar 1 Diagram alur penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa konsentrasi terendah NO dan NO 2 terjadi ketika suhu udara tinggi dan konsentrasi tertinggi terjadi ketika suhu udara rendah. Suhu udara yang tinggi membuat densitas udara di dekat permukaan bumi menjadi lebih rendah daripada udara di atasnya menyebabkan terjadinya aliran konveksi ke atas yang membawa berbagai polutan termasuk gas NO dan NO 2, akibatnya konsentrasi NO dan NO 2 menjadi rendah. Suhu udara yang rendah menyebabkan densitas udara di dekat permukaan bumi hampir sama dengan densitas udara yang berada di atasnya, akibatnya aliran konveksi udara bergerak lebih lambat sehingga konsentrasi NO dan NO 2 menjadi tinggi karena terakumulasi di permukaan. Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa konsentrasi terendah NO dan NO 2 terjadi ketika kelembaban udara rendah dan konsentrasi tertinggi terjadi ketika kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara yang rendah berarti uap air yang dikandung udara jumlahnya sedikit, pada saat itu dispersi udara akan terjadi lebih cepat karena udara dapat bergerak tanpa terhambat oleh uap air sehingga konsentrasi NO dan NO 2 di sekitar stasiun menjadi rendah. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan dispersi udara menjadi lambat karena banyaknya uap air di udara akan memperlambat aliran udara baik secara horizontal maupun vertikal sehingga konsentrasi NO dan NO 2 menjadi tinggi. Gambar 6 dan 7 memperlihatkan bahwa konsentrasi terendah NO dan NO 2 umumnya terjadi ketika kecepatan angin tinggi. Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan udara menyebar dengan cepat menjauhi stasiun sehingga 518

konsentrasi menjadi rendah, tetapi hasil analisa juga menunjukkan bahwa konsentrasi terendah NO 2 pada tahun 2011 terjadi ketika kecepatan angin rendah. Kecepatan angin yang rendah pada bulan Desember menyebabkan udara tidak menyebar dari stasiun, akibatnya reaksi antara NO 2 dan air terjadi di sekitar stasiun sehingga konsentrasi NO 2 menurun.. Gambar 8 dan 9 memperlihatkan konsentrasi menjadi semakin rendah akibat NO 2 banyak yang larut terbawa air hujan. Konsentrasi tertinggi NO dan NO 2 terjadi ketika kecepatan angin rendah. Kecepatan angin yang rendah menyebabkan penyebaran udara menjadi lambat dan terakumulasi di sekitar stasiun sehingga konsentrasi NO dan NO 2 menjadi tinggi. Udara dan kecepatan angin yang cukup besar setiap bulannya menyebabkan konsentrasi selalu berubah. Akumulasi kembali terjadi pada tahun 2012. Suhu dan kelembaban udara yang tidak mengalami perubahan yang cukup besar serta rata-rata arah angin yang menuju barat menyebabkan konsentrasi NO dan NO 2 terakumulasi dari bulan Januari sampai September. Perubahan arah dan kecepatan angin pada bulan Oktober memberikan dampak yang besar pada akumulasi NO dan NO 2 karena konsentrasi menjadi turun. KESIMPULAN DAN SARAN Akumulasi konsentrasi nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2 ) di pengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Konsentrasi terendah terjadi ketika suhu udara tinggi, kelembaban udara rendah dan kecepatan angin tinggi karena penyebaran konsentrasi menjauhi stasiun terjadi dengan cepat, sedangkan konsentrasi tertinggi terjadi ketika suhu udara rendah, kelembaban udara tinggi dan kecepatan angin rendah karena penyebaran konsentrasi menjauhi stasiun terjadi dengan lambat. Arah angin merupakan faktor utama yang menentukan arah penyebaran dan lokasi akumulasi dari NO dan NO 2 karena arah angin dapat menunjukkan udara bergerak menjauhi atau mendekati stasiun pengamat. Tahun 2010 2012 konsentrasi NO berkisar antara 2,43 55,51 μg/m 3. Konsentrasi terendah terdapat di stasiun Kulim sebesar 2,43 μg/m 3 pada tahun 2012 karena rata-rata arah angin yang menuju ke selatan membawa udara menjauhi stasiun Kulim. Konsentrasi 519

tertinggi terdapat di stasiun Sukajadi sebesar 55,51 μg/m 3 pada tahun 2010 karena adanya pertemuan arah angin dari stasiun Kulim dan Sukajadi menyebabkan udara terperangkap di stasiun Sukajadi. Tahun 2010 2012 konsentrasi NO 2 berkisar antara 3,99 92,99 μg/m 3. Konsentrasi terendah terdapat di stasiun Tampan sebesar 3,99 μg/m 3 pada tahun 2010 karena rata-rata arah angin dari ketiga stasiun menunjukkan bahwa udara menjauhi stasiun Tampan. Konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun Sukajadi sebesar 92,99 μg/m 3 pada tahun 2010 karena adanya pertemuan arah angin dari stasiun Kulim dan Sukajadi menyebabkan udara terperangkap di stasiun Sukajadi. Konsentrasi NO dan NO 2 terus menurun dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dan cenderung terakumulasi di stasiun Sukajadi selama tahun 2010 dan 2011 karena adanya pertemuan arah angin di Sukajadi. Tahun 2012 akumulasi hampir merata di seluruh stasiun karena rata-rata arah angin menuju ke selatan. DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi: Yogyakarta Badan Lingkungan Hidup. 2012. Indeks Standar Pencemaran Udara. Melalui: [20/Desember/2012] Badan Lingkungan Hidup kota Pekanbaru. 2011. Laporan Tahunan Kualitas Udara Ambien Kota Pekanbaru. BLH kota Pekanbaru: Pekanbaru Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Pekanbaru. 2012. Kondisi Geografi Kota Pekanbaru. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2012. Keadaan Iklim. Melalui: [4/Mei/2013] Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius: Bogor Kartasapoetra, A. G. 2008. KLIMATOLOGI: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara: Jakarta Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta Mason, N dan Peter, H. 2001. Introduction to Environmental Physics Planet Earth, Life and Climate. Taylor & Francis Inc: London 520

Neiburger, Ediner dan Bonner. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer di Sekitar Kita. Penerbit ITB: Bandung Pemerintah Kota Pekanbaru. 2012. Seputar Kota Peta Kota. Melalui [5/November/2013] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Pengendalian Pencemaran Udara. Kementerian Negara Republik Indonesia: Jakarta Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB: Bandung Soegeng, R. 1994. Ionosfer. Penerbit Andi: Yogyakarta Song, F., Yuan, G., Rafael, J.A. dan Jin, Y.S. 2010. Relationships among the springtime ground-level NO x, O 3, and NO 3 in the vicinity of highways in the US East Coast. Amospheric Pollution Research 2: 374-383. Syahrial. 2010. Pencemaran Udara Jalan Soekarno Hatta dan Perbandingannya dengan Kualitas Udara Ambien Kota Pekanbaru, Tesis Ilmu Lingkungan, Universitas Riau, Pekanbaru. Robert, D., Fei, S. dan Yuan, G. 2012. Seasonal characteristics of ambient nitrogen oxides and ground-level ozone in metropolitan northeastern New Jersey. Atmospheric Pollution Research 3: 247-257. Tjasyono, B. 1999. Klimatologi Umum. Penerbit ITB: Bandung Lampiran Schlager, N., Weisblatt, J., dan David, E. Newton. 2006. Chemical Compounds. Thomson Gale: New York Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara. Penerbit ITB: Bandung 521

Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu udara dan nitrogen monoksida terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010 2012 terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010 2012 Gambar 3. Grafik hubungan antara suhu udara dan nitrogen dioksida terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010 2012 Gambar 5. Grafik hubungan antara kelembaban udara dan nitrogen dioksida terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010 2012 Gambar 4. Grafik hubungan antara kelembaban udara dan nitrogen monoksida Gambar 6. Grafik hubungan antara kecepatan angin dan nitrogen monoksida terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010 2012 522

monoksida tahun 2010-2012 di stasiun Kulim, Sukajadi dan Tampan 120 Stasiun Kulim Stasiun Sukajadi Stasiun Tampan Baku Mutu Udara NO 2 100 80 NO 2 ( g/m 3 ) 60 40 20 0 Gambar 7. Grafik hubungan antara kecepatan angin dan nitrogen dioksida terhadap waktu di stasiun Sukajadi tahun 2010-2012 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Gambar 9. Konsentrasi nitrogen dioksida tahun 2010-2012 di stasiun Kulim, Sukajadi dan Tampan. Stasiun Kulim Stasiun Sukajadi Stasiun Tampan 60 50 40 NO ( g/m 3 ) 30 20 10 0 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Gambar 8. Konsentrasi nitrogen 523