TINJAUAN PUSTAKA. Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

EROSI DAN SEDIMENTASI

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

Teknik Konservasi Waduk

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENENTUKAN LAJU EROSI

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. berikut ini: 1) Erosi menurunkan tingkat kesuburan tanah. Saat terjadinya erosi,

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

TINJAUAN PUSTAKA. Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. PEMBENTUKAN TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. adanya erosive transport agent seperti air dan angin Pada daerah beriklim tropika. gleytser kurang begitu dominan (Nursa ban, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

III. METODE PENELITIAN

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Erosi. Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikelpartikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah (transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan (deposition) (Foster and Meyer, 1973). Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu : 1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan), 2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah), 3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng), 4. Vegetasi penutup tanah, dan 5. Tingkat pengelolaan tanah (Arsyad, 2006). Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat yang makin ditingkatkan oleh air (Arief, 2001).

Berdasarkan atas terlibat tidaknya peranan manusia sebagai faktor penyebabnya, erosi dapat dibedakan atas :(1) Erosi alamiah (natural erosion, normal erosion), dan erosi dipercepat (accelerted erosion). Erosi alamiah dianggap tidak membawa kerugian, karena jumlah tanah yang hilang karena erosi seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi dipercepat adalah erosi yang diakibatkan oleh perbuatan manusia, yang merusak keseimbangan antara proses pembentukan dan pengikisan tanah ( Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008). Produktivitas tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menghasilkan produksi pertanian yang optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburannya. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Untuk mencapai tingkat produksi yang diharapkan, maka macam dan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah pada dasarnya harus berada dalam keadaan yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman (Mario dan Syamsiar, 2005). Komponen air mempunyai efek yang lebih besar pada pergerakan tanah. komponen itu dapat menyebabkan pergerakan yang secara langsung seperti ketika air mengalir di suatu permukaan atau menurun pada lahan yang miring. Dimana tenaga pengangkutan tanahnya akan berbeda menurut kedalaman air mengalir, apakah alirannya bergolak atau tidak, dan dengan kecepatan air yang bergerak (Hallsworth, 1987). Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah akan menurun dan mengakibatkan air

mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut pertikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan penghancuran agregat-agregat, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan (Utomo, 1989). Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, panjang dan kemiringan lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia. Dinyatakan dalam persamaan berikut : E = f (i. t. r. v. m) Di mana : E i t r v m = Erosi = iklim = tanah = topografi = vegetasi = manusia (Utomo, 1988). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erosi Faktor iklim Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain : hujan, temperatur, angin, kelembapan, dan radiasi matahari. Faktor hujan yaitu curah hujan merupakan faktor yang paling penting. Curah hujan tinggi dalam suatu

waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1988). Faktor tanah Sifat sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik,dan tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Untuk keperluan pertanian berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70%, porositasnya rendah (<40%), aerasi baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah berliat, jika kandungan liatnya >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi (Utomo, 1988).

Tanah Andepts Adapun jenis tanah dalam penelitian adalah merupakan jenis tanah Andosol atau Andepts dimana nilai faktor kedalaman tanah 1,0. Tanah ini mempunyai tekstur liat berlempung dan sruktur tanahnya termasuk granular halus. Tanah ini dibentuk dalam bahan abu volkan dan mempunyai horison A. Adapun ciri tanah horison A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang, lemah, agak pekat, batas horison nyata dan berombak. Tanah mempunyai nilai infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase baik sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi (Soil Survey Manual, 1993). Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan tersebar pada beberapa tempat di daerah tropika. Akhir-akhir ini Andepts mendapat perhatian secara khusus. Tanah Andepts tanah yang berwarna hitam, mengandung bahan organik dan lempung amorf, serta sedikit silica, yang terbentuk dari abu vulkanik dan umumya ditemukan di daerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990) Andepts merupakan tanah mineral dengan lapisan permukaan yang berwarna hitam sampai coklat gelap dan lapisan di bawah permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan. Tanah ini dibentuk di daerah pegunungan yang masih aktif dan sekitarnya. Tanah ini berkembang dari bahan-bahan abu volkan. Menurut Tan (1965) tanah Andisol atau Andepts di Indonesi berkembang dari berbagai bahan induk. Di Sumatera ditemukan Andosol dengan bahan induk yang berasosiasi tuf andesit-dasit.

Menurut Mohr, et al (1972) Andosol mempunyai horison A dan ABC. Horison A berstruktur remah dan granular dan horison B mempunyai stuktur gumpal sampai gumpal bersudut. Andosol mempunyai bahan organik yang tinggi.kandungan bahan organik tersebut tinggi di lapisan atas dan menurun jumlahnya sesuai dengan kedalamannya. Kandungan bahan organik yang tinggi akan membentuk kompleks stabil dengan alofan, sehingga berpengaruh terhadap kapasitas menahan air dan kerapatan lindak (bulk density). Jadi semakin tinggi bahan organik akan membantu megurangi laju erosi karena tanah akan meresap air limpasan di permukaan. Tanah Andosol atau Andept terbentuk dari abu vulkan muda dengan bahan organik yang tinggi, tekstur lapisan tanah atas pasir berlempung, tekstur lapisan bawah berliat, bersolum dalam sehingga kapasitas infiltrasi dan perkolasinya tinggi. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, pengukuran erodibilitas tanah dengan nomograph menunjukkan bahwa indeks erodibilitas Andosol bervariasi dari 0,10 sampai 0,25. Andosol mempunyai nilai erodibilitas rendah sampai sedang. Jadi dapat dikatakan bahwa sebenarnya tanah Andepts cukup tahan terhadap erosi yang ditimbulkan oleh pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan (Utomo, 1989). Kebanyakan Andepts baik untuk pertanian karena menyerap air banyak. Tanah yang cepat menyerap air hujan akan sangat baik untuk tanaman karena tanaman akan tumbuh dengan ketersediaan air yang tercukupi dan juga tidak dalam keadaan jenuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra dkk (1988) bahwa pada tanah jenis Andosol dimanfaatkan untuk bertanam padi, sayuran, palawija, teh, kopi dan pinus. Derajat kesuburan kimiawi rendah diperbaiki

dengan penambahan bahan kapur sehingga tekstur tanah dapat diperbaiki. Nilai tekstur tanah dapat kita lihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Penilaian ukuran butir (M) untuk digunakan dalam rumus nomograph Klas tekstur Nilai M Klas tekstur Nilai M USDA (USDA) heavy clay 210 loamy sand 3245 medium clay 750 silt clay loam 3770 sandy clay 1213 sandy loam 4005 light clay 1685 Loam 4390 sandy clay loam 2160 silt loam 6330 silt clay 2830 Silt 8245 clay loam 2830 tidak diketahui 4000 Sandy 3035 (Hammer, 1978). Dalam penelitian, jenis tanah Andepts mempunyai tekstur lempung berliat (clay loam) dengan nilai M 2448. Tanah lempung berliat bagi usaha tani dapat dikatakan sangat cocok. Namun pada tanah lempung berliat, kemampuan mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang dipecahkan butir-butir hujan serta bagian tanah yang terkikis oleh hujan akan jauh lebih banyak dibanding aliran permukaan itu berada di atas tanah pasir. Faktor topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Pada lahan penelitian, kemiringan lereng masuk dalam kelas lereng

bergelombang/agak miring. Dengan kemiringan sebesar 11,1 % maka daerah ini termasuk rawan erosi. Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng No Relief Lereng (%) 1. Datar 0-3 2. Berombak/landai 3-8 3. Bergelombang/agak miring 8-15 4. Miring berbukit 15-30 5. Agak Curam 30-45 6. Curam 45-65 7. Sangat Curam > 65 (Utomo, 1989). Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10 %. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman 45º. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar (Sinukaban, 1986). Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara erosi dengan kecuraman lereng, erosi semakin besar dengan makin curamnya lereng. Sementara jika besarnya erosi menjadi dua kali lebih besar, jumlah aliran permukaan tidak banyak bertambah bahkan cenderung mendatar (Gambar 1), hal ini disebabkan jumlah aliran permukaan dibatasi oleh sejumlah air hujan yang jatuh.

Gambar 1. Hubungan antara Kecuraman Lereng dengan Aliran Permukaan dan Erosi (Arsyad, 2000). Untuk menentukan lokasi dan besar kemiringan lereng di lahan jagung bisa menggunakan alat pengukur kemiringan yaitu Abney Level. Lereng yang akan diukur kemiringannya hendaknya bebas dari segala hambatan, agar lebih mudah dalam pengamatan. Membidik dengan Abney Level melalui lubang pengamatan bisa dilakukan dari puncak lereng ke dasar lereng atau sebaliknya. Untuk memudahkan dalam membidik dapat digunakan dua patok kayu yang panjangnya setinggi dengan arah pandangan mata. Abney Level diletakkan di atas patok kayu, kemudian diatur dengan cara memutar Abney Level. Angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala merupakan derajat atau persen kemiringan dari lereng yang dicari ( Hidayat, 2001). Faktor vegetasi Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya:

1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air hujan, sehingga memperkecil erosi. Daun tanaman jagung adalah daun sempurna. Karena bentuknya memanjang. Setiap stoma dikelilingi selsel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. 2. Pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya. Akar jagung dapat mencapai 2 m ke dalam tanah. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar jagung ini juga berfungsi membentuk pori-pori tanah sehingga air hujan yang jatuh ke tanah lagsung dengan mudah diserap oleh akar-akarnya. 3. Pengaruh terhadap limpasan permukaan yang dihalangi oleh batang jagung yang tumbuh kokoh dan kuat. Dengan jarak tanam yang tepat maka laju air limpasan dapat ditahan oleh batang jagung tersebut. 4. Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah. Dengan adanya hewan-hewan mikro di dalam tanah membantu menambah kadar bahan organik dalam tanah yang mampu membentuk pori-pori tanah untuk peresapan air hujan yang turun. 5. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi. Pengaruh vegetasi tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman, perakaran, tinggi tanaman, tajuk, dan tingkat pertumbuhan dan musim (Sukmana dan Soewardjo, 1978).

Faktor manusia atau konservasi tanaman (P) Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan, pembukaan areal lainnya untuk tanaman, perladangan, dan lain sebagainya. Maka dengan praktik konservasi tanaman diharapkan dapat menguragi laju erosi yang terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah,yaitu teknik inventarisasi dan klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu (upstream area). Untuk menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan diperlukan kajian terhadap empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu berlangsungnya hujan serta faktor-faktor yang berkaitan dengan iklim, jumlah dan macam tumbuhan penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan keadaan kemiringan lereng (Asdak, 1995). Tanaman Pangan (Jagung) Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Poaceae(Graminae) : Zea Spesies : Zea mays L.

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Tanaman semusim adalah tanaman yang memerlukan frekwensi penanaman 2-3 kali setahun sehingga tanah ini sering diolah dan pada tanah miring rawan terhadap erosi. Untuk itu dalam penanamannya perlu diatur jarak tanam yang sesuai agar tajuk tanaman dapat menaungi permukaan tanah dan cara penanaman mengikuti garis kontur. Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan ( Rukmana, 1997). Syarat tumbuh 1. Keadaan iklim Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200 mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm-125 mm per bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu tanaman jagung cenderung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (curah hujan 1000-2500 mm/thn). Unsur iklim yang paling penting berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung membutuhkan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus terbuka. Di tempat yang terlindung pertumbuhan batang tanaman jagung menjadi kurus dan tongkolnya ringan sehingga produksinya cenderung menurun (AAK, 1993).

2. Keadaan Tanah Tanah berdebu yang kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Di samping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya tanah andosol, dan latosol. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu ataupun lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase yang baik serta cukup air. Demikian pula tanahtanah berat misal grumosol, ultisol, dapat ditanami dengan jagung dengan pertumbuhan yang normal apabila aerasi dan drainasenya baik. Tanaman jagung juga toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran ph 5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada ph 6,8. Penanaman Penanaman jagung pada tegal biasanya dilakukan menjelang musim hujan yaitu antara bulan September sampai bulan November. Bilamana perlu penanaman dilakukan setelah akhir musim hujan yaitu antara bulan Februari hingga bulan April. Hal ini dilakukan untuk mengurangi laju erosi. Karena hujan yang turun dengan intensitas yang besar dan terus-menerus akan mengakibatkan limpasan di permukaan sehingga tanah lapisan atas kemungkinan akan terkikis dan menghasilkan sedimentasi. Sedangkan pada saat tanaman masih berumur muda, tanaman tidak akan kuat menahan laju erosi dan tanaman bisa rusak bahkan mati. Penaman jagung dapat dilakukan dalam berbagai jarak tanam. Hal ini tergantung tujuan penanaman. Jarak tanam yang semakin sempit memerlukan kebutuhan benih yang lebih banyak. Jarak tanam jagung biasanya 100x40 cm atau 100x25 cm. Dengan jarak tanam yang agak rapat diharapkan akan dapat menahan

air limpasan di permukaan sehingga dapat mengurangi laju erosi. Sebaliknya jika jarak tanam lebih besar maka akan menyebabkan tanah lebih mudah terbawa pada saat terjadi limpasan di permukaan dan ini akan menyebabkan erosi terjadi dalam jumlah yang besar. Penanaman jagung yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan alat sederhana yang disebut tugal. Alat tersebut digunakan dengan cara ditugalkan ke dalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam tertentu dengan kedalaman 2,5-5 cm. Cara menanam dengan tugal lebih baik daripada dengan menggunakan cangkul, karena hanya akan sedikit mengganggu tanah, sehingga kemampuan infiltrasinya tidak akan terganggu sehingga dapat mengurangi laju erosi pada lahan tanaman jagung. Pendugaan Erosi (USLE) Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah yang lainnya, USLE mempunyai kelebihan yaitu variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak digunakan daripada rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith yaitu sebagai berikut: A = R K L S C P dimana : A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)).

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I 30 ). K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman. L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik. S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik. C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa tanaman. P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik (Arsyad, 2006).

Metode Petak Kecil Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil. Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di sekeliling petak dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah. Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut Pengukuran Erosi Petak Kecil, metode ini ditujukan untk mendapatkan datadata sebagai berikut : 1. Besarnya erosi 2. Pengaruh faktor tanaman 3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner) 4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan 5. Pengelolaan tanah (Sarief, 1980) Dengan berpegangan pada pendapat Konhke dan Bertrand (1959) bahwa petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu. Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan yang

terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam suatu bak penampungan air yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut (Kartasapoetra, 1990). Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap tanah. Menurut (FAO, 1965) dalam (Sinukaban, 1986) pergiliran tanaman terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya, merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada tanah untuk mengimbangi periode pengrusakan tanah akibat penanaman tanaman budidaya secara terus-menerus. Keuntungan dari pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi. Erosi yang Ditoleransikan (T) Menurut Arsyad (2000) evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi tanah aktual dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss). Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan tersebut. Menurut Troeh, Hobbs dan Donahue (1980) sedikitnya ada empat faktor utama yang yang mempengaruhi laju erosi yang dapat ditoleransi tanpa kehilangan produktivitas tanah secara permanen. Keempat faktor tersebut adalah kedalaman tanah, tipe bahan induk, produktivitas relatif dari topsoil dan subsoil

dan jumlah erosi terdahulu. Makin dalam tanah dan makin tebal bahan yang ditembus oleh akar tanaman, makin cepat erosi terjadi. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Untuk tanah yang mempunyai sifat-sifat horison yang jelas, perubahanperubahan yang terjadi oleh erosi mudah diketahui, sehingga dengan tepat dapat ditentukan tingkat kehilangan tanah yang telah terjadi. Tingkat atau kelas erosi ditentukan berdasarkan tebalnya horison A atau lapisan tanah yang hilang. Tanah yang masih ditumbuhi rerumputan atau yang belum banyak diolah dapat digunakan sebagai pembanding dengan tanah yang telah diusahakan dalam waktu yang relatif lama. Perbandingan harus dilakukan pada lahan yang sama dan kemiringan yang relatif sama. Selanjutnya kelas-kelas erosi dibagi berdasarkan banyaknya horison permukaan yang hilang yaitu persen dari horison A yang asli (Mario dan Syamsiar, 2005). Tingkat Bahaya Erosi dikategorikan ke dalam sangat ringan hingga sangat berat. Pada tanah dengan solum dalam (kedalaman >90 cm) seperti pada wilayah kajian, tingkat bahaya erosi dikatakan Sangat Ringan (SR) bila jumlah erosi < 15 ton/(ha.thn), Ringan (R) bila jumlah erosi antara 15-60 ton/(ha.thn), Sedang (S) bila jumlah erosi 60-180 ton/(ha.thn), Berat (B) bila jumlah erosi 180-480 ton/(ha.thn) dan Sangat Berat (SB) bila erosinya > 480 ton/(ha.thn) (Saptarini, dkk, 2007).