BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanan ke masa dewasa, biasanya mulai usia 10-19 tahun. Remaja mengalami perubahan dalam tiga aspek yaitu perkembangan psikososisal yang menyatakan bahwa remaja berusaha untuk mencari jati diri. Perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir dan perubahan fisik (Efendi, 2009). Perubahan fisik pada remaja juga ditandai dengan percepatan pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan dapat dilihat dari pertambahan tinggi badan mencapai 90%-95%, kenaikan berat badan yang mencapai 59% dan adanya pertambahan jaringan lemak terjadi karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh (Soetjiningsih, 2010). Salah satunya perubahan fisik/biologis adalah remaja putri mulai mengalami menstruasi/haid. Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklik endometrium yang secara fisiologis menandakan terbuangnya sel telur yang sudah matang dan merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan (Bobak, 2004). Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung mencapai usia 40-50 tahun. Keluhan-keluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, gangguan konsentrasi, payudara mengalami pembesaran dan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenore (Manuba, 2009). Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia dan gejala yang timbul karena adanya kelainan dalam rongga panggul sangat mengganggu aktivitas perempuan, bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya (Bobak, 2004).
Dismenore dibedakan menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa disertai adanya kelainan pada organ reproduksi. Biasanya, dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu 2-3 tahun setelah menstruasi pertama kalinya. Sedangkan untuk dismenore sekunder adalah dismenore yang biasanya timbul pada usia 20 tahun dan disebabkan karena adanya kelainan pada organ reproduksi (Mannan, 2013). Di Amerika Serikat, prevalensi nyeri menstruasi didapati 45% - 90%. Di Swedia dijumpai 30% pekerja industri menurun penghasilannya karena nyeri menstruasi. Kelainan terjadi pada 60% 70% wanita di Indonesia yang 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat nyeri menstruasi. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalaminya (Novia, 2008). Wanita yang pernah mengalami nyeri menstruasi sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% perempuan masa reproduksi dan 60% 85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50% - 60% diantaranya memerlukan obatobatan analgesik untuk mengatasi masalah nyeri menstruasi ini. Prevalensi dismenore di Indonesia yang dialami oleh remaja diangka 64,25% yang terdiri atas 54,8% dismenore primer dan 9,36% dimenore skunder. Sedangkan menurut (Hendrik, 2006) 60%-75% nyeri menstruasi dialami oleh remaja, dengan tiga perempatnya mengalami nyeri berat dan sisanya mengalami nyeri sedang sampai ringan. Seorang fisioterapi juga berperan penting dalam permasalahan wanita salah satunya dismenore dan juga berguna untuk meningkatkan kualitas kesehatan wanita. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu/kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, electroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (PerMenKes No. 80). Banyak Teknik dan metode yang dapat
digunakan untuk penurunan nyeri pada saat menstruasi, salah satunya dengan penanganannya berupa Abdominal Stretching, Massage, dan Kinesiotaping. Untuk exercise dapat diberikan Abdominal stretching yang merupakan latihan peregangan otot perut. Abdominal stretching salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar endorphin yang dihasilkan oleh otak akibat olahraga. Sehingga latihan fisik ini bertindak sebagai analgesik spesifik untuk jangka pendek dapat menghilangkan rasa sakit. Massage merupakan suatu sentuhan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dapat mengurangi ketegangan otot dan memperlancar peredaran darah (Bryce, 2002). Massage dan sentuhan merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi sistem saraf otonom (Potter, 2005). Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi. Relaksasi sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketegangan dan stress akibat penyakit yang dialami. Effleurage adalah tehnik massage yang lazim digunkan. Massage ini dilakukan dengan pelan, berirama, dan terkendali dengan menggunakan kedua tangan (Goddes, Grosset, 2005). Cara massage adalah dengan gerakan memutar (circular), atau meluncur lurus. Jika diterapkan secara lembut, effleurage dapat meredakan ketegangan saraf dan mendatangkan rasa nyaman (Mangoesnprasodjo, Hidayati, 2005). Kinesiotaping merupakan sebuah metode pengobatan non-farmakologi yang dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase sekitar 25 tahun yang lalu di Jepang. Karakterisrik dari kinesiotaping sendiri adalah sama dengan kulit manusia. Dengan bobot, ketebalan, dan elastisitas hingga 130% - 140%. Ini membuat Kinesiotaping menjadi Lapisan kedua kulit, sehingga aplikasinya jauh lebih aman dan efektif (Murray, 2000). Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik ini sebagai bahan penelitian. Penulis membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama diberikan Abdominal Stretching dan Massage sedangkan kelompok kedua diberikan Abdominal Stretching dan Kinesiotaping, untuk mengetahui hal-hal apa yang lebih
efektif dalam mengurangi nyeri pada penderita disemenore dan dituliskan dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Abdominal stretching dengan Massage dan Kinesiotaping terhadap Dismenore Primer. B. Identifikasi Masalah Nyeri pada dismenore primer, bila nyeri yang dirasakan ringan dan masih dapat beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri yang terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas atau tidak mampu melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Pada umumnya pasien mengeluhkan nyeri di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung saat sebelum atau selama menstruasi berlangsung. Nyeri tersebut akibat peningkatan sekresi prostaglandin. Setelah ovulasi, sebagai respon terhadap produksi progesteron, asam lemak di dalam fosfolipid membran sel bertambah. Asam arakidonat dilepaskan dan memulai kaskade prostaglandin dalam uterus. Prostaglandin akan menyebabkan hipertonus miometrium dan vasokontriksi sehingga akan menimbulkan iskemia dan nyeri. Kadar prostaglandin lebih tinggi selama dua hari pertama menstruasi pada perempuan dengan dismenore primer. Konsentrasi vasopresin dan leukotrien juga ditemukan lebih tinggi pada perempuan dengan nyeri menstruasi yang berat dibandingkan pada perempuan dengan nyeri ringan. Nyeri yang dirasakan bisa menjalar sampai ke punggung bagian bawah dan tungkai (Novia, 2008). Dismenore primer menyebabkan intoleransi aktivitas, dan nyeri yang berat mengakibatkan ketidakhadiran kerja atau sekolah. Hal tersebut menyebabkan penurunan output kerja dan perhatian di kelas. Wanita yang mengalami dismenore menjadi murung, mudah marah, dan tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri dismenore juga berkontribusi terhadap sulit tidur dan rasa gelisah (Pinem, 2009). Secara umum penanganan nyeri menstruasi terbagi dua kategori yaitu pendekatan farmakologi dan non-farmakologi. Secara farmakologis nyeri menstruasi dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif namun penggunaan analgesik akan
berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi penggunanya. Secara non-farmakologi dapat dilakukan tindakan dengan metode terapi yang dapat diberikan termasuk penanganan fisioterapi, namun hanya mencangkup dismenore primer untuk diberikan exercise berupa Abdominal Stretching, Massage, dan juga dengan pemasangan Kinesiotaping. C. Perumusan Masalah Penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Abdominal Stretching dengan Massage dapat mengurangi dimenore primer? 2. Apakah Abdominal Stretching dengan Kinesiotaping dapat mengurangi dismenore primer? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara Abdominal Stretching dengan Massage dan Kinesiotapping dalam mengurangi dismenore primer? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pemberian Abdominal Stretching dengan Massage dan Kinesiotaping terhadap dismenore primer. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pemberian Abdominal Stretching dengan Massage dalam mengurangi dismenore primer. b. Untuk mengetahui pemberian Abdominal Stretching dengan Kinesiotaping dalam mengurangi dismenore primer. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pelayanan Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Abdominal Stretching dengan Massage dan Abdominal Stretching dengan Kinesiotaping terhadap pengurangan nyeri pada penderita
dismenore primer sehingga fisioterapis dapat memberikan pelayanan fisoterapi yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan fisioterapi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi ilmu fisioterapi yaitu para peserta didik dalam mengatasi problem nyeri menstruasi pada dismenore primer dan dapat ditindak- lanjuti pada penelitian berikutnya. 3. Bagi Penulis Untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis tentang keajaiban tubuh seorang wanita dan juga untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Abdominal Stretching dengan Massage dan Abdominal Stretching dengan Kinesiotaping terhadap pengurangan nyeri pada penderita dismenore primer.