PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMBANGUN GENERASI CERDAS DAN BERKARAKTER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

KARAKTER KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

INTERNALISASI NILAI SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

PERSIAPAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

ISSN: X 155 ASPEK HUMANISTIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT DAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB MAHASISWA (STUDI KASUS DI AMIK PGRI KEBUMEN)

PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK SISWA KELAS 2 MIM PK KARTASURA BERDASARKAN BUKU DO A YUK BERDO A BERSAMA SAHABAT BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA PROFESIONAL GURU IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

Nuri Indah Pratiwi* Arbaiyah Prantiasih** I Ketut Diara Astawa**

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

IMPLEMENTASI KARAKTER PERCAYA DIRI DAN KERJA KERAS PADA SISWA TERBUKA SMP NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN 2017

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

KEMANDIRIAN WANITA SINGLE PARENT DALAM MENDIDIK ANAK (Studi Kasus Di Desa Pakang, Andong, Boyolali) oleh 1) Sumiyatun dan 2) Achmad Muhibbin ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

PENERAPAN PENILAIAN KINERJA PADA PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai peran pengajaran yang cukup penting, hal tersebut sering tidak

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sarjana S-1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS EKTRAKULIKULER SENI TRADISIONAL REOG TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM Dina Astriana Dr. Mustiningsih Desi Eri Kusumaningrum

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, dan perilaku yang dapat diamati.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA YOGYAKARTA

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

Artikel Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

MANAJEMEN DISIPLIN SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

Transkripsi:

SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 2, No. 1, Juni 2015 ISSN 2407-5299 PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMBANGUN GENERASI CERDAS DAN BERKARAKTER Hadi Rianto Program Studi PPKN Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI Pontianak Jl. Ampera No. 88 Pontianak e-mail: nuadly14@gmail.com Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk membangun generasi cerdas dan berkarakter di Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan mengembangkan aspek kemampuan berpikir kritis serta mengembangkan kepribadian dengan mewujudkan nilai-nilai karakter dalam bersikap dan berperilaku. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Penelitian ini mengkaji mulai dari upaya, peran aktif, dan kendala-kendala dihadapi guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam membangun generasi cerdas dan berkarakter. Dari penelitian ini ditemukan bahwa peserta didik mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritis serta dan menampilkan perilaku berkarakter di lingkungan sekolah. Kata Kunci: Generasi Cerdas, Membangun Karakter Abstract This research was conducted to build smart and characterized next generation in Senior Hight School through Pancasila and Citizenship Education Learning to development aspects of critical thinking skills and personality to embody the values of the characters in attitude and behavior. This research study used a qualitative approach with descriptive method. Collected data through observation, interviews, literature and documentation. This study examines the start of the effort, the active role, and the constraints faced by Pancasila and Citizenship Education teachers to build an intelligent generation and character. From this study it was found that learners are able to demonstrate critical thinking skills as well as character and display behavior in the school environment. Keyword: Smart Generation, Character Building PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang bercita-cita ingin mewujudkan misinya menjadi negara maju, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya oleh bangsa-bangsa yang ada di dunia. Berkaitan dengan hal tersebut, Effendie (2012), menyatakan bahwa untuk mewujudkan cita-cita tersebut, negara ini harus mampu mempersiapkan masyarakat yang terdidik dan berkualitas serta memiliki karakter yang baik dan terpuji (Budimansyah, 2012: 232). Oleh karena itu pada masa pemerintahan baik orde lama, orde baru dan orde reformasi hingga pada 14

masa kepemimpinan pemerintahan sekarang ini bangsa Indonesia telah memprioritaskan pembangunan di bidang pendidikan sebagai program utama dalam program pembangunan nasional. Keseriusan bangsa Indonesia menempatkan pendidikan sebagai program utama dalam program pembangunan nasional tersirat dengan jelas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pula pada pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mendukung hal tersebut, Effendie (2012: 232), menyatakan bahwa kecerdasan harus dilandasi oleh kemampuan, watak atau karakter dalam koridor peradaban yang bermartabat. Dengan demikian untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti yang diamanatkan dalam fungsi pendidikan nasional pada pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tersebut harus dilakukan melalui pendidikan, karena hal itu akan membawa manusia-manusia Indonesia lebih berpikiran maju untuk mengembangkan dan memajukan bangsa. Membentuk warga negara yang baik merupakan tanggung jawab semua guru yang berada pada setiap jenjang pendidikan seperti yang dimanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003. Secara khusus untuk menciptakan generasi muda yang baik dibebankan kepada guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganaegaraan (PPKn) sesuai tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan secara global, maka guru PPKn harus mampu menciptakan generasi muda Indonesia yang cerdas dan baik (to be smart and good citizens) yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cerdas (smart) atau kecerdasan adalah anugerah istimewa yang dimiliki oleh manusia. Dengan kecerdasannya manusia mampu memahami segala fenomena kehidupan secara mendalam. Berkaitan dengan kecerdasan ini, Gardner (Amstrong, 2002), mendefinisikan bahwa kecerdasan merupakan; 1) kemampuan untuk memecahkan masalah, 2) kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, dan 3) kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Prayitno (2010), menyatakan bahwa kecerdasan adalah 15

SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 kemampuan manipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan. Kecerdasan dapat berkembang dengan baik jika seluruh potensi berpikir generasi muda dalam hal ini siswa dikembangkan secara optimal. Salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan tersebut dengan mengasah kemampuan berpikir kritis. Dengan berpikir kritis siswa senantiasa dilatih untuk memecahkan masalah dengan bijaksana. Berkenaan dengan berpikir kritis, Edward Glaser (Fisher, A., 2008: 3), mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut: (1) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dalam hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser, 1941: 5). Generasi yang cerdas dan berkarakter adalah generasi yang kuat berpijak pada kepribadian sebagai jati dirinya dan menghormati kepribadian dan jati diri orang lain. Masa depan bangsa adalah milik generasi muda. Karena itu, suatu bangsa akan menjadi maju apabila ada kesungguhan generasi tua menyiapkan generasi muda yang lebih cerdas dan lebih berkarakter dari generasi sebelumnya. Inilah sesungguhnya kewajiban kita semuanya. Sebab, hidup bersama tanpa persatuan dan kesatuan yang positif tidak mungkin manusia bisa mengatasi penderitaan hidup. Kesatuan dan persatuan tidak akan memberikan manfaat apabila tidak diselenggarakan dengan cerdas dan bijaksana. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan untuk mengembangkan potensi generasi muda untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia dan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. 16

METODE Adapun motode yang digunakan dalam memecahkan masalah masalah yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini mengacu pada latar belakang alami sebagai suatu keseluruhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha untuk menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi kajian penelitian dengan fokus masalah, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati kedua belah pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian. (Moleong, 2003:3). Teknik pengumpulan data yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, triangulasi dan studi literatur (Sugiyono, 2011: 225). Dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan nara sumber dapat disimpulkan bahwa upaya yang telah dilakukan dalam membangun generasi cerdas dan berkarakter di lingkungan SMA Negeri 1 Kubu dilakukan dengan: 1) membentuk kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan pembelajaran di kelas, 2) mengembangkan kapasitas individu menjadi warga negara yang baik (good citizens), yaitu individu yang sadar akan hak dan kewajibannya; dan 3) mewujudkan perilaku berkarakter dalam kehidupan di lingkungan sekolah. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan generasi yang cerdas, dalam setiap pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya. Selanjutnya sebagai guru harus mampu menjadi fasilitator bagi siswa, hal ini bertujuan untuk pemenuhan segala kebutuhan belajar siswa pada saat pembelajaran berlansung. Beberapa hal yang dilakukan guru dalam menciptakan generasi cerdas melalui kegiatan pembelajaran berdasarkan observasi 17

SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 yang dilakukan dengan 1) Mengubah strategi pembelajaran kreatif, 2) Menjadi fasilitator, 3) Menanamkan nilai-nilai kebaikan. Membangun generasi muda yang cerdas dan berkarakter bukanlah perkara mudah, karena membentuk pola pikir kreatif dan maju yang selalu dibarengi dengan karakter-karakter baik sangat sulit untuk dilaksanakan. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah. Upaya membangun generasi muda yang cerdas dan berkarakter dilakukan dengan: 1) membentuk kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan pembelajaran di kelas, 2) mengembangkan kapasitas individu menjadi warga negara yang baik (good citizens), yaitu individu yang sadar akan hak dan kewajibannya; dan 3) mewujudkan perilaku berkarakter dalam kehidupan di lingkungan sekolah. Untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, guru selalu melakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberkan variasi proses untuk menjaga minat dan motivasi siswa dalam belajar baik di kelas maupun di luar kelas. Kiat yang dapat dilakukan adalah menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi. Proses pembelajaran ialah proses belajar mengajar (PBM) atau proses komunikasi dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai sasaran dan tujuan pendidikan dan pengajaran. Pembelajaran juga merupakan proses pengembangan sikap dan kepribadian siswa melalui berbagai tahap dan pengalaman. Proses pembelajaran ini berlangsung melalui berbagai metode dan multi-media sebagai cara dan alat menjelaskan, menganalisis, menyimpulkan, mengembangkan, menilai dan menguasai (memakai, mengamalkan/aplikasi) pokok bahasan (thema) sebagai perwujudan pencapaian sasaran (tujuan). Oleh karena itu dalam membangun generasi yang cerdas dan berkarakter sangat membutuhkan peran serta guru yang senantiasa aktif dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung, baik melalui pemilihan strategi yang tepat, maupun menjadi pendidik dan pengajar yang dapat membelajarkan siswa di lingkungan sekolah. Setiap usaha yang dilakukan pasti selalu ada kendala yang menyertainya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru 18

dan pihak sekolah dalam membangun generasi cerdas yang berkarakter. Kendalakendala yang dimaksud adalah: 1. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengukur ketercapaiannya. 2. Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya. 3. Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya. 4. Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran. 5. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilainiai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. 6. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah. 19

SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SIMPULAN Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Upaya membangun generasi cerdas dan berkarakter dapat dilakukan dengan membentuk kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan pembelajaran di kelas, mengembangkan kapasitas individu menjadi warga negara yang baik (good citizens), yaitu individu yang sadar akan hak dan kewajibannya; dan mewujudkan perilaku berkarakter dalam kehidupan di lingkungan sekolah. 2. Peran guru pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam membangun generasi muda yang cerdas dan berkarakter dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, menjadi fasilitator yang baik dalam setiap proses pembelajaran, dan mampu menanamkan nilai-nilai kebaikan melalui keteladanan dalam bersikap dan berperilaku di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 3. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membangun generasi cerdas dan berkarakter adalah: 1) indikator nilai-nilai karakter yang dikembangkan belum jelas, 2) sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya, 3) pemahaman guru tentang konsep pendidika karakter masih belum menyeluruh, 4) guru kebingungan dalam memilih nilai karakter yang tepat dalam menyampaikan materi yang akan dipelajari, 5) kurangnya pelatihan dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran, 6) perwujudan perilaku oknum guru di lingkungan sekolah belum sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai kebaikan. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, M. 2002. Performance Management. New York: Kogan Page. Ltd. Budimansyah, D. 2012. Dimensi-Dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press. Miles & Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metodemotode Baru. Jakarta: Universitas Indoneisa Press. 20

Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta. Prayitno. 2010. Potensi Pembelajaran Kooperatif dalam Memberdayakan Prestasi Belajar Siswa Under Achievment. (http://baskoro1.blogspot.com/2010/08/- potensi-pembelajaran-kooperatif-dalam.html). Diakses pada September 2014. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. 21