KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

c. bahwa berdasarkan ketentuan BAB VII Pemungutan dan Penghitungan Suara Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86 dan Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. NOMOR : 16/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

-2- dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2010;

No.852, 2014 BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Perolehan Suara. Rekapitulasi. Pengawasan.

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

-2- dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2010;

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR : 47/Kpts/KPU-Prov-029/2013 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pekalongan Tahun 2015;

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

-2- MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Pemilu. Kepala Daerah. Pedoman.

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. NOMOR: 15/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. NOMOR : 18/Kpts/KPU-Prov-011/VIII/2012 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TRENGGALEK. NOMOR : 23 /Kpts/ KPU.Kab /2015 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

2 159 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai tidak berlaku untuk pasangan calon

2018, No Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2013

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 104 /Kpts/KPU-Kota /2016

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2008 dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 37 Tahun 2008;

BUKU PANDUAN PPK DAN PPS

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

2012, No

Kejadian khusus dan/atau pernyataan keberatan oleh Saksi sebagai berikut *) :

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran PERATURAN BAWASLU REPUBLIK INDONESIA Nomor : 4 Tahun 2010 Tanggal : 2 November 2010

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BATANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BATANG. NOMOR: 101/Kpts/KPU-Kab /2011 TENTANG

2 Kepala Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pen

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 12/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

4. MODEL C2 - KWK.KPU ( Ukuran Besar ) Ditetapkan di : Nganjuk Pada tanggal : 7 Mei 2012 Ketua. Drs. J U W A H I R

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

- 1 - PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA. NOMOR : 46/Kpts/KPU-Prov-029/2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOMOR: 31/Kpts/KPU-Prov-010/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 43/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. NOMOR : 5/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGKA. NOMOR : 01/Kpts/KPU-KAB /2012 TENTANG

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

PKPU NOMOR 26 TAHUN 2013

Lampiran PERATURAN BAWASLU REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 29 Maret 2011

Dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dan orang yang kehilangan hak pilihnya tersebut mengadukan.

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013

Menimbang : a. Mengingat : 1.

: Catatan Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tempat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

PROSEDUR DAN ADMINISTRASI PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TPS. 0leh PANITIA PEMUNGUTAN SUARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. NOMOR: 015/Kpts/KPU-Prov-022/2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR

Transkripsi:

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 06/Kpts/KPU-Prov-011/I/2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA OLEH PPS, PPK, KPU KABUPATEN/KOTA DAN KPU PROVINSI JAWA BARAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85, Pasal 86 dan Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008; c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 25, Pasal 46 dan Pasal 56 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi serta Penetapan Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan, dan Pelantikan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2013 di Tingkat Panitia Pemungutan Suara, Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi Jawa Barat serta Penetapan, Pengesahan dan Pengangkatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran N egara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744), dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Agustus 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4116); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4246); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), yang telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 201 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 14 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4688); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480), sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4865); 13. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

14. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan, Program, Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah; 15. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Serta Penetapan Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan, Dan Pelantikan; 16. Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum Nomor 282/KPU/VII/2012 tanggal 19 Juli 2012 tentang Peraturan KPU Nomor 06 Tahun 2011 dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh PPS. Memperhatikan : Hasil Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat tanggal 11 Januari 2013 M E M U T U S K A N : Menetapkan : KESATU : Pedoman Teknis Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2013 oleh Panitia Pemungutan Suara, Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat sebagaimana lampiran keputusan ini. KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan Ditetapkan di Bandung pada tanggal 14 Januari 2013 Ketua, ttd YAYAT HIDAYAT

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 06/Kpts-KPU-Prov/ I /2013 TANGGAL : 14 Januari 2013 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA OLEH PPS, PPK, KPU KABUPATEN/KOTA DAN KPU PROVINSI JAWA BARAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 OLEH PPS, PPK, KPU KABUPATEN/KOTA DAN KPU PROVINSI I. PENGERTIAN UMUM Dalam pedoman teknis ini yang dimaksud dengan : 1. Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2013, selanjutnya disebut Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur adalah pemilihan untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara pemilihan. 3. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota di Jawa Barat sebagai bagian dari penyelenggara pemilihan. 4. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disebut PPK adalah pelaksana pemilihan pada tingkat Kecamatan. 5. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut PPS adalah pelaksana pemilihan pada tingkat Desa/Kelurahan. 6. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut KPPS adalah pelaksana pemilihan di tempat pemungutan suara. 7. Pengawas Pemilihan Umum selanjutnya disebut Panwaslu adalah pelaksana pengawas pemilihan yang bertugas dan berwenang mengawasi seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan. 8. Pemilih adalah penduduk Provinsi Jawa Barat yang pada hari dan tanggal pemungutan suara pemilihan telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin dan terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. 9. Partai politik adalah Partai Politik peserta Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 10. Gabungan Partai Politik adalah dua atau lebih Partai Politik peserta Pemilihan Umum yang secara bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu) pasanga n calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur.

11. Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, selanjutnya disebut pasangan calon adalah peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dan perseorangan yang telah memenuhi persyaratan. 12. Saksi adalah Saksi Pasangan Calon, yaitu seorang yang ditunjuk dan atau diberi mandat secara tertulis dari tim kampanye pasangan calon yang bersangkutan untuk bertugas menyaksikan pelaksanaan penghitungan suara di TPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi. 13. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan suara. II. TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA OLEH PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) 1. Panitia Pemungutan Suara (PPS) menerima dan membuat berita acara penerimaan kotak suara yang masih dikunci dan disegel dari KPPS. 2. PPS melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari setiap KPPS. 3. Rekapitulasi hasil penghitungan suara setiap PPS harus dihadiri oleh saksi pasangan calon dan dapat dihadiri oleh Panitia Pengawas Lapangan (PPL), pemantau, dan warga masyarakat. 4. PPS wajib menyerahkan 1 (satu) rangkap salinan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS kepada saksi pasangan calon yang hadir baik diminta maupun tidak diminta, dan kepada PPK selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima kotak suara dari KPPS serta mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dengan cara menempelkannya pada sarana pengumuman Kelurahan/Desa. 5. PPS melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk setiap pasangan calon dari masing-masing KPPS di wilayah kerja PPS yang bersangkutan dengan menggunakan Lampiran 2 Model D1 KWK.KPU, berdasarkan sertifikat hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di wilayah kerja PPS yang bersangkutan. 6. Sebelum pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS, PPS melakukan kegiatan : a. mengatur tempat rekapitulasi hasil penghitungan suara termasuk memasang formulir pencatatan perolehan suara pasangan calon (berukuran besar), dan tempat duduk saksi pasangan calon diatur sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara dapat diikuti oleh semua yang hadir dengan jelas; b. mengatur alat keperluan administrasi yang disediakan sedemikian rupa, sehingga mudah digunakan untuk keperluan rekapitulasi hasil penghitungan suara, yaitu formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara, sampul kertas/ kantong plastik pembungkus serta segel, dan peralatan lainnya; c. menempatkan kotak suara yang masih dikunci dan disegel di dekat meja pimpinan PPS serta menyiapkan anak kuncinya. 7. Selanjutnya, Ketua PPS membuka rapat rekapitulasi penghitungan suara di PPS.

8. Pelaksanaan rekapitulasi penghitungan perolehan suara dilakukan dengan membuka kotak suara tersegel untuk mengambil sampul yang berisi berita acara pemungutan suara dan sertifikasi hasil penghitungan suara di TPS, sesuai dengan jadwal waktu untuk wilayah desa/kelurahan dengan kegiatan: a. Tahap Pertama 1) PPS dibantu oleh KPPS yang ditunjuk memperlihatkan kotak suara berisi Model C-KWK.KPU, Model C1-KWK.KPU dan Lampiran Model C1-KWK.KPU yang masih terkunci dan disegel, kemudian membuka dokumen-dokumen serta membacakan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara di TPS yang berisi data pemilih, penggunaan hak pilih, data penggunaan surat suara dan data suara sah dan tidak sah yang terdapat dalam Model C1-KWK.KPU dan dicatat ke dalam formulir Rekapitulasi catatan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Tempat Pemungutan Suara dalam wilayah Desa/Kelurahan (Model D1- KWK.KPU); 2) PPS dibantu oleh KPPS membacakan Sertifikasi Hasil Penghitungan Suara untuk pasangan calon (Lampiran Model C1- KWK.KPU) dan dicatat dalam Rekapitulasi Sertifikat hasil penghitungan suara untuk pasangan calon di TPS dalam wilayah Desa/Kelurahan (Lampiran Model D1-KWK.KPU); 3) Kegiatan sebagaimana dimaksud angka 1) dan angka 2) dilaksanakan secara berurutan dimulai dari TPS nomor 1 (satu) sampai dengan TPS nomor terakhir dalam wilayah desa/kelurahan sampai selesai. b. Tahap Kedua 1) PPS dibantu oleh KPPS yang ditunjuk membacakan Rekapitulasi catatan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Tempat Pemungutan Suara dalam wilayah desa/kelurahan (Model D1-KWK.KPU) dan dicatat dalam Rekapitulasi Jumlah Pemilih, TPS dan surat suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Lampiran 1 Model D1- KWK.KPU) ; 2) PPS dibantu oleh KPPS yang ditunjuk membacakan Sertifikat Rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk pasangan calon dalam wilayah desa/kelurahan (Lam piran 2 Model D1-KWK.KPU) dan dicatat dalam Sertifikat Rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tingkat kelurahan/desa (Lampiran 2 Model D1-KWK.KPU ukuran kecil); 3) Kegiatan sebagaimana dimaksud angka 2) juga dicatat dalam formulir Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tingkat kelurahan (Lampiran 2 Model D1-KWK.KPU) ukuran besar; 4) Kegiatan sebagaimana pada angka 1), angka 2) dan Angka 3) dilaksanakan secara berurutan dimulai dari TPS pertama sampai dengan TPS terakhir.

c. Dalam pelaksanaan kegiatan huruf a dan huruf b, PPS memperhatikan kejadian khusus yang terjadi dan apabila ada, dicatat dalam Pernyataan Keberatan Saksi dan Kejadian Khusus Yang Berhubungan dengan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Panitia Pemungutan Suara (Model D2-KWK.KPU), serta apabila tidak ada kejadian khusus, dicatat nihil. 9. Panitia Pengawas Lapangan menyampaikan laporan atas dugaan adanya pelanggaran penyimpangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pasangan calon kepada PPS; 10. Pasangan calon dan masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir, dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh PPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Model D2 - KWK.KPU) 11. Dalam hal keberatan yang diajukan saksi pasangan calon atau masyarakat, dapat diterima. PPS seketika itu juga mengadakan pembetulan. 12. Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara di semua TPS dalam wilayah kerjanya, PPS membuat Berita Acara Rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di tingkat Kelurahan/Desa oleh Panitia Pemungutan Suara (Model D-KWK.KPU), Rekapitulasi catatan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Tingkat PPS dalam wilayah desa/kelurahan (Model D1- KWK.KPU), Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk pasangan calon di PPS dalam wilayah desa/kelurahan (Lampiran 2 Model D1-KWK.KPU), Rekapitulasi jumlah pemilih, TPS dan surat suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di PPS ( Lampiran 1 Model D1-KWK.KPU); 13. Berita acara beserta kelengkapannya dimasukan dalam sampul khusus yang disediakan dan pada bagian luar ditempel label dan segel. 14. Apabila terdapat perubahan berita acara maka berita acara tersebut harus ditandatangani oleh Ketua dan 2 ( dua) Anggota PPS dan Saksi Pasangan Calon yang menandatangani berita acara sebelum perubahan. 15. Berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara masing-masing 1 (satu) rangkap diperuntukkan : a. PPS; b. PPK; c. KPU Kabupaten Kota; d. KPU Provinsi e. Panitia Pengawas Lapangan; f. Saksi Pasangan Calon yang hadir. 16. Salinan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara (Lampiran 2 Model D1 -KWK) dipasang pada papan pengumuman Kelurahan/Desa.

III. TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA OLEH PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN (PPK) 1. Sebelum PPK dalam melaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara melakukan : a. Mengatur tempat pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara, memasang formulir pencatatan perolehan suara pasangan calon dan tempat duduk saksi; b. Mengatur alat kelengkapan administrasi yang disediakan untuk digunakan bagi keperluan rekapitulasi hasil penghitungan suara yang meliputi formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara, sampul kertas/kantong plastik pembungkus, segel dan peralatan lainnya; c. menempatkan kotak suara yang masih dikunci dan disegel di dekat meja pimpinan PPS serta menyiapkan anak kuncinya. 2. Ketua PPK membuka rapat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, dengan kegiatan : a. membuka kotak suara yang disampaikan oleh PPS di wilayah kerjanya dengan disaksikan oleh Saksi Pasangan Calon yang hadir; b. mengeluarkan Berita Acara beserta lampirannya yang diterima dari PPS. 3. PPK mencatat pada formulir Model DA 1 - KWK berdasarkan Catatan Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara di Panitia Pemungutan Suara (Model D1 KWK) yaitu : a. jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap untuk PPS di wilayah PPK yang bersangkutan; b. jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap untuk PPS di wilayah kerja PPK yang bersangkutan; c. jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilih dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK yang bersangkutan; d. jumlah pemilih dari TPS lain masing-masing PPS di wilayah kerja PPS yang bersangkutan jumlah pemilih dari TPS lain; e. jumlah surat suara yang diterima oleh PPS (termasuk cadangan); f. jumlah surat suara tambahan yang diterima dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK; g. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK yang bersangkutan; h. jumlah surat suara tidak terpakai dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK yang bersangkutan; i. jumlah surat suara terpakai dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK yang terdiri dari suara sah dan suara tidak sah. 4. PPK melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk setiap pasangan calon dari seluruh PPS di wilayah kerja PPK yang bersangkutan dengan menggunakan Formulir Lampiran 2 Model DA 1 KWK. 5. PPK membuat Berita Acara Rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di tingkat Kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (Model DA -KWK.KPU), Rekapitulasi

catatan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Tempat Pemungutan Suara dalam wilayah desa/kelurahan (Model DA 1-KWK.KPU), Rekapitulasi jumlah pemilih, TPS dan surat suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur PPK ( Lampiran 1 Model DA-KWK.KPU), Sertifikat Rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk pasangan calon di TPS dalam wilayah desa/kelurahan (Lampiran 2 Model DA-KWK.KPU) 6. Saksi pasangan calon dan atau warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara, apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 7. Dalam hal keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon dapat diterima, PPK seketika itu juga mengadakan pembetulan. 8. Dalam hal saksi pasangan calon tidak dapat menerima penjelasan PPK, terhadap keberatan yang diajukan, maka keberatan saksi pasangan calon dicatat dalam formulir Model DA 2 - KWK dan proses rekapitulasi dilanjutkan. 9. Berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang menggunakan Formulir Model DA KWK ditandatangani oleh Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Anggota PPK serta saksi pasangan calon yang hadir dan dibubuhi cap PPK. 10. Setiap lembar berita acara dibubuhi paraf Ketua PPS dan dicap PPS. 11. Berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing -masing 1 (satu) rangkap diperuntukkan : a. PPK; b. KPU Kabupaten/Kota; c. KPU Provinsi; d. Panwaslu Kecamatan; e. Saksi-saksi pasangan calon yang hadir. IV. TATA CARA REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DAN PENYUSUNAN BERITA ACARA DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA OLEH KPU KABUPATEN/KOTA. 1. Sebelum KPU Kabupaten/Kota dalam melaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara melakukan : a. Mengatur tempat pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara, memasang formulir pencatatan perolehan suara pasangan calon dan tempat duduk saksi; b. Mengatur alat kelengkapan administrasi yang disediakan untuk digunakan bagi keperluan rekapitulasi hasil penghitungan suara yang meliputi formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara, sampul kertas/kantong plastik pembungkus, segel dan peralatan lainnya; c. menempatkan kotak suara yang masih dikunci dan disegel di dekat meja pimpinan PPK serta menyiapkan anak kuncinya. 2. Ketua KPU Kabupaten/ Kota membuka rapat rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten/ Kota, dengan kegiatan : a. membuka kotak suara yang disampaikan oleh PPK di wilayah kerjanya dengan disaksikan oleh Saksi Pasangan Calon yang hadir;

b. mengeluarkan Berita Acara beserta lampirannya yang diterima dari PPK. 3. KPU Kabupaten/Kota mencatat pada formulir Model DB 1 - KWK berdasarkan Catatan Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara di Panitia Pemilihan Kecamatan (Model DA 1 KWK) yaitu : a. jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap untuk PPK di wilayah KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan; b. jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap untuk PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan; c. jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilih dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan; d. jumlah pemilih dari TPS lain masing-masing PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan jumlah pemilih dari TPS lain; e. jumlah surat suara yang diterima oleh PPK (termasuk cadangan); f. jumlah surat suara tambahan yang diterima dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota; g. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan; h. jumlah surat suara tidak terpakai dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan; i. jumlah surat suara terpakai dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang terdiri dari suara sah dan suara tidak sah. 4. KPU Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk setiap pasangan calon dari seluruh PPK di wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan menggunakan Formulir Lampiran Model DB 1 KWK. 5. KPU Kabupaten/Kota membuat berita acara dan lampirannya yang memuat rekapitulasi : a. jumlah pemilih; b. jumlah surat suara; c. jumlah PPK; d. jumlah suara sah yang diperoleh oleh setiap pasangan calon. 6. Saksi pasangan calon dan atau warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara, apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 7. Dalam hal keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon dapat diterima, KPU Kabupaten/Kota seketika itu juga mengadakan pembetulan. 8. Dalam hal saksi pasangan calon tidak dapat menerima penjelasan KPU Kabupaten/Kota, terhadap keberatan yang diajukan, maka keberatan saksi pasangan calon dicatat dalam formulir Model DB 3 - KWK dan proses rekapitulasi dilanjutkan. 9. Berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang menggunakan Formulir Model DB KWK ditandatangani oleh Ketua

dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Anggota KPU Kabupaten/Kota serta saksi pasangan calon yang hadir dan dibubuhi cap KPU Kabupaten/Kota. 10. Setiap lembar berita acara dibubuhi paraf Ketua PPK dan dicap PPK. 11. Berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing -masing 1 (satu) rangkap diperuntukkan : a. KPU Provinsi; b. Panwaslu Kabupaten/Kota; c. Saksi-saksi pasangan calon yang hadir. V. TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA DAN PENYUSUNAN BERITA ACARA DI KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI 1. Sebelum pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Provinsi, maka KPU Provinsi melakukan persiapan sebagai berikut : a. Mengatur tempat untuk rekapitulasi hasil penghitungan suara, memasang/menempelkan Formulir Pencatatan Perolehan Suara Pasangan Calon yang berukuran besar dekat tempat duduk saksi dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara. b. Mengatur dan menyediakan alat keperluan administrasi untuk keperluan rekapitulasi hasil penghitungan suara seperti formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara Model Seri DC-KWK, sampul kertas/kertas plastik pembungkus dan segel serta peralatan lainnya. 2. Ketua KPU Provinsi membuka rapat rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Provinsi yang dilanjutkan membuka berita acara beserta lampirannya yang dikirim dari KPU Kabupaten/Kota. 3. KPU Provinsi mencatat pada Formulir Model DC 1-KWK hasil pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota. mengenai : a. Jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap untuk KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan di wilayah kerja KPU Provinsi; b. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap untuk KPU Kabupaten/Kota yan bersangkutan di wilayah kerja KPU Provinsi; c. Jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilih dari seluruh KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan di wilayah kerja KPU Provinsi; d. Jumlah pemilih dari TPS lain di seluruh KPU Kabupaten/Kota; e. Jumlah surat suara yang diterima oleh KPU Kabupaten/Kota; f. Jumlah surat suara tambahan yang diterima oleh KPU Kabupaten/Kota; g. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru mencoblos dari seluruh KPU Kabupaten/Kota; h. Jumlah surat suara tidak terpakai dari seluruh KPU Kabupaten/Kota; i. Jumlah surat suara terpakai dari seluruh KPU Kabupaten/Kota yang terdiri dari surat suara sah dan surat suara tidak sah;

4. KPU Provinsi melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk setiap pasangan calon dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir Model DC 1-KWK berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh Kabupaten/Kota di wilayah kerja KPU Provinsi. 5. Saksi pasangan calon dan atau warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir, dapat mengajukan keberatan terhadap proses rekapitulasi hasil penghitungan suara apabila ternyata proses dan hasil rekapitulasi penghitungan suara tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Dalam hal keberatan yang diajukan saksi pasangan calon dan atau warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat diterima, maka KPU Provinsi dapat juga mengadakan penelitian. 7. Dalam hal saksi pasangan calon tidak dapat menerima penjelasan KPU Provinsi terhadap keberatan yang diajukan, maka keberatan tersebut dicatat dalam Formulir Model DC 3-KWK; proses rekapitulasi dilanjutkan. 8. Selesai melaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk setiap setiap pasangan calon, KPU Provinsi membuat berita acara dan lampirannya. 9. Penyusunan berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam Formulir Model DC-KWK ditandatangani oleh Ketua dan 2 (dua) orang Anggota serta saksi pasangan calon yang hadir dan dibubuhi cap KPU Provinsi. 10. Jika terdapat perubahan berita acara, maka berita acara tersebut harus ditandatangani oleh Ketua dan 2 (dua) Anggota KPU Provinsi serta saksi pasangan calon yang menandatangani berita acara sebelum perubahan. 11. Setiap lembaran berita acara harus dibubuhi paraf Ketua KPU Provinsi Jawa Barat. 12. Berita acara dan sertifikasi hasil penghitungan suara masing-masing 1(satu) rangkap untuk : a. KPU; b. KPU Provinsi untuk keperluan penetapan pasangan calon terpilih; c. Panwaslu Provinsi; d. Saksi-saksi pasangan calon yang hadir. 13. Salinan sertifikasi rekapitulasi hasil penghitungan suara (Lampiran 2 Model DC 1-KWK) dipasang pada papan pengumuman di KPU Provinsi. VI. PENGHITUNGAN SUARA ULANG 1. Apabila terjadi perbedaan data jumlah suara di TPS, maka penghitungan ulang surat suara dilaksanakan pada tingkat PPK. 2. Apabila terjadi perbedaan data jumlah suara pada tingkat KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi dalam penghitungan suara dilakukan pengecekan ulang terhadap rekapitulasi hasil penghitungan suara pada tingkat di bawahnya. 3. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dan di KPU Provinsi dapat diulang apabila terjadi keadaan: a. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan secara tertutup;

b. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau kurang mendapatkan penerangan cahaya; c. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan dengan suara kurang jelas; d. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas; e. Saksi pasangan calon, Panitia Pengawas Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan warga mayarakat tidak dapat menyaksikan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara secara jelas; dan/atau f. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat lain atau waktu lain dari yang ditentukan. 4. Dalam hal keadaan sebagaimana angka 3, saksi pasangan calon atau Panwaslu Kabupaten dapat mengusulkan untuk dilaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang di KPU Kabupaten/Kota; 5. Rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang di KPU Provinsi harus dilaksanakan dan selesai pada hari/tanggal pelaksanaan rekapitulasi; 6. Rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang yang disebabkan kerusuhan yang mengakibatkan rekapitulasi hasil penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan dilaksanakan paling lama 5 (lima) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi; 7. Dalam hal terjadi perbedaan jumlah suara pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dengan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diterima oleh KPU Provinsi, atas usul saksi pasangan calon tingkat Provinsi, saksi pasangan calon tingkat Provinsi, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kab/Kota, KPU Provinsi melakukan pembetulan data setelah melaksanakan pengecekan dan/atau rekapitulasi ulang data yang termuat pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara untuk KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan. VII. LAIN-LAIN 1. Komisi Pemilihan Umum Provinsi selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah membuat berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara, mengadakan rapat pleno untuk menetapkan pasangan calon terpilih. 2. Penetapan pasangan calon terpilih disampaikan kepada DPRD Provinsi Jawa Barat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari. 3. Apabila ada pengajuan keberatan terhadap hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang diajukan oleh pasangan calon lainnya kepada Mahkamah Agung, maka KPU Provinsi menyampaikan pemberitahuan kepada DPRD Provinsi Jawa Barat. 4. Apabila terhadap pengajuan keberatan sudah ada Putusan Mahkamah Agung, maka KPU Provinsi menyampaikan penetapan pasangan calon terpilih tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah putusan dijatuhkan.

5. Penetapan pasangan calon terpilih berdasarkan hasil penghitungan suara atau hasil penetapan putusan Mahkamah Agung, maka KPU Provinsi melakukan rapat pleno untuk menetapkan pasangan calon terpilih selambat-lambatnya 1 (satu) hari. 6. Penetapan pasangan calon terpilih segera disampaikan kepada DPRD Provinsi Jawa Barat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari. 7. Pelanggaran terhadap Rekapitulasi penghitungan suara di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. 8. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dapat menjalin kerjasama dengan instansi Kepolisian, Kejaksaan, Pemda setempat, Dinas Polisi Pamong Praja dan instansi terkait dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. 9. Dalam penyediaan fasilitasi untuk rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS, PPS dapat menjalin kerjasama dengan Kepala Desa/Lurah. 10. Dalam penyediaan fasilitasi untuk rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPK, PPK dapat menjalin kerjasama dengan Camat. 11. Apabila dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur terjadi putaran kedua, maka ketentuan tata cara pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, maka ketentuan ini tetap berlaku bagi PPK, KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi. 12. Setelah PPS dan PPK dibubarkan, PPK menyampaikan seluruh dokumen dan alat kelengkapan pemungutan dan penghitungan suara yang ada di wilayahnya kepada KPU Kabupaten/Kota, penyampaian dokumen dan kelengkapan dilakukan di kantor kecamatan dan dibuat berita acaranya. KETUA, ttd YAYAT HIDAYAT