PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

dokumen-dokumen yang mirip
Pembaruan Parpol Lewat UU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

TULISAN HUKUM. Transparansi-dan-Akuntabilitas-Pengelolaan. m.tempo.co

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. partai lokal Aceh merupakan sebuah proses demokrasi yang wajib dilaksanakan di

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

EVALUASI PEMILU 2014 DI SUMATERA UTARA 1. Muryanto Amin 2

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan oleh undang-undang dasar. Makna kedaulatan rakyat yang disepakati tersebut diterjemahkan sebagai sebuah asas, pendirian dan dilaksanakan berdasarkan sistem konstitusi karena seluruh tugas dan kewenangan negara, seperti pembuatan undang-undang (UU), pelaksanaan UU, dan penghakiman pelanggaran UU akan dilaksanakan oleh rakyat secara bersama-sama. Jika merujuk pada sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, maka representasi kedaulatan rakyat diatur dalam kelembagaan negara. UUD 1945 antara lain mengatur pembentukan DPR, DPD, dan DPRD melalui pemilihan umum, MPR sebagai gabungan DPR dengan DPD, pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota secara demokratis. Artinya, kedaulatan rakyat atau demokrasi yang diadopsi UUD 1945 bukan demokrasi langsung melainkan demokrasi tak langsung (representative democracy) karena partai politik yang menawarkan calon. Bila demokrasi tak langsung yang diadopsi, peran parpol sangat diperlukan untuk menggerakkan demokrasi perwakilan dan pemerintahan demokratis. Kontribusi partai politik dalam sistem perwakilan sangat menentukan baik atau buruknya kualitas pelaksanaan demokrasi. Peran partai politik menjadi sangat penting dalam mengurai persoalan publik, mendorong perbaikan kebijakan, dan memastikan perbaikan tersebut dilaksanakan. Oleh karena peran yang dimiliki partai politik itu, maka cepat atau lambannya konsolidasi demokrasi sangat tergantung dari pengelolaan partai politik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Makalah ini akan membahas pentingnya pengelolaan partai politik yang modern dan profesional untuk 1 Dosen Ilmu Politik FISIP USU dan Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Cabang Medan. 1

menjaring, menganalisis, melaksanakan dan mengevaluasi aspirasi konstituennya serta mengedepankan kepentingan nasional. Peran parpol Peran penting yang dimiliki partai politik ditulis sangat jelas dalam UUD 1945 yaitu mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan menjadi peserta pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD. Selain dua peran itu, undang-undang yang mengatur pemilihan gubernur, bupati dan wali kota menugaskan parpol untuk mengajukan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih rakyat. Konstitusi maupun undang-undang memberikan ruang partai politik untuk bertugas sebagai bagian dari penentu kebijakan publik di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, serta memfasilitasi pemerintahan presidensial dan pemerintahan daerah. Sebagai peserta pemilu anggota DPR dan DPRD, parpol tak saja bersaing dengan partai lain untuk menarik simpati dan kepercayaan rakyat melalui kampanye pemilu, tetapi juga menentukan siapa calon anggota DPR dan DPRD, serta menetapkan visi, misi, dan program partai sebagai materi kampanye. Singkat kata, parpol ditugaskan terutama mempersiapkan calon pemimpin sekaligus rencana kebijakan publik untuk ditawarkan kepada rakyat pada masa kampanye pemilu. Ilmu politik mengajarkan bahwa partai politik dipandang sangat mutlak diperlukan agar berfungsinya demokrasi. 2 Akan tetapi, parpol saja tak cukup untuk membuat demokrasi berfungsi. Diperlukan faktor lain, seperti pembagian kekuasaan negara secara berimbang dan saling mengecek, rule of law (nomokrasi), dan partisipasi politik warga negara. Parpol dipandang sebagai faktor yang mutlak diperlukan untuk menggerakkan demokrasi perwakilan dan pemerintahan demokratis karena tiga peran yang dilaksanakan. 3 Pertama, parpol sebagai jembatan antara warga negara dengan negara. Untuk itu parpol melakukan rekrutmen warga negara menjadi anggota parpol, dan menjadikan parpol wahana partisipasi politik warga negara. Kedua, parpol 2 Larry Diamond and Richard Gunther. 2001. (eds) Political Parties and Democracy. The John Hopkins University Press. Baltimore & London. hal. 10. 3 Lihat Friedrich-Ebert-Stiftung (FES). 2012. Peran Partai Politik Dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis. Jakarta. 2

menyiapkan calon pemimpin dan menawarkannya ke rakyat pada masa kampanye pemilu. Untuk fungsi kedua, parpol melakukan kaderisasi anggota menjadi kader partai, menugaskan kader partai melakukan berbagai jenis kegiatan partai, seperti mendampingi anggota DPR atau DPRD, mendampingi kader partai yang menjadi kepala daerah atau menteri, memimpin kepanitiaan kegiatan partai, mendengarkan dan merumuskan suara rakyat, dan menominasikan kader partai yang telah teruji menjadi calon berbagai jenis pemilu. Ketiga, merumuskan pola dan arah kebijakan publik dalam berbagai bidang isu publik dan kemudian menawarkannya kepada rakyat pada kampanye pemilu. Untuk fungsi ini, parpol melakukan tiga hal berinteraksi dengan dan mendengarkan aspirasi berbagai lapisan masyarakat, menjabarkan ideologi partai menjadi preskripsi yang berfungsi sebagai penuntun kebijakan partai, dan merumuskan pola dan arah kebijakan publik. Agar berfungsi, parpol melakukan tiga hal dalam menggerakkan rakyat pemilik kedaulatan untuk berperan serta dalam pemilu: membuat warga negara peduli politik, menyiapkan dan menyederhanakan alternatif pilihan calon, dan menyiapkan dan menyederhanakan alternatif pilihan pola dan arah kebijakan publik. Merujuk fungsi seperti ini, parpol memang sangat membantu rakyat menyatakan kedaulatannya. Parpol akan dapat melaksanakan ketiga fungsi ini jika parpol dikelola berdasarkan tiga karakteristik berikut. Pertama, parpol sebagai pengorganisasian warga negara dikelola secara demokratis berdasarkan prinsip "kedaulatan partai berada di tangan anggota". Pengelolaan parpol secara demokratis berarti pengambilan keputusan partai dilakukan secara inklusif (melibatkan semua anggota dan semua unsur partai) dan desentralistik (pengambilan keputusan untuk sebagian persoalan partai diserahkan kepada cabang/daerah, tetapi cabang juga harus inklusif). Pengambilan keputusan yang harus inklusif dan desentralistik tersebut menyangkut tiga isu: penentuan ketua partai dari tingkat lokal sampai nasional, penentuan calon atau pasangan calon partai untuk berbagai jenis pemilu, dan pembahasan, penetapan kebijakan partai baik untuk internal partai maupun untuk rencana kebijakan publik. Kedua, untuk melaksanakan berbagai fungsi partai itu diperlukan dana tidak sedikit. Untuk itu parpol perlu memiliki sumber dana yang memadai dari tiga sumber yang relatif seimbang, yaitu negara, internal partai (iuran anggota, sumbangan kader, dan usaha partai dalam bidang komoditas yang tak menimbulkan konflik kepentingan 3

dengan kedudukan kader partai dalam pemerintahan dan lembaga legislatif), dan dari masyarakat (individu, kelompok, dan dunia usaha swasta). Agar tak tergantung kepada negara, jumlah pengeluaraan partai tak boleh lebih dari 30 persen dari total pengeluaran partai. Sumber penerimaan dari negara diperlukan tak hanya karena partai melaksanakan tugas yang diberikan konstitusi, tetapi juga untuk mencegah kontrol penyandang dana dari masyarakat terhadap partai. Sumber dana dari partai tetap diperlukan tak hanya agar elite partai akuntabel kepada anggota, tetapi juga untuk mencegah dominasi negara dan masyarakat terhadap partai. Sumber dana dari masyarakat diperlukan tidak saja untuk mencegah ketergantungan kepada negara, tetapi juga agar elite partai peduli kepada masyarakat. Singkat kata, ketiga sumber penerimaan ini diperlukan demi menjaga kemandirian partai. Ketiga, parpol dibentuk dan digerakkan oleh suatu cita-cita politik tentang suatu negara-bangsa dan individu warga negara yang dianggap ideal. Cita-cita politik atau preskripsi tentang negara-bangsa ini merupakan penjabaran dari tujuan negara dan UUD. Preskripsi tentang negara-bangsa seperti inilah yang dalam ilmu politik disebut ideologi. Setiap parpol memiliki ideologi sebagai inspirasi, semangat dan tujuan perjuangan partai. Ideologi dalam partai tak hanya berfungsi sebagai "tontonan" sebagaimana ditunjukkan oleh tanda gambar, warna, bendera, jargon, dan tokoh, tetapi terutama berfungsi sebagai "tuntunan" bagi tindakan partai sebagaimana diperlihatkan oleh visi, misi, dan program partai. Sebagai tuntunan, ideologi berfungsi untuk garis perjuangan partai, menjadi pedoman dan pegangan bagi setiap anggota dan kader partai dalam mengelola partai dan terutama dalam merumuskan pola dan arah kebijakan publik dalam berbagai bidang isu publik. Oleh karena peran ideologi dalam partai seperti ini, maka parpol lebih dikenal dari pola dan arah kebijakan publik yang diperjuangkan daripada figur dan pesona ketua partai. Atas dasar itu, parpol akan dapat disimpulkan sebagai penggerak demokrasi perwakilan dan pemerintahan demokratis jika telah mencapai kelima indikator berikut. Pertama, pengambilan keputusan partai dilakukan secara inklusif dan desentralistik. Pengambilan keputusan partai tak diletakkan pada ketua umum atau pengurus pusat melainkan pada semua anggota dan semua unsur dalam partai. Kedua, 4

mandiri dari segi penerimaan keuangan karena memperoleh dana dari tiga sumber penerimaan (negara, internal partai, dan masyarakat) yang relatif berimbang. Ketiga, semua kader partai yang duduk di lembaga legislatif dan/atau pemerintahan taat kebijakan partai (disiplin partai). Kebijakan partai yang harus ditaati itu penjabaran visi, misi, dan program partai yang dijanjikan kepada rakyat pada masa kampanye pemilu. Kebijakan itu dirumuskan secara tertulis dan ditegakkan oleh pimpinan fraksi di DPR dan DPRD begitu juga di pemerintahan. Kader yang bertindak "liar" alias di luar garis partai dikenai sanksi mulai dari peringatan sampai pemberhentian (recall). Keempat, parpol lebih dikenal dari pola dan arah kebijakan publik yang diperjuangkannya daripada figur dan ketokohan ketuanya. Sehingga, memilih suatu parpol pada hari pemungutan suara pada dasarnya bukan memilih kucing dalam karung melainkan memilih pola dan arah kebijakan publik tertentu. Kelima, jumlah pemilih yang mengidentifikasi diri dengan suatu parpol mencapai persentase yang signifikan (party identification/pi). Jumlah PI seperti ini menggambarkan jumlah anggota yang loyal kepada partai, dan menggambarkan jumlah pemilih yang bukan swing voter dalam pemilu. Belum ada yang memenuhi Tampaknya belum ada parpol peserta pemilu di Indonesia yang telah mencapai kelima indikator ini. Pertama, proses pengambilan keputusan masih dilakukan secara oligarkis bahkan personalistik. Banyak kasus partai politik pada Pemilu 2014 dan pemilihan kepala daerah yang berlanjut ke pengadilan terkait dengan keputusan pencalonan dan hanya proses pencalonan yang dapat dilihat oleh masyarakat. Sebenarnya jika diamati dan diteliti secara lebih utuh, maka akan banyak kasus proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara oligarki atau personalistik. 4 Hampir seluruh partai politik peserta Pemilu 2014, mengajukan guguatan calon anggota legislatif terpilih dari kalangan internalnya sendiri. 5 Kasus tentang konflik internal di Partai Golkar dan PPP menyebabkan proses pencalonan kepala 4 Beberapa hasil penelitian lihat Syamsudin Haris. (ed). 2005. Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai. Jakarta. PT. Gramedia. 5 Mahkamah Konstitusi mengadili 767 sengketa Pemilu 2014 dengan rincian 735 perkara diajukan oleh partai politik dan 32 perkara diajukan oleh calon anggota DPD. 5

daerah menuai persoalan dan berlanjut di pengadilan. Mekanisme penyelesaian konflik internal partai politik tidak cukup memberikan kepastian kepada kader yang merasa dicurangi oleh caleg sesama partai pada saat pemilihan umum. Artinya, ketidakpuasan hasil pemilu mengindikasikan adanya alur proses pengambilan keputusan, yang terlihat dari pencalonan, tidak melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, sumber penerimaan utama partai berasal dari kalangan elite internal partai sehingga kurang peduli kepada anggota. Pendanaan kegiatan partai politik lebih dominan diberikan dari elit partainya pada tingkat nasional maupun lokal. Donasi tersebut menyebabkan lemahnya kemandirian partai politik dalam membuat keputusan dan menentukan sikap jika bertentangan dengan kepentingan elit partai. Kasus korupsi yang terjadi dalam anggaran pemerintah (APBN dan APBD) banyak berkaitan dengan partai politik. Sebagai contoh, bukti-bukti dalam proses pengadilan kasus korupsi Gubernur Sumatera Utara non aktif sangat kuat mengindikasikan keterlibatan partai politik dan kadernya. Sejumlah studi mandiri yang dilakukan oleh lembaga independen mengindikasikan temuan korupsi yang dilakukan partai politik. Gambar 1 Indeks Partai Korupsi Periode 2002-2014 Sumber: http://antikorupsi.org Ketiga, penegakan disiplin partai politik tidak selalu dilaksanakan secara konsisten. Kader yang bertugas di lembaga legislatif, eksekutif, maupun lembaga negara lainnya seharusnya tidak hanya memiliki sikap loyalitas kepada elit parpol tetapi wajib menghayati ideologi partai politik. Kader parpol yang bersalah dalam 6

melaksanakan tugas harus diberikan sanksi yang sama, tetapi terkadang aturan itu tidak berlaku bagi kader yang hanya mengandalkan loyalitas kepada elit parpol. Keempat, partai lebih dikenal dari figur dan pesona ketuanya daripada pola dan arah kebijakan publik yang diperjuangkan. Disiplin partai sangat rendah, bahkan kader partai pendukung pemerintah lebih "gaduh" daripada kader dari partai oposisi. Perdebatan yang terjadi di parlemen misalnya banyak yang tidak terkait dengan substansi program atas dasar keyakinan ideologi, tetapi yang terjadi adalah semacam debat kusir yang tidak jelas substansi materi yang dibahas dan arah kesimpulan kebijakan yang akan diputuskan. Akibatnya, selalu saja ketua partai menjadi satusatunya rujukan dalam mengatasi perdebatan yang arahnya tidak sesuai dengan ideologi parpolnya. 6 Kelima, tidak ada parpol yang mencapai party identification secara signifikan, dan jumlah swing voters mencapai sekitar 40 persen. Akibat fungsi partai tidak dikelola secara profesional maka tidak ada basis pemilih partai yang besifat konsisten. Setiap kali pemilu atau pilkada maka setiap daerah mengalami perubahan komposisi partai politik dalam perolehan suaranya. Semua partai politik menawarkan program yang sama (kesehatan dan pendidikan gratis, perbaikan dan peningkatan infrastruktur, dan sebagainya), tidak ada pembeda dari program tersebut. Sehingga, pemilih bebas memilih setiap partai politik karena tidak ada kekhasan atau kekhususan menyelesaikan masalah keseharian pemilih di daerahnya. Jika dilihat dari lima indikator di atas, maka partai politik peserta pemilu di Indonesia umumnya belum mampu berperan sebagai penggerak demokrasi perwakilan dan pemerintahan demokratis. Program reformasi telah berjalan hampir 18 tahun, konsolidasi demokrasi yang menitikberatkan berfungsinya partai politik ternyata masih mengalami banyak persoalan. Politik tidak hanya diartikan pada saat pemilu, pilpres, dan pilkada tetapi yang lebih penting adalah lahirnya kebijakan yang konsisten dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan konstitusi. Oleh karena itu, partai politik harus dikelola secara mandiri dan profesional agar demokrasi menghasilkan kesejahteraan pemilihnya. 6 Sebagai contoh perdebatan tentang pemberian subsidi bahan bakar minyak di parlemen tahun 2013, penyusunan susduk parlemen 2014, dan lain sebagainya. 7

Daftar Pustaka Diamond, Larry and Richard Gunther. 2001. (eds) Political Parties and Democracy. The John Hopkins University Press. Baltimore & London. Friedrich-Ebert-Stiftung (FES). 2012. Peran Partai Politik Dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis. Jakarta. Haris, Syamsudin. (ed). 2005. Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai. Jakarta. PT. Gramedia. 8