LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Nomor : 12 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah. yang merupakan perwujudan hak. guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

P E R A T U R A N D A E R A H

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN KAMAR SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKILIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa keberadaan pedagang kakilima perlu dilakukan penataan, pembinaan, dan penertiban agar dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan aman, tertib, dan teratur; b. bahwa agar penataan, pembinaan, dan penertiban pedagang kakilima perlu memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kerapian, dan ketertiban serta menghormati hak-hak orang lain perlu adanya pengaturan; c. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul tentang Penataan Pedagang Kakilima; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59); 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186); 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3293); 1 2

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gunungkidul Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Gunungkidul (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gunungkidul Tahun 1987 Nomor 3 Seri D); 11. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2000 Nomor 6 Seri D); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKILIMA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Gunungkidul. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Gunungkidul. 4. Dinas Perekonomian adalah Dinas Perekonomian Kabupaten Gunungkidul. 3 5. Kantor Polisi Pamong Praja adalah Kantor Polisi Pamong Praja Kabupaten Gunungkidul. 6. Pedagang Kakilima adalah penjual barang dan atau jasa yang secara perorangan berusaha dalam kegiatan ekonomi yang menggunakan daerah milik jalan atau fasilitas umum dan bersifat sementara / tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak. 7. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. 8. Trotoar adalah bagian dari jalan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi pejalan kaki. 9. Fasilitas umum adalah lahan dan peralatan atau perlengkapan yang tersedia untuk dipergunakan oleh masyarakat secara luas. BAB II TEMPAT USAHA Pasal 2 (1) Kegiatan usaha Pedagang Kakilima dapat dilakukan di Daerah. (2) Tempat-tempat usaha Pedagang Kakilima ditentukan oleh Kepala Daerah. (3) Dalam menentukan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Daerah mempertimbangkan kepentingan umum, sosial ekonomi, kebersihan, kesehatan, budaya, pendidikan, ketertiban, keamanan, dan kenyamanan. BAB III PERIZINAN Pasal 3 (1) Setiap Pedagang Kakilima yang akan melakukan kegiatan usaha dan menggunakan tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) wajib memiliki izin dari Kepala Daerah. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk masa 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. (3) Bentuk surat izin, kartu identitas, dan Tanda Pemegang Izin Pedagang Kakilima ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. 4

Pasal 4 Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak dipungut biaya. Pasal 5 Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hanya diberikan untuk menggunakan tempat-tempat dan fasilitas umum yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB IV SYARAT SYARAT DAN TATA CARA PENGAJUAN IZIN Pasal 6 Syarat-syarat untuk mengajukan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) adalah : a. memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP); b. membuat surat pernyataan belum memiliki tempat usaha; c. membuat surat pernyataan kesanggupan untuk menjaga ketertiban, keamanan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan serta fungsi fasilitas umum; d. membuat surat pernyataan kesanggupan untuk mengembalikan tempat usaha apabila Pemerintah Daerah akan mempergunakan untuk kepentingan umum yang lebih luas tanpa syarat apapun; e. mendapatkan persetujuan dari pemilik/kuasa hak atas bangunan/tanah yang berbatasan langsung dengan jalan, apabila berusaha di daerah milik jalan; f. mendapat persetujuan dari pemilik dan atau pengelola fasilitas umum, apabila menggunakan fasilitas umum. Pasal 7 Tata cara untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Setiap Pedagang Kakilima wajib : BAB V KEWAJIBAN, HAK, DAN LARANGAN Pasal 8 5 a. menjaga ketertiban, kerapian, kebersihan, keindahan, kesehatan lingkungan, dan keamanan disekitar tempat usaha; b. mengemas dan memindahkan peralatan dan dagangannya dari tempat usahanya setelah selesai menjalankan kegiatannya; c. mentaati ketentuan waktu sebagaimana yang ditetapkan peraturan perundangundangan serta petunjuk pelaksanaan yang berlaku; d. menutup kegiatan usaha untuk sementara waktu apabila tempat usahanya akan digunakan untuk kepentingan Pemerintah Daerah atau pihak lain yang telah mendapatkan izin dari Kepala Daerah. Pasal 9 Setiap Pedagang Kakilima berhak : a. menempati tempat usaha yang telah diizinkan; b. melakukan kegiatan usaha di tempat usaha yang telah diizinkan sesuai ketentuan yang berlaku; c. mendapatkan perlindungan hukum atas penggunaan tempat usaha yang telah diizinkan. Pasal 10 (1) Setiap Pedagang Kakilima dilarang : a. menjualbelikan dan atau memindahtangankan tempat usaha kepada pihak manapun; b. melakukan kegiatan usaha di tempat usaha selain yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2); c. melakukan kegiatan usaha dengan tempat usaha yang bersifat menetap atau sebagai tempat tinggal; d. melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan permasalahan kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan, dan kenyamanan serta pencemaran lingkungan; e. menggunakan lahan melebihi ketentuan yang diizinkan; f. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah bentuk trotoar, fasilitas umum, dan atau bangunan sekitarnya; g. membuat tempat kegiatan dengan bangunan permanen/berdinding tembok; h. melakukan kegiatan usaha yang dilarang oleh peraturan perundangundangan yang berlaku; i. menjalankan kegiatan usaha dengan menggunakan kendaraan di tempattempat larangan parkir, berhenti sementara, atau di trotoar. 6

Pasal 11 Tempat usaha, waktu, ukuran, dan bentuk tempat kegiatan usaha Pedagang Kakilima ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB VI PEMBINAAN Pasal 12 (1) Untuk pengembangan usaha Pedagang Kakilima dilakukan pendataan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan. (2) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembinaan Pedagang Kakilima dapat melibatkan Paguyuban dan Perkumpulan sejenis lainnya yang berkepentingan BAB VII PELAKSANAAN Pasal 13 Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Perekonomian. BAB VIII PENGAWASAN Pasal 14 Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Kantor Polisi Pamong Praja. BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15 (1) Izin sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (1) dapat dicabut apabila : a. terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. tidak menjalankan usahanya lagi (tutup) selama 60 (enam puluh) hari berturut-turut tanpa keterangan; 7 c. tempat usaha tidak dipergunakan tanpa keterangan setelah 30 (tiga puluh) hari berturut-turut terhitung mulai tanggal izin diterbitkan. (2) Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah diberikan peringatan terlebih dahulu dan disertai alasannya. (3) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak diberikan ganti rugi. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 10 diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 17 (1) Selain oleh Pejabat Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : 8 a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen sebagaimana tersebut huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, Tersangka atau Keluarganya; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pasal 18 Tindakan pencabutan izin dan menutup usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu adanya keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Pedagang Kakilima yang telah melakukan usaha di tempat umum sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap dapat melakukan usahanya dan diberikan hak lebih dahulu untuk memperoleh izin sepanjang tempat umum tersebut ditetapkan sebagai tempat usaha Pedagang Kakilima. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan secara efektif paling lambat dalam waktu 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul. Diundangkan di Wonosari pada tanggal 1 Desember 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL, ttd. SUGITO Ditetapkan di Wonosari pada tanggal 17 Nopember 2003 BUPATI GUNUNGKIDUL, ttd. YOETIKNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2003 NOMOR 3 SERI E. 9 10

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKILIMA I. PENJELASAN UMUM II. Upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul sebagaimana asas yang dianut dalam prinsip demokrasi ekonomi, maka masyarakat Gunungkidul harus diikutsertakan dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diberikan kesempatan dan atau diciptakan iklim berusaha, sehingga mendorong kegiatan usaha termasuk didalamnya yang dilakukan oleh Pedagang Kakilima dengan tetap memperhatikan hubungan yang saling menguntungkan dengan usaha lainnya serta untuk mencegah persaingan yang tidak sehat. Peraturan Daerah ini mempunyai dua aspek yang sangat penting, yaitu satu sisi merupakan perlindungan dan pengakuan terhadap Pedagang Kakilima, sedangkan di sisi lainnya memberikan dasar hukum yang kuat bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pembinaan, penataan, dan penertiban terhadap Pedagang Kakilima. Selain hal tersebut di atas tujuan penataan Pedagang Kakilima juga untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pusat-pusat perekonomian yang seimbang, tertib, aman, lancar, dan sehat. Oleh karena itu disamping Pedagang Kakilima diberi kesempatan untuk dikembangkan, namun faktor keseimbangan terhadap kebutuhan bagi kegiatan lainnya juga harus tetap terjaga, mengingat tempat yang digunakan dalam kegiatan Pedagang Kakilima sudah mempunyai fungsi tersendiri. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul tentang Penataan Pedagang Kakilima. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup jelas. Pasal 2 : Cukup jelas. Pasal 3 : Cukup jelas. Pasal 4 : Cukup jelas. Pasal 5 : Cukup jelas. Pasal 6 huruf a : Cukup jelas. huruf b : Cukup jelas. huruf c : Cukup jelas. huruf d : Cukup jelas. huruf e : Yang dimaksud persetujuan pemilik / kuasa hak atas bangunan/halaman yang berbatasan dengan jalan adalah izin dari pemilik rumah, tanah, toko, losmen, dan lain-lain. huruf f : Cukup jelas. Pasal 7 : Cukup jelas. Pasal 8 huruf a : Cukup jelas. huruf b : Cukup jelas. huruf c : Yang dimaksud ketentuan waktu adalah waktu berjualan bagi para Pedagang Kakilima. huruf d : Yang dimaksud kepentingan Pemerintah Daerah atau pihak lain yang telah mendapat izin dari Kepala Daerah, misalnya untuk kegiatan Peringatan harihari besar keagamaan / Nasional, Peringatan Hari jadi Kabupaten Gunungkidul, Pameran Pembangunan, Perlombaan / Pentas Seni, dan lain lain. Pasal 9 huruf a : Cukup jelas. huruf b : Yang dimaksud perlindungan hukum adalah pemberian jaminan kegiatan pedagang kaki lima apabila melakukan sesuai izin yang miliki. 11 12

Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 : Cukup jelas. Pasal 12 ayat (1) : Yang dimaksud pengembangan adalah pengembangan usaha Pedagang Kakilima yang berupa pembinaan dan pengarahan tentang modal, sarana dan prasarana untuk menjadi Pedagang formal. ayat (2) : Cukup jelas Pasal 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 : Cukup jelas. Pasal 17 : Cukup jelas. Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 19 : Cukup jelas. Pasal 20 : Yang dimaksud dengan dilakukan secara efektif paling lambat dalam waktu 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini adalah bahwa pelaksanaan penataan pedagang kakilima dilakukan secara bertahap sesuai dengan potensi wilayah. Untuk tahap pertama dilaksanakan untuk wilayah Kecamatan Wonosari, Playen, Tanjungsari, Semanu, Karangmojo, dan Semin. Untuk tahap selanjutnya akan ditentukan oleh Kepala Daerah. Pasal 21 : Cukup jelas. Pasal 22 : Cukup jelas. -------------//------------ 13