KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB IV METODE PENELITIAN

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PEMETAAN KAWASAN RENTAN BANJIR DALAM KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN PERANGKAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Kata Kunci : Kerentanan, Banjir, Geoekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

Transkripsi:

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail: cindytsasillasulika@ymail.com ABSTRAK Cindy Tsasil Lasulika, 2014. Kajian Kawasan Rawan Banjir Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi di DAS Tamalate. Skripsi. Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Nawir Sune, M.Si dan Pembimbing II Nurfaika, S.Si, M.Sc. Banjir merupakan permasalahan lingkungan fisik dimana air sungai melimpah dan menggenangi daerah sekitarnya sampai kedalaman tertentu dan menyebabkan kerugian. Permasalahan banjir yang terjadi setiap musim penghujan di DAS Tamalate seluas 8885,35 hektar belum tertangani secara menyeluruh sehingga dibutuhkan informasi mengenai kawasan rawan banjir di DAS Tamalate. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menanggulanginya yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG). Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui distribusi spasial kawasan rawan banjir di DAS Tamalate menggunakan Sistem Informasi Geografi. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa analisis pembangunan basis data dari setiap paramater kerawanan banjir, analisis atribut, dan analisis keruangan sampai mendapatkan peta kawasan rawan banjir di DAS Tamalate. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kawasan rawan banjir di DAS Tamalate terbagi menjadi 4 kelas yaitu kelas sangat rawan seluas 4.909,62 hektar atau 55,3% dari luas total DAS Tamalate, kelas rawan seluas 1.874,95 hektar atau 21,1% dari luas total DAS Tamalate, kelas kurang rawan memiliki luas sebesar 573,24 hektar atau hanya 6,5% dari luas total DAS Tamalate, dan kelas tidak rawan sebesar 1.527,54 hektar atau 17,2% dari luas total DAS Tamalate. Kata Kunci: Banjir, DAS Tamalate, SIG CINDY TSASIL LASULIKA, 451410160, JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA, FAKULTAS MIPA, Dr. NAWIR SUNE, M.Si, NURFAIKA, S.Si, M.Sc

Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia dan lingkungan (Departemen Pekerjaan Umum, 2012). Bencana Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Bahkan pada tempattempat tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan. Lokasi kejadiannya bisa di perkotaan atau pedesaan, negara sedang berkembang atau negara maju sekalipun (Suhardiman, 2012). Meskipun faktor alam berupa curah hujan yang tinggi memberikan kontribusi penyebab banjir namun faktor tindakan manusia juga punya andil yang besar terhadap terjadinya bencana banjir berupa penggundulan hutan, dan perubahan tata guna lahan yang signifikan yang dapat berpengaruh besar terhadap banjir. Perubahan kondisi lahan dari waktu ke waktu membuat ancaman terjadinya banjir semakin besar. Hal ini disebabkan oleh daya tampung sungai makin lama makin kecil akibat pendangkalan. DAS Tamalate merupakan Sub DAS yang berada di bagian hilir dari DAS Bone dan terletak di sebagian wilayah administrasi Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango, dimana permasalahan mengenai banjir di DAS Tamalate sampai saat ini belum dapat tertangani secara menyeluruh. Banjir di DAS Tamalate sering terjadi apabila musim hujan terutama dengan curah hujan yang tinggi dan dalam waktu yang relatif lama, dengan cakupan wilayah yang mulai meluas, tidak hanya terjadi pada daerah yang biasa terkena banjir tetapi juga ke daerah sekitarnya. Kejadian banjir yang paling parah di DAS Tamalate pada tanggal 30 Desember 2012, dimana 4.114 orang mengungsi ( http://dibi.bnpb.go.id). Berkenaan dengan hal tersebut sangat dibutuhkan informasi mengenai pemetaan kawasan rawan banjir di DAS Tamalate. Untuk memetakan daerah yang rawan terhadap risiko banjir, maka diperlukan suatu teknologi untuk memperoleh informasi, salah satunya dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan sistem informasi geografi (SIG) dari sistem informasi lainnya (Prahasta, 2009). Aplikasi SIG yang digunakan mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan pemrosesan, kemudahan dalam penyajian, lebih efektif dan efisien serta akurat, berdasarkan metode penilaian, pembobotan dan proses tumpang susun ( overlay).

SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan komprehensif terkait dengan spasial permukaan bumi sehingga dapat memberikan suatu informasi. Rumusan masalah dari penelitian yang dilaksanakan ini yaitu : Bagaimana distribusi spasial kawasan rawan banjir di DAS Tamalate dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi?. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang dilaksanakan yaitu untuk mengkaji kawasan rawan banjir di DAS Tamalate dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian mengenai kajian kawasan rawan banjir di DAS Tamalate sangat penting dilakukan agar permasalahan mengenai bencana banjir di DAS tersebut dapat diidentifikasi sehingga kedepannya pencegahan dan penanggulangannya dapat direncanakan. Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis untuk melakukan penelitian mengenai Kajian Kawasan Rawan Banjir dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi di DAS Tamalate 1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Secara umum, Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1). 2. Banjir Banjir merupakan aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air (BAKORNAS PB, 2007). Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang tidak dapat menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Banjir dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kodoatie, 2013:415), yaitu curah hujan, kemiringan lahan, ketinggian, tekstur tanah, dan perubahan tata guna lahan. 3. Sistem Informasi Geografi (SIG) Arronoff (1989 dalam Prahasta, 2009), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Menurut Munir (2012), SIG adalah himpunan instrumen (tools) yang dufungsikan untuk pengumpulan, penyimpanan, pengaktifan,

pentransformasian, dan penyajian data spasial dari suatu fenomena nyata dipermukaan bumi, yang dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya pemetaan. METODOLOGI Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kawasan rawan banjir. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini berupa curah hujan, ketinggian, kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan jenis tanah. a. Curah Hujan Curah hujan sebagai tinggi air hujan (dalam satuan milimeter per tahun) yang diterima di permukaan sebelum mengalami proses. Informasi spasial curah hujan dibutuhkan untuk mengetahui daerah di DAS Tamalate yang memiliki curah hujan yang tinggi dan berpotensi terhadap banjir. b. Ketinggian Informasi spasial ketinggian (dalam satuan mdpal) digunakan untuk mengetahui daerah-daerah rendah yang berpotensi terhadap banjir. c. Kemiringan Lereng Informasi spasial kemiringan lereng (dalam satuan %) dibutuhkan untuk mengetahui daerah-daerah yang berkemungkinan terjadi penggenangan dengan kemiringan lereng yang rendah. d. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan berkaitan dengan vegetasi yang berpengaruh langsung terhadap air limpasan, dimana daerah yang kurang vegetasi menyebabkan besarnya air limpasan dan dapat menyebabkan banjir. e. Jenis Tanah Jenis tanah berkaitan dengan karakteristik dari jenis tanah tersebut yang berpotensi terhadap kejadian banjir. Teknik Analisis Data adalah cara yang digunakan untuk menyelidiki, memeriksa, dan mempelajari data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik Digitasi On Screen. Teknik analisis ini dibagi dalam tiga tahap yatu : analisis pembangunan basis data yang berupa analisis data curah hujan, analisis penggunaan lahan, analisis kemiringan lereng dan ketinggian tempat serta analisis jenis tanah. Analisis yang kedua adalah analisis atribut yang terdiri dari pengskoran dan pembobotan terhadap parameter-parameter penentu tingkat kerawanan banjir. Adapun analisis yang ketiga yaitu analisis keruangan menggunakan metode tumpang susun/overlay untuk memperoleh kawasan rawan banjir.

HASIL PENELITIAN Kondisi Umum DAS Tamalate Secara umum DAS Tamalate terdapat pada 2 wilayah administrasi, yaitu Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Melihat kawasan yang dilalui beberapa sungai kecil yang bermuara pada sungai Bone, maka pengolahan dan pemanfaatan sungai tersebut menjadi sangat penting dan strategis terutama dalam pemanfaatan lahan pertanian yang sebagian besar adalah persawahan. Curah Hujan DAS Tamalate Berdasarkan data statistik Curah Hujan dari Tahun 2007 sampai Tahun 2012 dan analisis Curah Hujan menggunakan metode Isohyet dan IDW, distribusi spasial Curah Hujan di DAS Tamalate dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil analisis curah hujan (mm/tahun) di DAS Tamalate terbagi menjadi 2 kelas curah hujan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kelas Curah Hujan (DAS Tamalate) Kelas Curah Hujan Luas Luas No. Keterangan (mm/tahun) (Hektar) (%) 1 < 1.500 Sangat Kering 3.006,7 33,8 2 1.500 2.000 Kering 5.878,65 66,2 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014) Gambar 1. Peta Isohyet DAS Tamalate Ketinggian DAS Tamalate Berdasarkan hasil analisis Citra ASTER GDEM Tahun 2013 distribusi spasial kelas ketinggian (mdpal) DAS Tamalate dapat dilihat pada Gambar 2. DAS Tamalate terbagi menjadi 5 kelas kelerengan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelas Ketinggian (DAS Tamalate) No. Kelas Ketinggian (mdpal) Luas (Hektar) Luas(%) 1 0 25 4.190,99 47,2 2 25 50 1.728,75 19,5 3 50 75 585,24 6,6 4 75 100 312,58 3,5 5 > 100 2.067,79 23,2 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014) Gambar 2. Peta Kelas Ketinggian DAS Tamalate Kelerengan DAS Tamalate Sama halnya dengan peta distribusi spasial ketinggian, bahwa distribusi spasial kelas lereng di DAS Tamalate juga merupakan hasil analisis dari citra ASTER GDEM Tahun 2013 yang dapat dilihat pada Gambar 3. DAS Tamalate dibagi menjadi 5 Kelas Lereng yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelas Lereng (DAS Tamalate) No. Kelas Lereng Luas Luas (Hektar) (%) 1 0 8 % 6.673,27 75,1 2 8 15 % 230,01 2,6 3 15 25 % 611,36 6,9 4 25 40 % 1.312,41 14,8 5 > 40 % 58,29 0,6 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014)

Gambar 3. Peta Kelas Lereng DAS Tamalate Penggunaan Lahan DAS Tamalate Berdasarkan hasil analisis Citra Landsat 8 Tahun 2013, distribusi spasial penggunaan lahan di DAS Tamalate dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil interpretasi citra Landsat 8 Band 5 6 4, bahwa penggunaan lahan di DAS Tamalate terbagi menjadi 7 Kelas Penggunaan Lahan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Penggunaan Lahan (DAS Tamalate) No. Penggunaan Lahan Luas Luas (Hektar) (%) 1 Hutan Sekunder 1.442,68 16,2 2 Semak Belukar 848,19 9,6 3 Perkebunan 524,56 5,9 4 Ladang 2.283,82 25,7 5 Permukiman 1.357,79 15,3 6 Sawah 2.407,33 27,1 7 Tubuh Air 20,98 0,2 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014)

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan DAS Tamalate Jenis Tanah DAS Tamalate Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah dan hasil pengecekan lapangan tentang karakteristik jenis tanah dalam segi tekstur, distribusi spasial jenis tanah dapat dilihat pada Gambar 5. Sebaran jenis tanah di DAS Tamalate terbagi menjadi 3 jenis tanah yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Tanah (DAS Tamalate) No. Tekstur Tanah Luas (Hektar) Luas (%) 1 Aluvial 2.747,04 30,9 2 Podsolik 4.196,24 47,2 3 Litosol 1.942,07 21,9 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014) Gambar 5. Peta Jenis Tanah DAS Tamalate

Kawasan Rawan Banjir DAS Tamalate Berdasarkan analisis atribut dan analisis keruangan dari parameter curah hujan, ketinggian, kelerengan, penggunaan lahan, dan jenis tahah, maka distribusi spasial kelas kerawanan banjir dapat dilihat pada Gambar 6. Kelas kerawanan banjir di DAS Tamalate dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Kelas Kerawanan Banjir (DAS Tamalate) No. Kerawanan Banjir Luas(Hektar) Luas(%) 1 Sangat Rawan 4.909,62 55,3 2 Rawan 1.874,95 21,1 3 Kurang Rawan 573,24 6,5 4 Tidak Rawan 1.527,54 17,2 Luas Total 8.885,35 100 (Sumber : Hasil Analisis Penelitian Tahun 2014) Gambar 6. Peta Kerawanan Banjir DAS Tamalate DAS Tamalate didominasi oleh kelas sangat rawan terhadap kejadian banjir seluas 4.909,62 hektar atau 55,3 persen dari luas total DAS Tamalate. Sebagian besar wilayah Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Bulango Selatan dan Kecamatan Kabila merupakan kawasan sangat rawan banjir. Jika dikaji dari parameter penyebab banjir meskipun termasuk pada kelas curah hujan 1500-2000 mm/tahun, ketiga kecamatan tersebut sangat rawan terhadap banjir karena merupakan kawasan yang didominasi penggunaan lahan berupa sawah dan permukiman serta memiliki jenis tanah Aluvial dengan tekstur tanah lempung sampai liat sehingga hanya sedikit air hujan yang jatuh yang terinfiltrasi dan akan menyebabkan aliran permukaan yang besar. Selain itu, kawasan tersebut merupakan kawasan dengan topografi yang datar dengan kemiringan lereng antara 0-8 %, dan berada pada ketinggian antara 0 25 mdpal, yang menyebabkan aliran

permukaan akan terakumulasi pada kawasan tersebut dan menyebabkan adanya penggenangan. Kawasan di DAS Tamalate yang termasuk dalam kelas rawan untuk kejadian banjir seluas 1.874,95 hektar atau 21,1 persen dari luas total DAS Tamalate. Kecamatan yang termasuk dalam kelas rawan terhadap banjir yaitu sebagian Kecamatan Tilongkabila, Kecamatan Tapa, Kecamatan Suwawa dan Kecamatan Suwawa Tengah yang sebagian besar penggunaan lahannya berupa ladang dan perkebunan. Meskipun masih berada pada topografi yang datar dengan kemiringan lereng antara 0-8%, namun kawasan tersebut berada pada ketinggian 25 50 mdpal dengan jenis tanah yang didominasi oleh jenis tanah Podsolik sehingga hanya sedikit curah hujan yang terinfiltrasi yang kemudian dapat menyebabkan aliran permukaan. Kawasan dengan kelas kurang rawan terhadap kejadian banjir seluas 573,24 hektar atau hanya 6,5 persen dari luas total DAS Tamalate. Berdasarkan hasil analisis dari parameter penyebab banjir, kawasan yang kurang rawan terhadap kejadian banjir ini merupakan kawasan yang berada pada ketinggian 50 75 mdpal dengan kemiringan lahan 8 15% atau dapat dikatakan bertopografi landai, dan umumnya merupakan kawasan dengan penggunaan lahan yang masih berupa semak belukar. Kawasan di DAS Tamalate yang dapat dikatakan tidak rawan dari kejadian banjir seluas 1.527,54 hektar atau 17,2 persen dari luas total DAS Tamalate. Kawasan yang tidak rawan ini merupakan kawasan yang berada dibagian hulu DAS Tamalate yaitu meliputi sebagian Kecamatan Bulango Timur, Kecamatan Tilongkabila, dan Kecamatan Suwawa yang sebagian besar berjenis tanah Litosol dengan penggunaan lahan masih berupa hutan sekunder. Selain itu, kawasan tersebut berada pada ketinggian 75 100 mdpal, yang artinya memiliki ketinggian yang tinggi di atas permukaan air laut yang membuat air akan langsung mengalir ke ketinggian yang rendah. Kawasan yang tidak rawan terhadap kejadian banjir didominasi dengan topografi yang curam akan meneruskan air hujan dengan cepat dari lahan tersebut ke daerah yang bertopografi landai. Sehingga kemungkinan terjadi penggenangan pada derajat kemiringan yang tinggi semakin kecil. KESIMPULAN 1. Kelas Sangat Rawan terhadap kejadian banjir memiliki luas sebesar 4.909,62 hektar atau 55,3 persen dari luas total DAS Tamalate. Kecamatan yang termasuk dalam kelas sangat rawan yaitu sebagian besar Kecamatan Kota Utara dan Kota Timur dan sebagian kecil Kecamatan Kabila dan Kecamatan Bulango Selatan, dengan penggunaan lahan yang berupa sawah dan permukiman, memiliki jenis tanah aluvial, berada pada ketinggian 0-25 mdpal serta bertopografi rendah dengan kemiringan lereng sebesar 0-8 %. 2. Kelas Rawan terhadap kejadian banjir memiliki luas sebesar 1.874,95 hektar atau 21,1 persen dari luas total DAS Tamalate. Kecamatan yang termasuk

dalam kelas rawan yaitu sebagian besar Kecamatan Tilongkabila, Kecamatan Tapa, Kecamatan Suwawa dan Kecamatan Suwawa Tengah dengan penggunaan lahan berupa ladang dan berada pada ketinggian 25-50 mdpal serta bertopografi datar. 3. Kelas Kurang Rawan terhadap kejadian banjir memiliki luas sebesar 573,24 hektar atau hanya 6,5 persen dari luas total DAS Tamalate. Kelas kurang rawan ini berada pada ketinggian 50 75 mdpal dengan penggunaan lahan yang masih berupa semak belukar. 4. Kelas Tidak Rawan terhadap kejadian banjir memiliki luas sebesar 1.527,54 hektar atau 17,2 persen dari luas total DAS Tamalate. Kelas tidak rawan berada pada bagian hulu DAS Tamalate dengan ketinggian 75 100 mdpal dan berjenis tanah Litosol dengan penggunaan lahan berupa hutan sekunder. SARAN Berdasarkan penelitan ini, diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan faktor penyebab rawan banjir yang lebih spesifik dan berpengaruh secara nyata terhadap kejadian banjir. Selain itu, pengembangan ataupun sumbangan ide dari berbagai ilmu pengetahuan lain sangat diperlukan untuk menyempurnakan metode analisis kawasan rawan banjir terutama di DAS Tamalate. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS). 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia-Edisi II. Jakarta Pusat: Direktorat Mitigasi. Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Pengendalian Kawasan Rawan Banjir (online). (http://pu.go.id. Diakses 12 April 2014) Kodoatie, Robert J. 2013. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografi. Bandung: Informatika. Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) Pada Sub DAS Walanae Hilir (Skripsi). Makassar : Fakultas Pertanian. http://dibi.bnpb.go.id. Online. Diakses 8 Juli 2014