PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 32 PEKANBARU Dian Ramadhani S a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR email dian.ramadhanis@yahoo.com b.c Dosen Program Studi Pendidikan Matematika email zetri.lita@gmail.com email rabdurrahman10@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Quick On The Draw pada siswa kelas VII-4 SMP Negeri 32 Pekanbaru yang berjumlah 30 siswa dengan 19 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan dan tes. Lembar pengamatan akan dianalisis secara deskriptif kualititatif dan kuantitatif, sedangkan teknik tes akan dianalisis dengan analisis rata-rata, analisis ketuntasan hasil belajar siswa dan analisis daftar distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa kelas VII-4 SMP Negeri 32 Pekanbaru. Peningkatan proses pembelajaran dapat terlihat dari aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok sangat baik, siswa lebih aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar matematika siswa terlihat dari jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan pada skor dasar yaitu 13 orang (43,33%) meningkat pada ulangan harian I menjadi 20 orang (66,67%) kemudian meningkat pada ulangan harian II menjadi 23 orang (76,67%). Begitu juga dengan rata-rata siswa di kelas tersebut juga meningkat yaitu 66,63 pada skor dasar, menjadi 71,98 pada ulangan harian I kemudian meningkat pada ulangan harian II menjadi 79,91. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik quick on the draw dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 32 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013. Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Quick On The Draw, Hasil Belajar Matematika. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pendidikan saat ini didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam menggunakan berbagai strategi, model, ataupun metode pembelajaran yang ada untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Guru sebagai pendidik yang harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif. Oleh karena itu guru harus memilih model dan strategi yang sesuai dengan materi yang disampaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No AKSIOMATIK 17
20 Tahun 2007 menjelaskan beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dilihat dari hasil belajar matematika yang dicapai siswa. Dengan demikian, keberhasilan siswa mempelajari matematika tidak terlepas dari proses pembelajaran matematika di sekolah. Dalam proses pembelajaran di sekolah, peningkatan hasil belajar sangat diperlukan agar diperoleh ketuntasan hasil belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menerapkan strategi belajar yang dapat membantu siswa dalam penguasaan matematika dengan baik. Selain itu guru juga harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan PP No.19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 dimana proses pembelajaran itu sebaiknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Apabila proses pembelajaran matematika terlaksana dengan baik, maka diharapkan siswa akan mencapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar matematika yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar matematika yang mencapai ketuntasan. Ketuntasan tersebut dapat dilihat dari skor hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran matematika. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar matematika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada taggal 3 September 2012 dengan guru bidang studi matematika kelas VII.4 SMPN 32 Pekanbaru diperoleh informasi sebagai berikut, guru pernah menggunakan pembelajaran berkelompok, dimana kelompok digunakan pada saat siswa menyelesaikan soal-soal latihan, KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran matematika adalah 72, penguasaan siswa terhadap materi matematika masih tergolong rendah, terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa ada ulangan harian pada materi Bilangan Bulat dari 36 siswa hanya 11 siswa yang tuntas atau 30,56% AKSIOMATIK 18
dan nilai rata-rata dari 36 siswa adalah 53,78. Untuk meninjau keadaan lebih lanjut, peneliti melakuan observasi dikelas VII-4 SMP Negeri 32, pada saat kegiatan awal pembelajaran guru memberikan salam dan membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab kemudian guru memberikan beberapa contoh soal, setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mencatat. Selanjutnya sebelum guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa, guru memanggil beberapa siswa untuk mengerjakan soal-soal di papan tulis. Di akhir pelajaran guru memberikan tugas rumah (PR). Hasil observasi terhadap siswa, menunjukkan bahwa siswa terlihat pasif ketika mengikuti pembelajaran hal ini dikarenakan proses pembelajaran terpusat kepada guru. Pada saat guru memberikan latihan terlihat bahwa tanpa disadari siswa dan tanpa instruksi dari guru, siswa membentuk kelompok-kelompok kecil dengan sendirinya dan menyelesaikan latihan secara bersama-sama. Ketika guru keluar dari kelas sebentar, ada beberapa siswa yang berjalan-jalan untuk menduplikat jawaban temannya. Melihat permasalahan di atas peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran yang terpusat kepada guru menjadi terpusat pada siswa. Dengan demikian peran guru lebih bersifat membimbing, mengarahkan, dan memfasilitasi bukan sebagai penyampai informasi yang bersifat dominan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan komunikasi dan interaksi sesama siswa atau siswa dengan guru. Salah satu pilihan untuk menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan. Selain itu guru juga harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu penerapan yang berbeda dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, salah satu caranya adalah mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan teknik atau metode lain yang dianggap sesuai dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. AKSIOMATIK 19
Salah satu teknik belajar yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan dan menarik perhatian siswa adalah Quick On The Draw. Teknik belajar dalam bentuk permainan seperti Quick On The Draw selain dapat menciptakan susana yang menyenangkan juga akan dapat merangsang kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Pembelajaran matematika dengan menerapkan Quick On The Draw, dimana soal-soal latihan dibuat dalam satu set kartu petanyaan yang diselesaikan siswa dalam kelompok (Ginnis, 2008: 163). Siswa ditantang untuk adu kecepatan menyelesaikan satu set kartu pertanyaan dengan tingkat kesulitan soal yang berbeda-beda. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw bertujuan memberi siswa kesempatan seluas-luasnya untuk melatih pengetahuan dan keterampilan dalam kelompoknya; (2) mempererat hubungan kelompok dengan menciptakan kekompakan dalan kerja tim dan menjadikan siswa orang yang bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya. Melalui aktivitas dengan teknik Quick On The Draw yang diterapkan menggunakan model pembelajaran kooperatif, maka diharapkan pembelajaran matematika akan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 32 Pekanbaru, pada materi pokok Segi Empat pada tahun pelajaran 2012/2013. Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 32 Pekanbaru 2012/2013 pada materi pokok Segi Empat pada tahun pelajaran? Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 32 Pekanbaru pada materi Segi Empat pada tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw. Teknik Quick On The Draw Quick On The Draw merupakan sebuah aktivitas riset dengan insentif bawaan untuk kerja tim dan kecepatan. AKSIOMATIK 20
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh kegiatan ini adalah kemampuan berpikir, kecerdasan emosional, kemandirian, saling ketergantungan, fun, multisensasi, dan artikulasi. Untuk pengelolaan ruang kelas secara khusus tidak diperlukan. Aktivitas Quick On The Draw memiliki beberapa keungglan seperti: masingmasing kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif dari pada menduplikat tugas, memberikan pengalaman belajar mandiri dan membantu siswa untuk membiasakan diri belajar kepada sumber bukan guru (Ginnis, 2008: 163). Lebih lanjut Ginnis (2008: 163) menjelaskan langkah-langkah dalam teknik Quick On The Draw ini yaitu: 1. Siapkan satu set kartu pertanyaan mengenai topik yang sedang dibahas. Buat cukup salinan agar tiap kelompok punya sendiri. Tiap pertanyaan harus di kartu terpisah. Tiap set pertanyaan sebaiknya di kartu dengan warna yang berbeda. Letakkan set tersebut di atas meja guru, angka menghadap ke atas dan angka nomor 1 diletakkan paling atas. 2. Bagi kelas kedalam kelompok bertiga atau dengan variasi lebih. Beri warna untuk tiap kelompok sehingga mereka dapat mengenali set pertanyaan mereka di meja guru. 3. Beri tiap kelompok materi sumber yang terdiri dari jawaban untuk semua pertanyaan-satu copy tiap siswa. 4. Pada saat guru mengatakan mulai satu orang dari tiap kelompok berlari ke meja guru untuk mengambil pertanyaan pertama menurut warna kelompoknya dan membawa kembali ke kelompok. 5. Dengan menggunakan materi sumber, kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah. 6. Setelah selesai, jawaban diberikan kepada guru dan guru langsung memeriksa jawaban yang diberikan. Jika jawaban tersebut benar dan lengkap, pertanyaan kedua dari tumpukan warna mereka diambil, dan begitu seterusnya. Jika ada jawaban yang kurang lengkap, guru menyuruh siswa tersebut kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Siswa yang menulis, mengambil pertanyaan dan mengembalikan jawaban harus bergantian. Kelompok yang pertama kali dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar adalah kelompok yang menang. 7. Guru membahas pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan dan siswa membuat catatan kecil. Metode Penelitian AKSIOMATIK 21
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi (2011: 3) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus dengan masing-masing terbagi atas tiga pertemuan dan satu pertemuan untuk evaluasi. Setiap siklus terdiri dari 4 langkah yaitu:tahap persiapan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas VII-4 SMP Negeri 32 Pekanbaru sebanyak 30 siswa. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan analisis data kualitataif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Analisis data kuantitatif, Keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari skor dasar, ulangan harian I dan ulangan harian II dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan melihat rata-rata nilai hasil belajar siswa, ketercapaian siswa terhadap KKM, dan distribusi frekuensi yang diperoleh hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok segi empat setelah dilakuakannya tindakan. Selain itu, keberhasilan tindakan pada penelitian ini juga dapat dilihat dari peningkatan skor atau persentase dari lembar pengamatan pada setiap pertemuan dalam dua siklus. Analisis rata-rata, digunakan rumus: x = xi n Keterangan : x (Sudjana,2002: 67) = Mean (rata-rata), xi = Jumlah seluruh skor, n = Banyaknya subjek, Analisis ketuntasan belajar, digunakan rumus: a. Ketuntasan belajar secara individual dengan rumus: 5) KI = SS 100 (Sri, 2009: SM Keterangan: KI SS = Ketuntasan individu, = Skor siswa, SM = Skor maksimal, b. Persentase ketuntasan secara klasikal dihitung dengan rumus: KK = JST JS Keterangan: 100 (Sri, 2009: 5) AKSIOMATIK 22
KK = Persentase ketuntasan kelasikal, JST = Jumlah siswa yang tuntas, JS = Jumlah siswa seluruhnya, Analisis distribusi frekuensi Data daftar distribusi frekuensi juga dapat disajikan dalam bentuk tabel atau diagram. Apabila jumlah siswa yang memproleh nilai rendah menurun pada ulangan harian I dan ulangan harian II dari skor dasar, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai tinggi meningkat pada ulangan harian I dan ulangan harian II dari skor dasar, dengan demikian dapat dikatakan hasil belajar siswa meningkat. Analis data aktivitas guru dan siswa, digunakan rumus: p = f x 100 % (Anas, 2012: 43) N Keterangan: p = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. N = jumlah frekuensi/banyak individu. Dari rumus diatas dimodifikasi menjadi Persentase aktivitas G / S skor yang diperoleh G / S = x 100% skor maksimum Data hasil lembar pengamatan diolah dengan persentase dengan kriteria yang mengacu kepada Riduwan dan Sunarto (2012: 23) yaitu sebagai berikut: Angka 0% - 20% = Sangat lemah Angka 21% - 40% = Lemah Angka 41% - 60% = Cukup Angka 61% -80% = Kuat Angka 81% - 100%= Sangat kuat Kriteria di atas dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan peneliti, sehingga kriteria menjadi : 25% TAG/TAS 44% : Kurang baik 44% TAG/TAS 63% : Cukup baik 63% TAG/TAS 82% : Baik 82% TAG/TAS 100% :Sangat baik Keterangan: TAG/TAS = Tingkat aktivitas guru/siswa. Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan pada penelitian ini dilihat dari analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif pada siklus I dari hasil lembar pengamatan kegiatan belum sesuai dengan perencanaan, hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari setiap pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua, guru kurang menjelaskan tahap-tahap mengerjakan LKS dan cara menggunakan alat bantu yang telah disiapkan, siswa masih belum fokus dan tidak serius mengikuti kegiatan pembelajaran dan belum terjadi diskusi antar anggota kelompok, dalam kegiatan diskusi siswa yang berkemampuan tinggi cenderung mengerjakan sendiri-sendiri LKS nya, sedangkan siswa berkemampuan sedang AKSIOMATIK 23
dan rendah kelihatan bingung dalam mengerjakan LKS. Guru tidak membahas soal-soal kartu yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa, beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh guru tidak sesuai dengan urutan pada RPP. Pada pertemuan ketiga, aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran ini sudah mengalami perbaikan, hampir semua kegiatan dilakuan oleh guru dengan baik, begitu juga siswa. Namun disamping itu, masih terdapat kekurangan yaitu motivasi yang diberikan oleh guru kurang relevan dan guru tidak melakukan kegiatan menyimpulkan pelajaran. Dari segi siswa, siswa masih belum fokus memperhatikan guru, pada saat pelaksanaan teknik Quick On The Draw berlangsung ada siswa yang berjalanjalan ke kelompok lain. Pada siklus II dari hasil lembar pengamatan,kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan, hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari setiap pertemuan. Pertemuan kelima, keenam dan ketujuh terlihat aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran ini sudah mengalami peningkatan, siswa sudah mengerti cara pengerjaan LKS dan siswa sudah aktif melakukan kegiatan diskusi. Siswa sudah mulai fokus pada pembelajaran dan tidak ada lagi siswa yang bermain-main saat proses pembelajaran berlangsung. Ketertiban dalam melakukan kegiatan sudah terlihat baik, aktifitas guru pada siklus kedua sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru sudah dengan urutan yang benar dalam melaksanakan semua kegiatan. Guru dan siswa tampak telah terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembeajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw. Evaluasi pada silus I dan II dapat dilihat dari penghargaan kelompok. Nilai perkembangan siswa siklus I dihitung berdasarkan selisih skor hasil belajar ulangan sebelum tindakan dengan skor hasil belajar pada UH I. Nilai perkembangan siswa siklus II dihitung berdasarkan selisih skor hasil belajar UH I dengan skor hasil belajar pada UH II. Adapun nilai perkembangan dan penghargaan kelompok yang diperoleh siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Perkembangan dan Penghargaan Kelompok pada Siklus I dan Siklus I AKSIOMATIK 24
% Jumlah siswa yang tuntas 43,33 % 66,67 % 76,67 % Analisis data kuantatif, diperoleh dari: Analisis Rata-rata Berdasarkan hasil UH I, UH II dan skor dasar yang diperoleh siswa, peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat juga dilihat menggunakan rata-rata. Adapun jumlah siswa yang tuntas dan rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Matematika Siswa Skor Dasar UH I UH II Rata-rata 66,63 71,98 79,91 Analisis Ketuntasan Belajar Matematika Analisis ketuntasan belajar siswa dilakukan untuk melihat persentase ketuntasan belajar siswa pada skor dasar, ulangan harian I, dan ulangan harian II. Adapun jumlah siswa yang tuntas dan persentase ketuntasanya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Skor Dasar, Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II Hasil Belajar Matematika Siswa Jumlah siswa yang tuntas Skor Dasar UH I UH II 13 20 23 Analisis Aktivitas Guru dan Siswa Untuk melihat terjadinya perbaikan pada proses pembelajaran juga dapat dilhat dari persentase aktivitas guru dan siswa pada setiap pertemuan seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Data Hasil Pertemuan Aktivitas Guru dan 1 2 3 4 5 6 Siswa % Aktivitas 76,92 % 80,77% 88,46 % 94,23 % 96,15 % 98,08 % Guru % Aktivitas 61,54 % 71, 15% 76,92 % 86,54 % 92,30 % 98,08 % Siswa KESIMPULAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Quick On The Draw dapat memperbaiki proses dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII-4 SMP Negeri 32 Pekanbaru pada materi pokok bangun datar segi empat. DAFTR PUSTAKA Anas Sudijono. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. AKSIOMATIK 25
Ginis, Paul. 2008. Trik da Taktik Mengajar. Jakarta: PT. Indeks. Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ridwan dan Sunarto. 2012. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: ALFABET Sri Rezeki. 2009. Analisis Data Dalam Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disajikan dalam seminar pendidikan matematika guru SD/SMP/SMA se-riau 2009, HIMATIKA, PKM Universitas Islam Riau. Pekanbaru: 7 November 2009. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto.dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. AKSIOMATIK 26