PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015 No.27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015 Pada bulan April 2015, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 100,26 yang mengalami penurunan sebesar 1,43 persen bila dibandingkan keadaan bulan Maret yang tercatat sebesar 101,71. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 95,19 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 121,03 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 92,01 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 100,24 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 99,95 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia hanya setengahnya atau 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai sebesar 103,58 yang diikuti Provinsi Sulawesi Barat sebesar 102,87, Provinsi Maluku Utara sebesar 102,13, Provinsi Papua Barat sebesar 100,59, Provinsi Maluku sebesar 100,54 dan Provinsi Gorontalo sebesar 100,26. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 96,52 diikuti Provinsi Sulawesi Utara sebesar 96,55, Provinsi Papua sebesar 96,81, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 97,80. NTP nasional sebesar 100,14 mengalami penurunan sebesar 1,37 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,53. Pada April 2015, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 0,11 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga yaitu bahan makanan sebesar -1,10 persen. Inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi 0,70, sandang 0,63 persen, kesehatan 0,22, pendidikan, rekreasi, dan olah raga 1,04 persen, dan transportasi dan komunikasi sebesar 2,60 persen, sedangkan kelompok perumahan tidak mengalami perubahan. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada April 2015 sebesar 108,41 atau turun -1,80 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. 1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015 1
pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Maret - April 2015 Per Subsektor serta nya (2012=100) Subsektor Maret 2015 April 2015 Persentase (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai tukar petani (NTP) 101,71 100,26-1,43 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,65 118,94-1,41 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,62 118,64 0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,73 122,60-0,11 - Indeks BPPBM 109,28 109,71 0,40 Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai tukar petani (NTP) 101,83 100,28-1,52 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,76 118,91-1,53 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,59 118,59-0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,71 122,61-0,08 - Indeks BPPBM 109,15 109,48 0,29 1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) 99,52 95,19-4,36 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 121,17 115,85-4,39 - Padi 126,58 119,16-5,86 - Palawija 116,30 112,87-2,95 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,75 121,71-0,03 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,81 123,71-0,09 - Indeks BPPBM 112,02 112,30 0,25 2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) 123,50 121,03-2,00 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 148,06 144,95-2,10 - Sayur-sayuran 154,02 150,74-2,13 - Buah-buahan 119,50 117,07-2,03 - Tanaman Obat 112,31 115,56 2,90 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,89 119,77-0,10 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,59 122,32-0,22 - Indeks BPPBM 107,23 107,78 0,52 2 Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015
Subsektor Maret 2015 April 2015 Persentase (1) (2) (3) (4) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) 90,67 92,01 1,47 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 110,33 112,00 1,51 - Tanaman Perkebunan Rakyat 110,33 112,00 1,51 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,68 121,73 0,04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,98 123,93-0,04 - Indeks BPPBM 111,19 111,69 0,44 4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT) 100,27 100,24-0,03 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 112,60 112,62 0,02 - Ternak Besar 111,19 111,47 0,25 - Ternak Kecil 113,20 114,40 1,05 - Unggas 120,34 119,32-0,84 - Hasil Ternak 115,99 115,11-0,76 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 112,30 112,35 0,05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,69 120,67-0,02 - Indeks BPPBM 105,72 105,83 0,11 5. Perikanan a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan(ntnp) 99,65 99,95 0,30 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 118,71 119,47 0,64 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 119,13 119,53 0,34 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,11 122,41-0,57 - Indeks BPPBM 111,46 113,90 2,19 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai tukar nelayan (NTN) 102,02 101,94-0,07 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 122,40 123,00 0,49 - Penangkapan 122,40 123,00 0,49 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 119,98 120,66 0,56 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,08 122,37-0,57 - Indeks BPPBM 114,34 117,53 2,79 5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 92,69 94,04 1,46 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 108,14 109,37 1,14 - Budidaya 108,14 109,37 1,14 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 116,67 116,30-0,32 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,21 122,51-0,56 - Indeks BPPBM 103,22 103,51 0,29 BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015 3
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada April 2015, NTP turun 1,43 persen dibandingkan NTP Maret 2015, yaitu dari 101,71 menjadi 100,26. Penurunan NTP pada April 2015 disebabkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang lebih besar jika dibandingkan dengan indeks harga hasil produksi pertanian. Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2014 April 2015 Pada periode Januari 2014 Februari 2015, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 102,18 dan terendah terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 100,06. Penurunan NTP April 2015, disebabkan oleh turunnya 3 (tiga) NTP yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 4,36 persen, subsektor hortikultura sebesar 2,00 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,03 persen, sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,47 persen dan 0,30 persen. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Pada April 2015 It turun sebesar 1,41 persen dibanding It Maret 2014, yaitu dari 120,65 menjadi 118,94. Penurunan It pada April 2015 disebabkan turunnya It di 2 (dua) subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 4,39, dan subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,10 persen. Di sisi lain 3 (tiga) subsektor lainnya mengalami kenaikan yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,51 persen, subsector peternakan sebesar 0,02 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,64 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2015, Ib naik sebesar 0,01 persen bila dibanding Ib Maret 2015, yaitu dari 118,62 menjadi 118,64. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib di 3 (tiga) subsektor, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,04 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,05 persen, dan subsektor subsektor perikanan sebesar 0,34 persen. Sedangkan subsector tanaman pangan dan subsector hortikultura mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar 0,03 persen dan 0,10 persen. 4 Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada April 2015 terjadi penurunan NTPP sebesar 4,36 persen. Hal ini karena penurunan It sebesar 4,39 persen yang lebih besar dibandingkan Ib yang turun sebesar 0,03 persen. Penurunan It pada April 2015 karena penurunan indeks pada kelompok padi 5,86 persen dan kelompok palawija 2,95 persen. Komoditas yang mengalami penurunan adalah gabah, jagung, kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar. Penurunan Ib sebesar 0,03 persen disebabkan turunnya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,09 persen, sedangkan indeks kelompok BPPBM mengalami kenaikan indeks sebesar 0,25 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada April 2015, NTPH turun sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan yang lebih besar yaitu sebesar 2,10 persen dibanding Ib yang turun sebesar 0,10 persen. Penurunan It April 2015 disebabkan turunnya harga pada kelompok komoditas sayur-sayuran sebesar 2,13 persen, dan komoditas buah-buahan sebesar 2,03 persen. Sedangkan komoditas tanaman obat mengalami kenaikan sebesar 2,90 persen. Penurunan harga pada kelompok sayursayuran dan buah-buahan ini terjadi khususnya pada komoditas cabai merah, cabai rawit, kacang panjang, kangkung, pepaya, nanas, durian, pisang, dan kunyit. Untuk nilai Ib terjadi penurunan sebesar 0,10 persen, yaitu dari 119,89 menjadi 119,77 disebabkan penurunan pada kelompok KRT sebesar 0,22 persen, sedangkan kelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada April 2015, NTPR mengalami kenaikan sebesar 1,47 persen. Hal ini terjadi karena terjadi kenaikan It sebesar 1,51 persen lebih besar dibandingkan Ib yang naik sebesar 0,04 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks pada sebagian besar komoditi tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, kemiri, biji jambu mete dan buah aren/enau. Kenaikan pada Ib dikarenakan naiknya indeks kelompok BPPBM sebesar 0,44 persen, sedangkan indeks kelompok KRT mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada April 2015, NTPT turun sebesar 0,03 persen. Hal ini disebabkan karena It mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen lebih kecil dibandingkan Ib yang juga naik sebesar 0,05 persen. Kenaikan It April 2015 disebabkan naiknya It pada kelompok ternak besar dan ternak kecil masing-masing sebesar 0,25 persen dan 1,05 persen. Sedangkan pada kelompok ternak unggas dan hasil ternak mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,76 persen. Komoditi pada Subsektor Peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, telur ayam ras dan telur itik. Kenaikan Ib sebesar 0,05 persen disebabkan naiknya indeks kelompok BPPBM sebesar 0,11 persen, sedangkan kelompok KRT mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada April 2015, NTNP naik sebesar 0,30 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 0,64 persen yang lebih besar dari Ib yang juga naik sebesar 0,34 persen. Kenaikan It disebabkan naiknya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar 0,49 persen dan indeks kelompok budidaya ikan sebesar 1,14 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok BPPBM naik sebesar 2,19 persen, sedangkan kelompok KRT turun sebesar 0,57 persen. Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015 5
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada April 2015, NTN turun sebesar 0,07 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 0,49 persen yang lebih kecil dari Ib yang juga naik sebesar 0,56 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap (khususnya komoditi kerapu, kembung, cumi-cumi, baronang, kuwe, peperek, bawal dan kurisi). Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok BPPBM naik sebesar 2,79 persen, sedangkan kelompok KRT mengalami penurunan sebesar 0,57 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada April 2015, NTPi naik sebesar 1,46 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 1,41 persen yang lebih besar dari jika dibandingkan Ib yang turun sebesar 0,32 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga komoditi pada kelompok budidaya (khususnya komoditi rumput laut dan nila). Untuk penurunan Ib, hal ini disebabkan karena KRT turun sebesar 0,56 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,29 persen. 5. Perbandingan Antarprovinsi Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia hanya setengahnya atau 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai sebesar 103,58 yang diikuti Provinsi Sulawesi Barat sebesar 102,87, Provinsi Maluku Utara sebesar 102,13, Provinsi Papua Barat sebesar 100,59, Provinsi Maluku sebesar 100,54 dan Provinsi Gorontalo sebesar 100,26. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 96,52 diikuti Provinsi Sulawesi Utara sebesar 96,55, Provinsi Papua sebesar 96,81, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 97,80. NTP nasional sebesar 100,14 mengalami penurunan sebesar 1,37 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,53. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase nya April 2015 (2012=100) Provinsi Indeks It Ib NTP % Indeks % Rasio % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Tengah 112,42-1,26 116,47 0,10 96,52-1,36 Sulawesi Utara 113,20-1,26 117,24-0,30 96,55-0,96 Papua 111,25-0,24 114,91 0,39 96,81-0,62 Sulawesi Tenggara 114,04-0,25 116,61 0,10 97,80-0,36 Gorontalo 118,94-1,41 118,64 0,01 100,26-1,43 Maluku 119,91-0,10 119,27 0,00 100,54-0,11 Papua Barat 118,38 1,45 117,69 0,54 100,59 0,90 Maluku Utara 117,46-0,02 115,01 0,43 102,13-0,45 Sulawesi Barat 117,22-0,07 113,95-0,01 102,87-0,07 Sulawesi Selatan 121,51-0,55 117,31 0,36 103,58-0,91 Nasional 117,48-1,07 117,31 0,30 100,14-1,37 6 Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015
6. Inflasi Perdesaan Pada April 2015, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 0,11 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga yaitu bahan makanan sebesar -1,10 persen. Inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi 0,70, sandang 0,63 persen, kesehatan 0,22, pendidikan, rekreasi, dan olah raga 1,04 persen, dan transportasi dan komunikasi sebesar 2,60 persen, sedangkan kelompok perumahan tidak mengalami perubahan. Dari kawasan timur Indonesia terjadi deflasi perdesaan pada 6 (enam) provinsi, deflasi tertinggi yakni Provinsi Sulawesi Utara sebesar 0,59 persen, Provinsi Maluku sebesar 0,15 persen, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,14 persen, Provinsi Gorontalo sebesar 0,11 persen, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,08 persen dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,03 persen. Sedangkan 4 (empat) provinsi mengalami inflasi, inflasi tertinggi yakni di Provinsi papua Barat 0,43 persen, Provinsi Maluku Utara 0,36 persen, Provinsi Papua 0,29 persen, dan Provinsi Sulawesi Selatan 0,28 persen. Tabel 3 Persentase Indeks Harga Konsumen Perdesaan April 2015 (2012=100) Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi Perumah an Sandang Kesehat an Pendidik an, Rekreasi dan Olah raga Transpor tasi dan Komunikasi Umum/ KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Papua Barat 0,21 0,01 0,05 0,01 0,47 0,00 2,74 0,43 Maluku Utara 0,51-0,27 0,36 0,36 0,49 0,18 1,05 0,36 Papua 0,05 0,61-0,15 0,03 0,32 0,40 1,65 0,29 Sulawesi Selatan -0,70 0,59 0,84 0,40 0,25 0,00 2,47 0,28 Sulawesi Tenggara -0,80 0,17-0,05 0,38 0,28 0,38 2,12-0,03 Sulawesi Tengah -1,05 0,12 0,74 0,20 0,42 0,02 1,82-0,08 Gorontalo -1,10 0,70 0,00 0,63 0,22 1,04 2,60-0,11 Sulawesi Barat -1,06 0,22 0,11 0,74 0,28 0,34 1,84-0,14 Maluku -0,62-0,07 0,04-0,21 0,20 0,09 1,75-0,15 Sulawesi Utara -1,67 0,27-0,14-0,05 0,05-0,02 1,54-0,59 Nasional -0,68 0,60 0,52 0,38 0,43 0,18 2,24 0,21 7. NTUP Subsektor Pada April 2015 terjadi penurunan NTUP sebesar 1,80 persen di Provinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar 1,41 persen yang lebih besar dibandingkan Indeks BPBBM yang naik sebesar 0,40 persen. Penurunan NTUP disebabkan juga oleh turunnya NTUP di 4 (empat) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 4,63 persen, subsektor hortikultura sebesar 2,61 persen, subsektor peternakan sebesar 0,09 persen dan subsektor perikanan sebesar 1,52 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen. Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015 7
Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Maret April 2015 per Subsektor dan Persentase nya (2012=100) Subsektor Maret 2015 April 2015 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 108,17 103,16-4,63 2. Hortikultura 138,08 134,48-2,61 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 99,22 100,28 1,06 4. Peternakan 106,51 106,41-0,09 5. Perikanan 106,51 104,89-1,52 a. Tangkap 107,05 104,65-2,24 b. Budidaya 104,77 105,65 0,84 Gorontalo 110,40 108,41-1,80 8 Berita Resmi Statistik No. 27/05/75/Th.IX, 4 Mei 2015