BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

harapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini siswa perlu memilik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah di daerahnya

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar. Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan seperti yang dipaparkan oleh Harsanto (2007) bahwa terlihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran, yang disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah rendahnya kualitas proses belajar mengajar antara guru dengan siswa. Guru memiliki peranan penting sebagai pendidik dan pengajar yang bertanggung jawab dalam membina dan membimbing peserta didik. Dengan adanya pendidikan, peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam tantangan kehidupan. Metode pembelajaran yang didominasi oleh guru, mengakibatkan peserta didik sulit memahami konsep matematika dan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menghubungkan konsep atau materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada materi SPLDV (Sistem Linear Dua Variabel ), nyatanya selama ini tidak sedikit peserta didik hanya menangkap bahwa SPLDV merupakan suatu persamaan yang memuat dua variabel dengan pangkat tertinggi dari masing-masing variabel adalah satu, serta untuk menyelesaikan himpunan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan subtitusi, eliminasi dan grafik. Oleh sebab itu peserta didik merasa bahwa pelajaran matematika menjadi tidak menarik dan sulit dimengerti karena tidak ada kaitannya pada kehidupan sehari.-hari. Hal ini dapat diatasi oleh seorang guru dengan menginovasi model pembelajaran dan mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Namun proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas selama ini masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas.. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, peserta didik akan merasa bosan dan jenuh sehingga membuat pembelajaran yang terjadi di dalam kelas menjadi tidak efektif. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diatur dalam permendikbud nomor 65 tahun 2013 yang menyatakan bahwa, Proses Pembelajaran pada satuan 1

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Maka diharapkan guru mampu menerapkan pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang efektif. Sehingga diharapkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika. Sebagaimana menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014) matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya seni, seperti pada musik penuh dengan simetri, pola, dan irama yang menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat mesin dan angkutan. Oleh karena itu, perlu bagi semua orang untuk mengenal matematika, memahami peran dan manfaat matematika untuk ke depannya. Sehingga tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Proses pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang bersifat nyata, yaitu mengaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, kemudian peserta didik dibimbing oleh guru untuk mengkonstruk konsep matematika dengan melibatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Peran guru dalam pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 tidak hanya menerangkan di depan kelas saja, namun mengarahkan peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran sehingga speserta didik mampu berfikir kritis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah (Hosnan, 2014). Oleh karena itu, bagi guru yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berkenaan dengan itu, Sujianto (2008) menyatakan bahwa guru 2

hendaknya membuat pembelajaran yang lebih inovatif sehingga mendorong peserta didik untuk belajar lebih optimal baik di dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kurikulum. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat digunakan pada kurikulum 2013 yaitu dengan mengkombinasi pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasi konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014). Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dapat memberikan pemahaman pada peserta didik dalam memahami berbagai materi yang diajarkan, sehingga peserta didik tidak bergantung pada guru untuk mendapatkan pengetahuan karena pengetahuan bisa didapatkan dari mana saja, dan kapan saja. Perlunya memberikan pembelajaran yang menarik agar peserta didik lebih bergairah untuk menjalankan proses belajar. Untuk itu, guru perlu menggunakan model pengajaran yang variatif dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku, searah, dan membosankan bagi peserta didik. Tidak semua model pembelajaran dapat dikombinasikan dengan pendekatan saintifik berbasis kurikulum 2013, model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Salah satu alasan yang mendukung keterkaitan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dikarenakan memiliki tujuan yang searah, mengacu pada peningkatan prestasi peserta didik yang berdasarkan keterampilan yang dimiliki peserta didik mulai dari sikap, pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa sehingga efektivitas proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dirancang seorang guru. 3

Pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan pembelajaran Problem Based Learning membahas situasi kehidupan yang ada sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Guru berperan penting dalam memberikan berbagai permasalahan nyata yang pernah dialami peserta didik selama ini atau menfasilitasi peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Untuk itu peserta didik diharapkan dapat mengkonstruk konsep materi matematika dengan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Driyorejo, dengan diberlakukannya kurikulum 2013 di sekolah-sekolah termasuk SMP Negeri 1 Driyorejo khususnya kelas VIII siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam mengkonstruk konsep materi yang diajarkan. Namun diperoleh informasi bahwa prestasi belajar yang dicapai sebagian peserta didik di sekolah ini masih rendah. Terbukti dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas VIII yaitu 280 siswa dari 7 kelas, presentase prestasi belajar matematika siswa kelas VIII yang nilainya belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebanyak 48, 67%. Masalah yang dihadapi guru matematika SMP Negeri 1 Driyorejo pada kurikulum 2013 yaitu dalam menentukan pendekatan, metode, media, model dan strategi pembelajaran yang cocok digunakan dalam tiap materi yang akan diajarkan. Selama ini guru hanya mengajarkan matematika sesuai buku panduan yang diberikan dinas pendidikan. Belum ada variasi dalam mengkombinasikan pendekatan dan model dalam pembelajaran matematika, sejauh ini hanya menggunakan model pembelajaran saja ataupun pendekatan pembelajaran saja, karena masih bingung menentukan model pembelajaran yang menarik untuk peserta didik sesuai dengan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang telah ditentukan untuk materi tertentu. Guru saat menerapkan pendekatan saintifik mempunyai kendala yaitu pada kurangnya waktu yang dibutuhkan sedangkan materi yang akan disampaikan begitu banyak, oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran untuk membantu pelaksanaan 5M 4

(mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi) atau langkah-langkah pembelajaran yang harus dilalui peserta didik. Kemudian peserta didik lebih banyak mengalihkan perhatian dengan membuat gaduh di dalam kelas karena merasa kurang nyaman di dalam kelas terutama pada mata pelajaran matematika yang dianggap oleh mereka sukar dipelajari. Hasil wawancara dari beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo, mengemukakan bahwa pembelajaran matematika yang dialami selama ini hanya menekankan pada buku panduan matematika, tidak adanya pengaplikasian materi pada kehidupan sehari-hari yang diajarkan untuk lebih mudah dimengerti oleh mereka, tidak adanya pembelajaran yang menarik, pembelajaran masih menggunakan metode ceramah kemudian pemberian tugas, semua itu membuat pembelajaran matematika menjadi sukar dimengerti dan monoton sehingga hasil belajar peserta didik tidak dapat memenuhi KKM yang ditentukan oleh sekolah. Selama ini peserta didik merasa jenuh saat pembelajaran matematika berlangsung sehingga peserta didik membuat gaduh didalam kelas dan tidak dapat dikendalikan. Saat guru menerangkan, tidak ada respon dari peserta didik, mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Banyak penelitian sejenis yang telah dilakukan peneliti terdahulu, pandu (2013) meneliti tentang Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (KK6) yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan pada prestasi dan aktivitas belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan keaktifan sebesar 41,60%. Selain itu terjadi peningkatan belajar peserta didik yang mencapai indikator keberhasilan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 100%. Namun menurut Pandu, penelitiannya masih sangat sederhana dan memiliki banyak keterbatasan karena belum mengkaji secara mendalam berbagai aspek pembelajaran yang menentukan keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah sehingga perlu pengembangan dan 5

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran ini. Sedangkan Machin (2013) meneliti tentang Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik adalah 70,00 dan ketuntasan klasikal ditetapkan 85% dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran. Kemudian Machin menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran saintifik. Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Diharapkan penerapan yang dilakukan dapat berlangsung efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning? 2. Bagaimana keefektifan penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning? 1.3. Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan yang diteliti, agar penelitian ini tidak meluas maka dilakukan batasan masalah. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Driyorejo yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Pengambilan data penelitian terbatas pada siswa SMP Negeri 1 Driyorejo kelas VIII-D. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika yang dibatasi pada materi Sistem 6

Persamaan Linear Dua Variabel. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini berupa penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan Problem Based Learning untuk mengukur keefektifan proses pembelajaran tersebut. Keefektifan pembelajaran yang diukur dari peningkatan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada tiap kali pertemuan. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning. 2. Mengetahui keefektifitasan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pendekatan, dan model pembelajaran pada pelajaran matematika sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses belajar mengajar peserta didik. Dan manfaat secara praktis yang diharapkan, antara lain: 1.5.1 Bagi Siswa Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif dengan siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran, menumbuhkan kreativitas siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu mempermudah siswa dalam pemahaman materi yang akan diajarkan. 7

1.5.2 Bagi Guru Matematika Adanya informasi mengenai model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran sehingga menambah pengetahuan guru dalam menginovasi proses pembelajaran di kelas. 1.5.3 Bagi Sekolah Perlunya peran dan dukungan dari semua pihak di lingkungan sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning serta kombinasi desain pembelajaran lainnya menjadi pola pembelajaran yang sehari-hari dapat diterapkan di sekolah. 1.5.4 Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan dapat dijadikan sebagai pengembangan pengetahuan mengenai pendekatan saintifik dan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika. 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian mengenai penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu: 1.6.1 Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik dalam mengkonstruk konsep, pengetahuan, keterampilan dan lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. 1.6.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah sistem yang memiliki dua persamaan matematik dengan dua jenis variabel dan memiliki himpunan penyelesaian yang memenuhi kedua persamaan linear dua variabel tersebut. 8

1.6.3 Problem Based Learning (PBL) Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam menyelesaikan masalah nyata yang dihadapinya dengan berpikir kritis dan serta membangun pengetahuan baru. 1.6.4 Efektivitas pembelajaran Efektivitas pembelajaran adalah suatu upaya untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran akibat dari pemberian perilaku atau penggunaan model pembelajaran, baik dari segi proses maupun produk. 9