BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

1 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

ANALISIS EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) BANDUNG UTARA JAWA BARAT BAHRUZIN

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA) Pertanyaan untuk Perum Perhutani KPH Kedu Utara di RPH Temanggal

BAB IV PENUTUP. Pada Bab IV ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

EVALUASI IMPLEMENTASI PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KPH RANDUBLATUNG BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional yang berkisar US$ /m 3 mendorong banyak perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

Kajian Tinjauan Kritis Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

DEFINISI OPERASIONAL

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

Mendorong Pengelolaan Hutan Lindung oleh Pemerintah Daerah di Jawa Timur

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan yang berada di sebuah desa atau kota harus dilestarikan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

PENDAHULUAN. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November Pembangunan Taman Hutan. Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan

AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN. Penebangan Liar Pencurian Kayu Perambahan Hutan Perladangan Liar Pengembalaan Liar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penetapan program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan upaya pemerintah dan perum perhutani untuk menyelamatkan sumber daya hutan dan linkungan yang sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang dirumuskan melalui surat keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. Keberadaan PHBM di KPH Bandung Utara merupakan solusi terhadap berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan yang kurang sehingga ekologi hutan tidak terganggu. Itu semua merupakan konsekuensi terbitnya SK Menteri Kehutanan No. 195 tahun 2003 tentang Re-scoring Kawasan Hutan. Hal tersebut berakibat luas, hutan yang berfungsi sebagai hutan produksi di KPH Bandung Utara menjadi berkurang. SK tersebut berisikan tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan dapat diperoleh manfaatnya dengan sebesar-besarnya dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari luas daratan. Awalnya 70% hutan di KPH Bandung Utara adalah hutan produksi. 1

2 Berdasarkan re-scoring berubah hutan produksi menjadi 30% dan 70%nya adalah hutan lindung. Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidrologi (mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah) baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun di luar kawasan hutan yang di pengaruhinya. Apabila hutan lindung diganggu, maka hutan tersebut akan kehilangan fungsinya sebagai pelindung, bahkan akan menimbulkan bencana alam, seperti banjir, erosi, maupun tanah longsor. Permasalahan pengelolaan hutan lindung, diantaranya, adalah penebangan liar atau illegal logging merupakan permasalahan nasional yang menyebabkan kerusakan dan turunnya nilai hutan. Penebangan liar ini tidak hanya terjadi pada kawasan hutan produksi saja, melainkan telah menjarah kawasan cagar alam, taman nasional, maupun hutan lindung. Permasalahan illegal logging berawal dari faktor sosial dan ekonomi. Penebang liar merupakan individu yang produktif tetapi tidak memiliki peluang kerja. Disisi lain permintaan terhadap kayu dan dukungan para pemodal tinggi. Keadaan ini menjadi penyebab terjadinya penebangan hutan. Kebakaran hutan adalah

3 faktor penyebab yang sering terjadi dan mampu merusak hutan dengan jumlah luas dan tingkat kerusakan yang tinggi. KPH Bandung Utara menduduki posisi yang penting dalam pengembangan masyarakat desa hutan. Hal ini karena KPH Bandung Utara memliki peran yang vital untuk menjaga ekosistem cekungan Bandung dan memiliki sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan dalam peningkatan kesejahteraan hidup. Keterlibatan masyarakat desa hutan dalam pemanfaatan sumber daya hutan menjadi penting karena dapat menjaga kelestarian hutan. Pengaruh masyarakat desa hutan (MDH) terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat Jawa Barat cukup signifikan. Hal itu disebabkan oleh jumlah desa hutan di Jawa Barat meliputi seperempat dari jumlah desa (1.370 desa) dengan jumlah penduduk mencapai 7.826.914 jiwa. Menanggapi keadaan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) No. 10 Tahun 2011 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan. Penerbitan peraturan tersebut diharapkan menjadi solusi terhadap hambatan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan. Pemanfaatan hutan oleh masyarakat dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi hutan melalui lembaga pengelolaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan secara berkeadilan, dengan tetap menjaga kelestarian hutan. PHBM di KPH Bandung Utara berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat desa hutan. Keberadaannya mampu membuka lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat desa hutan. Kondisi ini berdampak

4 positif terhadap kesejahteraan masyarakat desa hutan. Peranan PHBM di KPH Bandung Utara diperkirakan akan semakin meningkat pada masa yang akan datang. Pelaksanaan sistem PHBM di KPH Bandung Utara menggunakan kelembagaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai jembatan antara Perhutani dengan masyarakat desa hutan (MDH). LMDH di KPH Bandung Utara berjumlah 59 LMDH, di 17 kecamatan dan 4 kabupaten dengan anggota 8.943 orang. Data mengenai LMDH di KPH Bandung Utara. Kegiatan/usaha LMDH di KPH Bandung Utara, diantaranya adalah kegiatan/ usaha dibidang Hijauan Makanan Ternak (HMT), Multy Purpose Tree System (MPTS), pemanfaatan air, wisata dan kegiatan/usaha dibidang lainnya. PHBM di KPH Bandung Utara pada saat ini masih terkendala lima aspek fungsi kelembagaan yaitu: Kendala pada aspek organisasi diantaranya adalah keterbatasan sumberdaya manusia yang mampu dan bisa bekerjasama dengan baik satu sama lain karena pengalaman yang minim dalam pengelolaan organisasi sehingga hal tersebut mengakibatkan stuktur organisasi yang ada tidak dapat berfungsi dengan baik. Kendala administrasi pada LMDH diantaranya adalah tidak adanya pengarsipan baik untuk surat-menyurat maupun pelaporan, pencatatan keanggotaan ataupun sarana adminstrasi lainnya baik dari pelaporan programprogram yang telah di laksanakan ataupun pencatatan kegiatan yang di lakukan.

5 Kendala permodalan adalah susahnya kelembagaan mengakses lembaga keuangan karena bentuk kelembagaan yang tidak sesuai dengan skema pembiayaan/bantuan yang ada sehingga dari segi pembiayaan kelembagaan jarang mendapatkan asupan dana yang cukup. Kendala usaha produktif adalah belum banyaknya kegiatan yang menghasilkan secara ekonomi, keterbatasan pengetahuan budidaya dan teknologi dalam kegiatan usaha, dan juga lemahnya akses dan informasi pasar kebanyakan produksi yang di hasikan hanya untuk keperluan paraa anggota sendiri. Kendala akseptasi adalah tidak semuanya masyarakat desa hutan menerima kelembagaan PHBM karena bentuk dari lembaga itu sendiri yang tidak memberikan upah atas pekerjaan yang di lakukan sehingga masyarakat kurang peduli akan hadirnya lembaga tersebut. Permasalahan-permasalahan tentang kelembaaan PHBM yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti kemudian merasa tertarik untuk mengkaji dan membahas lebih lanjut tentang permasalahan tersebut menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul : FUNGSI LEMBAGA MASYARAKAT DESA HUTAN (LMDH) DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) BANDUNG UTARA JAWA BARAT (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Suntenjaya).

6 1.2. Fokus Kajian Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti buat, maka peneliti merumuskan masalah yang diduga oleh peneliti yaitu: Bagaimana fungsi lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat khususnya pada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Suntenjaya? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan bagaimana Fungsi lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat khususnya pada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Suntenjaya. 1.3.2. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunanaan antara lain: a. Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui Fungsi lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat khususnya pada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Suntenjaya.

7 2. Untuk kepentingan akademis, dalam hal ini merupakan salah satu syarat dalam memenuhi penyusunan skripsi pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi PERUM Perhutani DIVISI Regional Jawa Barat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara terutama mengenai Fungsi Lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat khususnya pada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Suntenjaya. 1.4. Lokasi dan Lama Penelitian 1.4.1. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Bandung Utara Jawabarat khususnya di Lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Suntenjaya. 1.4.2. Lamanya penelitian yaitu tahap penjajagan yang dilaksanakan pada tanggal 01 08 Februari 2016, serta pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan pada 15 Maret Juni 2016.

1.5. Jadwal Penelitian 8