BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 246 juta pengguna obat-obat terlarang di dunia atau 1 dari 20 penduduk berusia 15-64 tahun merupakan pengguna obat-obat terlarang. Jumlah pengguna ini terus meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 243 juta tahun 2012 dan 240 juta tahun 2011. (1) Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan obat-obat terlarang atau yang lebih dikenal dengan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) diluar kepentingan medis dilarang oleh hukum baik nasional maupun internasional. Hal ini terkait risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan secara global. (2) Kemudian ditambahkan lagi bahwa penggunaan NAPZA juga akan meningkatkan risiko tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan ini dapat berupa kekerasan oleh anak di bawah umur, penganiayaan pada anak, kekerasan pada orang tua, kekerasan pada pasangan, serta kekerasan seksual. (3) Perspektif dampak buruk dari penyalahgunaan NAPZA menduduki rangking ke- 20 dunia sebagai penyebab angka kematian dan menduduki rangking ke-10 di negara berkembang, termasuk Indonesia. Tahun 2011 diketahui bahwa angka prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah mencapai 2.2% dari total penduduk (10-60 tahun) atau sekitar 3,8-4,3 juta orang. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun 2008 yaitu 1,99% dari jumlah penduduk atau sekitar 3,3 juta orang. Dan menurut 1

2 proyeksi Laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah penyalahguna NAPZA ini pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 5,1 juta orang. (4) Penggunaan NAPZA termasuk masalah kesehatan masyarakat. Jika dilihat dari segi kesehatan, penyalahgunaan NAPZA juga disebut sebagai penyakit. Dikatakan demikian karena memenuhi kriteria sebagai berikut, memiliki etiological agent/agen penyebab yaitu zat psikoaktif, memiliki tanda dan gejala, serta menyebabkan perubahan struktur fungsi tubuh terutama fungsi otak, sehingga dapat ditegakkan diagnosis seperti halnya penyakit lain sesuai dengan pengklasifikasian dalam ICD-10 dengan kode F10- F19. (5) Infeksi penyakit menular seperti Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan virus hepatitis juga dikaitkan dengan penggunaan NAPZA. Laporan BNN menunjukkan 80% pengguna NAPZA dengan jarum suntik menderita hepatitis B/C dan 40-50% tertular HIV karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan bergantian. (6) Selain berdampak bagi kesehatan, penggunaan NAPZA juga menimbulkan kerugian secara sosial dan ekonomi. Diperkirakan kerugian sosial dan ekonomi akibat NAPZA tahun 2014 sebesar 63,1 triliun, tahun 2015 sebesar 65,6 triliun, dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 143,8 triliun. (7) Tahun 2013 untuk jumlah narapidana/tahanan dengan kasus NAPZA, Provinsi Riau berada pada rangking 7 dari 33 provinsi di Indonesia dan menduduki rangking tiga besar untuk wilayah Pulau Sumatera dengan trend kasus yang rata-rata meningkat setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah kasus NAPZA di Propinsi Riau sebanyak 597 kasus, tahun 2013 meningkat menjadi 1007 kasus, tahun 2014 sedikit menurun menjadi 958 kasus dan meningkat kembali di tahun 2015 menjadi 1226 kasus. Dan Kota Pekanbaru

3 sebagai ibukota Propinsi ditetapkan oleh BNN Provinsi Riau sebagai daerah yang berada di zona merah dengan tingkat kerawanan paling tinggi. (8) Kasus penyalahgunaan NAPZA ini pun tidak lagi memandang jenis kelamin, baik pria maupun wanita dengan latar belakang yang berbeda bisa saja terjerumus ke dalam penyalahgunaan NAPZA. Seperti halnya menurut laporan hasil razia NAPZA oleh BNN Provinsi Riau di beberapa daerah rawan. Selama tahun 2015 telah dilakukan beberapa kali razia. Dari hasil razia tersebut berhasil dijaring 579 penyalahguna NAPZA dimana 54% diantaranya adalah pria dan 46% wanita. Hal demikian menghapus anggapan adanya kelompok mayoritas dan minoritas antara pria dan wanita karena persentasenya hampir sama, karena kelompok wanita juga aktif menyalahgunakan NAPZA. (8) Aktifnya kelompok wanita dalam penyalahgunaan NAPZA ini juga dibuktikan berdasarkan temuan di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru. Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru adalah lembaga pembinaan khusus bagi tahanan dan narapidana anak dan wanita untuk wilayah Pekanbaru. Berdasarkan survei yang dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru, hingga akhir tahun 2015 jumlah warga binaan dengan kasus penyalahgunaan NAPZA adalah 149 orang. Jumlah warga binaan ini didominasi oleh wanita, yaitu 146 orang. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun 2014 dimana tercatat dari 123 warga binaan kasus penyalahgunaan NAPZA, 115 diantaranya adalah wanita. Para warga binaan wanita yang terlibat kasus penyalahgunaan NAPZA ini berada pada rentang usia 20-56 tahun yang merupakan rentang usia produktif.

4 Survei terakhir hingga bulan Maret 2016 dari 233 warga binaan wanita, 62,66% diantaranya terlibat penyalahgunaan NAPZA. Dengan banyaknya kelompok wanita yang menyalahgunakan NAPZA seperti halnya yang ditemukan di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru, tentunya harus mendapat perhatian khusus. Penyalahgunaan NAPZA terutama dalam hal mengkonsumsi NAPZA sangat membahayakan kesehatan. Khusus untuk wanita, penggunaan NAPZA ini dapat mengakibatkan gangguan hormon reproduksi, kerusakan kromosom, BBLR, keguguran, dan lain-lain. (9) Masih tingginya angka penyalahgunaan NAPZA tentunya tidak memberikan tampilan yang sebanding dengan upaya pencegahan dan pemberantasan NAPZA yang telah dilakukan. BNN dan Dinas Kesehatan adalah dua institusi resmi yang mengupayakan upaya tersebut. BBN Kota Pekanbaru dengan program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) telah mengupayakan pencegahan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, pemberatasan narkoba dan program rehabilitasi. Dan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dengan upaya promosi tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA. Dalam kenyataannya upaya-upaya ini tidak cukup efektif untuk menurunkan angka penyalahgunaan NAPZA. Libertus Jehani & Antoro dkk (2006) mengungkapkan bahwa penyalahgunaan NAPZA terkait dengan tiga faktor, yaitu: (1)Faktor peredaran NAPZA yang semakin meningkat; (2)Faktor Kepribadian; (3)Faktor lingkungan. (10) Sedangkan menurut Lawrence Green (1980) perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni: (1)Faktor predisposisi (predisposising factor) yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan lain-lain; (2)Faktor pemungkin (enabling factor) yaitu

5 tersedianya fasilitas dan sarana; (3)Faktor penguat (reinforcing factor) yaitu sikap dan perilaku petugas. (11) Dewi Imaniar (2014) dalam penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif Pada Remaja di SMAN 1 Parung menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. (12) Kemudian oleh Indiyah (2005) dalam penelitian Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA di LP Kelas IIA Yogyakarta menyatakan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA. (13) Heldy Chandra (Tahun 2013) dalam penelitian Analisis Peranan Badan Narkotika Nasional Provinsi Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Peredaran Narkotika di Provinsi Sulawesi Selatan diperoleh Peranan BNN Provinsi Sulawesi Selatan dalam input (SDM, dana/anggaran, fasilitas dan SOP) belum maksimal. Ketersediaan SDM yang masih dirasakan tidak cukup, dana, atau anggaran yang tidak mencukupi kebutuhan program, fasilitas masih dalam tahap pengembangan seperti laboratorium, alat tes urine serta pelaksanaan P4GN belum maksimal sesuai dengan SOP. (14) Berdasarkan pemaparan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk meneliti Analisis Penyalahgunaan NAPZA Pada Warga Binaan Wanita di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana analisis penyalahgunaan NAPZA pada warga binaan wanita di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru tahun 2016.

6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui informasi yang mendalam mengenai penyalahgunaan NAPZA pada warga binaan wanita di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik warga binaan wanita penyalahguna NAPZA di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru. 2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang NAPZA pada warga binaan wanita penyalahguna NAPZA di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru. 3. Diketahuinya informasi mendalam mengenai faktor lingkungan penyalahgunaan NAPZA pada warga binaan wanita di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru. 4. Diketahuinya informasi mendalam mengenai ketersediaan institusi dalam mengupayakan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA pada wanita di Pekanbaru. 5. Diketahuinya informasi informasi mendalam mengenai ketersediaan sarana dalam mengupayakan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA pada wanita Pekanbaru. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait

7 Sebagai masukan dan bahan pertimbangan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru, BNN Kota Pekanbaru dan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mengenai penyalahgunaan NAPZA pada wanita. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi para akademisi dunia pendidikan di masa yang akan datang. 3. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah menganalisis penyalahgunaan NAPZA pada tahanan wanita di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru tahun 2016 secara deskriptif-kualitatif untuk mendapatkan data gambaran pengetahuan tahanan wanita penyalahguna NAPZA di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas II Pekanbaru dan mendapatkan informasi mendalam penyalahgunaan NAPZA berdasarkan faktor lingkungan penyalahgunaan NAPZA, ketersediaan institusi dan sarana pendukung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.