DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL

dokumen-dokumen yang mirip
-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEWENANGAN KEGIATAN 3 4

KEPALA DESA PARAKANLIMA KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA PARAKANLIMA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG :

Bagian Kedua Uraian Tugas Sekretaris Desa dan Kepala Urusan. Pasal 8

GAMBARAN UMUM. Luas wilayah ha. 33 kecamatan 12 kelurahan 378 desa Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT).

PERATURAN DESA LONJOBOKO NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG RANCANGAN KEWENANGAN DESA

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA BANJARJO KECAMATAN KEBONAGUNG TAHUN ANGGARAN 2017 URAIAN

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

KEPALA DESA PULUTAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 20 Tahun : 2015

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 4 TAHUN 2015 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2OO3 tentang. Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272);

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 71 Tahun : 2015

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TFMUR TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DESA KALIBEJI KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN NOMOR :... Tahun 2016 TENTANG :

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA SUMBERANYAR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYALURAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI APBN.

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

B U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 10 TAHUN2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

LEMBARAN DESA JAMBLANG NOMOR 1 TAHUN 2016 SERI E.1.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA MIAU MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN DANA DESA

DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Dana Desa 6.

PEMERINTAH KABUPATEN BALANGAN DAFTAR PARAMETER BIDANG DAN KEGIATAN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2016

Lampiran I : Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 17 Desember 2013 BUPATI ACEH TENGAH. Dto NASARUDDIN

PAG/ SWADAYA/ PARTISIPASI / DLL Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp...

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

FORMAT MATRIK PROGRAM KEGIATAN INDIKATIF RPJM DESA TAHUN SKALA DESA, DESA KLEPUSANGGAR KECAMATAN SRUWENG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 02 TAHUN 2015

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN YANG DAPAT DISERAHKAN KEPADA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 10 TAHUN 2008

Contoh RANCANGAN PERATURAN DESA tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa LAMBANG BURUNG GARUDA

KEPALA DESA CINANGGELA KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DESA CINANGGELA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Lampiran III Peraturan Walikota Batu Nomor : 13 Tahun 2017 Tanggal : 16 Januari 2017

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 KEPALA DINAS BIDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN KEPADA DESA

IMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL NO 1. 2. 3. 4. 5. URAIAN Pembinaan kelembagaan masyarakat. Kewenangan gampong untuk menyusun, menetapkan dan mengawasi pelaksanaan aturan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan gampong, kehidupan sosial budaya, ekonomi, keamanan, lingkungan dan kemasyarakatan lokal berskala gampong serta kerja sama antar gampong. Pengelolaan aset gampong. Kewenangan gampong untuk mengelola barang milik gampong yang berasal dari kekayaan asli milik gampong, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG) atau peroleh hak lainnya yang sah. Pengembangan peran masyarakat gampong Kewenangan gampong untuk membentuk lembaga/ organisasi kemasyarakatan lokal berskala gampong, melakukan pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dalam membangun gampong. Pengelolaan meunasah gampong Kewenangan gampong untuk membangun dan memelihara meunasah gampong. Keberadaan meunasah sebagai pusat kebudayaan bagi masyarakat gampong. Fungsi Meunasah tidak hanya dipergunakan untuk kepentingan keagamaan saja (tempat ibadah dan pengajian), melainkan juga berfungsi sebagai tempat berkumpul, musyawarah bagi warga untuk menyelesaikan persoalan-persoalan gampong, tempat/lokasi untuk membagikan bantuan/ sumbangan, pelaksanaan perayaan hari besar keagamaan dan adat istiadat. Pembinaan dan lembaga hukum adat Kewenangan gampong untuk membentuk lembaga kemasyarakatan yang berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku. Pembinaan lembaga adat sebagai usaha melestarikan adat istiadat serta memperkaya khasanah kebudayaan masyarakat dalam pembangunan dan ketahanan nasional. BUPATI BIREUEN, ttd RUSLAN M.DAUD

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN DAFTAR KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG NO 1. URAIAN Penyelenggaraan pemerintahan gampong. a) penetapan dan penegasan batas gampong; b) pengembangan sistem administrasi dan informasi gampong; c) pengembangan tata ruang dan peta sosial gampong; d) pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja gampong; e) pendataan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian; f) pendataan penduduk menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, pencari kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja; g) pendataan penduduk yang bekerja di luar negeri; h) pembentukan Tuha Peut; i) penetapan perangkat gampong; j) penetapan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG); k) penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG); l) penetapan Qanun gampong; m) penetapan kerja sama antar-gampong; n) pendataan potensi gampong; o) pemberian izin hak pengelolaan atas tanah gampong; p) penetapan Gampong dalam keadaan darurat seperti kejadian bencana, konflik, rawan pangan, wabah penyakit, gangguan keamanan, dan kejadian luar biasa lainnya dalam skala gampong; q) pengelolaan arsip gampong; r) penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat gampong; s) pendataan Gampong dan penyusunan Profil gampong; t) penyelenggaraan musyawarah gampong; u) penyelenggaraan perencanaan gampong; dan v) penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan gampong. 2. Pembangunan gampong. a) pelayanan dasar gampong; 1) pengembangan pos kesehatan gampong dan Polindes; 2) optimalisasi pemanfaatan tenaga kesehatan gampong; 3) pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui: i. layanan gizi untuk balita; ii. pemberian imunisasi lengkap; iii. pemeriksaan ibu hamil; iv. pemberian makanan tambahan; v. penyuluhan kesehatan; vi. gerakan hidup bersih dan sehat; vii. penimbangan bayi; viii. gerakan sehat untuk lanjut usia;

ix. pembinaan kader kesehatan gampong; x. pembinaan tim peduli kesehatan ibu/anak; xi. pembinaan Kelompok Kerja Posyandu; xii. pemanfaatan rumah tunggu persalinan gampong; xiii. operasional Komite Kesehatan Gampong (KKG); dan xiv. Desa Siaga Aktif 4) pembinaan kegiatan Keluarga Berencana (KB); 5) pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional; 6) pembinaan kemitraan Bidan dan dukun beranak (Mablien); 7) pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang di gampong; 8) pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini; 9) pengadaan dan pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni budaya, dan perpustakaan gampong; dan 10) fasilitasi dan motivasi terhadap kelompok belajar, kelompok pengajian dan majelis taklim di gampong. b) sarana dan prasarana gampong; 1) pembangunan dan pemeliharaan kantor Keuchik dan balai gampong; 2) pembangunan dan pemeliharaan jalan gampong; 3) pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani; 4) pembangunan dan pemeliharaan jalan perkebunan; 5) pembangunan dan pemeliharaan embung gampong; 6) pembangunan energi baru dan terbarukan; 7) pembangunan dan pemeliharaan meunasah gampong; 8) pembangunan dan pemeliharaan jembatan gampong; 9) pembangunan dan pemeliharaan talud/tembok penahan tanah; 10) pengelolaan pemakaman gampong; 11) pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan; 12) pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala gampong; 13) pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier; 14) pembangunan dan pemeliharaan lapangan gampong; 15) pembangunan dan pemeliharaan taman gampong; 16) pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan; 17) pengembangan sarana dan prasarana produksi di gampong; 18) pembangunan dan pemeliharaan sarana penerangan jalan gampong; dan 19) pembangunan dan pemeliharaan kantor Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). c) pengembangan ekonomi lokal gampong. 1) pembangunan dan pengelolaan pasar dan kios gampong; 2) pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik gampong; 3) pengembangan usaha mikro berbasis gampong; 4) pengembangan kelompok industri Rumah Tangga; 5) pendayagunaan keuangan mikro berbasis gampong; 6) pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan; 7) pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan cadangan pangan gampong; 8) penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan gampong; 9) pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit pertanian dan perikanan secara terpadu; 10) penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan; 11) pengembangan benih lokal; 12) pengembangan ternak secara kolektif; 13) pembangunan dan pengelolaan energi mandiri; 14) pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Gampong;

15) penguatan permodalan Badan Usaha Milik Gampong 16) pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu; 17) pengembangan wisata Gampong di luar rencana induk pengembangan pariwisata kabupaten/kota; 18) pengelolaan balai benih ikan; 19) pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan; dan 20) pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. d) pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. 1) komoditas tambang mineral bukan logam, antara lain: pasir kuarsa, batu kapur, batu kali, batu besar (material penahan ombak); 2) komoditas tambang batuan; giok, potensi tambang batuan lainnya; 3) pelestarian lingkungan hidup meliputi; penghijauan, pembuatan terasering, penanaman dan pemeliharaan hutan bakau, pengelolaan dan pemanfaatan hutan adat, perlindungan mata air, pembersihan daerah aliran sungai, perlindungan terumbu karang; dan 4) pengembangan destinasi wisata yang islami. 3. Pembinaan kemasyarakatan gampong. a) membina kehidupan masyarakat gampong yang islami, berbudaya, bersih dan berwibawa; b) membina keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan masyarakat gampong; c) membina kerukunan warga masyarakat gampong; d) memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan mediasi di gampong; e) membina dan mengembangkan kehidupan adat dan adat istiadat; f) melestarikan dan mengutamakan musyawarah masyarakat gampong; dan g) melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat gampong. 4. Pemberdayaan masyarakat gampong. a) pengembangan seni budaya lokal; b) melakukan analisis kemiskinan; c) pembentukan dan fasilitasi lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat; d) fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat melalui:kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok seni budaya; dan kelompok masyarakat lain di gampong; e) pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin dan anak yatim; f) fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, kelompok masyarakat miskin, perempuan, masyarakat adat, dan disabilitas; g) fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat gampong; h) penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat; i) pembentukan dan fasilitasi kader pemberdayaan masyarakat j) pembangunan dan pemberdayaan masyarakat; k) peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi gampong; l) pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi tepat guna; dan m) peningkatan kapasitas masyarakat melalui: a) Kader Pemberdayaan Masyarakat Gampong; b) kelompok usaha ekonomi produktif; c) kelompok perempuan; d) kelompok tani; e) kelompok nelayan; f) kelompok pengrajin; g) kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

h) karang taruna gampong; i) kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; j) kader Bina Keluarga Balita; k) kader Desa Siaga; l) kader Keluarga Berencana; m) kelompok sanggar belajar dan seni lokal; dan n) kelompok lainnya. BUPATI BIREUEN, ttd RUSLAN M.DAUD