Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Irma Astuti Setyoningrum 1, Yunie Armiyati 2, Rahayu Astuti 3 1 Mahasiswa Progam Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS 2 Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS 3 Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Abstrak Ulkus Diabetik merupakan salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes Melitus yang berupa luka terbuka pada permukaan kulit dan dapat disertai dengan kematian jaringan setempat. Pasien dengan ulkus diabetik akan terjadi perubahan fisik yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berlangsung lama akan menimbulkan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat ulkus diabetic dengan tingkat depresi pada pasien ulkus diabetes mellitus yang berobat di RSUD Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi, dilakukan selama bulan September 3013 di RSUD Kota Semarang. Sampel dipilih dengan menggunakan total sampling sebanyak 30 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara derajat ulkus diabetik dengan tingkat depresi (p = 0,000). Penelitian ini merekomendasikan tentang pentingnya manajemen stres untuk mencegah terjadinya depresi yang ditimbulkan oleh ulkus diabetik juga pentingnya perawatan ulkus diabetik yang baik. Hal ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk memperhatikan grade pada setiap pasien. Kata kunci : Derajat Ulkus Diabetik, Depresi. Abstract Diabetic ulcers is one kind of chronic complications of diabetes mellitus in the form of an open wound on skin s surface and might be accompanied by local tissue death. Patients with diabetic ulcers will have physical changes that may cause stress;longer stress will trigger depression on the other hand. The purpose of this study was to determine the correlation between the relationship between the degrees of diabetic ulcers with to depression on patients with diabetes mellitus treated in District Hospital Semarang. This study is a descriptive correlation and conducted during September 2013 in District Hospital Semarang. The sample was taken from sampling of 30 total respondents. Chi-square test results indicated there is correlation between the degree of diabetic ulcers with depression (p = 0.000). This study recommended to patiens about the important of stres management to prevent depression that caused by Diabetic Ulcers, also the important of wound care for diabetic ulcers patients. It can be used by medical professionals in nursing provision to patients with variousgrades of depression. Keywords: Degree of Diabetic Ulcers, Depression. 1
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Penderita diabetes mellitus berisiko 50 kali terjadi komplikasi ulkus diabetes mellitus (Waspadji, 2006). Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk komplikasi kronik DM yang berupa luka terbuka pada permukaan kulit dan dapat disertai dengan kematian jaringan setempat (Robert, 2003). Kenaikan jumlah penderita ulkus diabetik di Indonesia tidak tercatat dengan jelas namun dapat terlihat dari kenaikan prevalensi DM. Menurut data dari WHO, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia, mencapai 8,6% dari 220 juta populasi negeri ini dan akan terus meningkat. Diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 dengan 12,4 juta penderita. Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) jumlah pasien DM baik rawat inap maupun rawat jalan menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Terdapat 6 tingkatan pada penderita ulkus diabetik dengan klasifikasi pada grade 0 sampai dengan grade tertinggi yaitu grade 5. Penyakit kronis yang terjadi akan menyebabkan perubahan penampilan fisik dan psikologis (Hawari, 2011). Penderita diabetes mellitus yang sudah terkena komplikasi ulkus diabetik tersebut berada pada tahap krisis yang ditandai oleh ketidakseimbangan fisik, sosial, psikologis dan akan 2
berlanjut menjadi perasaan gelisah, takut, cemas dan depresi. Depresi merupakan kejadian yang umum terjadi pada penderita ulkus diabetik (Watskin, 2006). Perubahan fisiologik pada penderita ulkus diabetik yang diakibatkan oleh obatobatan atau penyakit fisik juga sering disertai dengan depresi (Hadi, 2004). Studi Pendahuluan dilakukan terhadap empat pasien ulkus diabetes melitus di Poli Penyakit Bedah RSUD Kota Semarang. Hasil studi pendahuluan tiga diantaranya (60%) menyatakan bahwa pasien selalu merasa sendiri dan malu tidak dapat berkumpul dengan masyarakat karena luka yang dideritanya. Pasien menjadi mudah tersinggung dan marah saat ada seeorang yang bertanya tentang bagaimana kesehatannya, berapa gula darahnya, bagaimana keadaan lukanya, pasien tampak takut dan bahkan membatasi semua aktifitasnya. Perawat sebagai anggota tim kesehatan dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperawatan dengan memandang bio-psiko-sosio sehingga penting bagi perawat dalam mengkaji pasien dari aspek psikologis bukan hanya aspek fisik saja. Sehubungan dengan permasalahan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Bagaimana tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes mellitus yang berobat di RSUD Kota Semarang 3
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dengan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah populasi sebanyak 30 orang. Penelitian ini terdiri dari pengukuran depresi dengan menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory (BDI) yang telah teruji validitas dan reliabitasnya dan pengukuran observasi derajat ulkus diabetic. Penelitian dilaksanakan selama 1 minggu pada tanggal 11 September 18 September 2013 di ruang Poli Bedah RSUD Kota Semarang dan rumah pasien. Data dianalisis secara bivariat korelasi Chi - Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Responden Ulkus Diabetik yang Berobat di RSUD Kota Semarang Berdasarkan Derajat Ulkus Diabetik periode September 2013 (n = 30) Frekuensi Prosentase (%) Derajat Ulkus Diabetik Grade 2 2 6,7 Grade 3 15 50,0 Grade 4 11 36,7 Grade 5 2 6,7 Total 30 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami ulkus diabetik grade 3 dengan responden sebanyak 15 (50,0%), grade 4 sebanyak 11 responden (36,7%) bahkan ada yang mengalami grade 5 sebesar 6,7% dan tidak ada yang mengalami grade 1, ini menunjukkan kondisi pasien sudah tidak dalam tingkatan yang ringan. Ulkus diabetik akan memberikan dampak buruk apabila tidak 4
dilakukan perawatan pada ulkus. Aliran darah yang buruk pada penderita ulkus akan meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada penderita ulkus diabetik. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskulerinsusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun an aerob (Teguh, 2006). Ulkus diabetik akan memberikan dampak buruk apabila tidak dilakukan perawatan pada ulkus. Aliran darah yang buruk pada penderita ulkus akan meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada penderita ulkus diabetik. Penelitian Hariani (2006) didapatkan ulkus diabetik memungkinkan masuknya bakteri serta menimbulkan infeksi luka, apabila ulkus diabetik yang tidak terawat dan tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut pada penderita ulkus diabetik, diantaranya amputasi anggota gerak, terjadi infeksi tulang dan sepsis. Melihat data yang dijumpai pada hasil penelitian maka resiko pasien yang mengalami ulkus diabetik semakin besar dengan kondisi pasien. Kondisi banyaknya pasien yang mengalami ulkus diabetik perlu mendapatkan perhatian perawat agar tidak terjadi komplikasi 5
Tabel 2 Distribusi Responden Penyakit Ulkus Diabetik yang Berobat di RSUD Kota Semarang Berdasarkan Tingkat Depresi periode September 2013 (n = 30) Tingkat depresi Frekuensi Prosentase (%) Depresi Ringan 4 13,3 Depresi Sedang 12 40,0 Depresi Berat 14 46,7 Total 30 100.0 Hasil penelitian menunjukkan pasien yang mengalami depresi sedang sebanyak 12 responden (40,0%) dan sebagian besar lainnya dengan depresi berat sebanyak 14 responden (46,7%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Wibowo (1999) bahwa sebagian besar pasien diabetes mellitus mengalami depresi ringan. Perbedaan ini dimungkinkan karena pasien tidak mengalami komplikasi ulkus diabetik. Hasil penelitian ini menunujukkan hanya 6,67% pasien ulkus diabetes mellitus yang tidak mengalami depresi. Data hasil penelitian ini perlu mendapat perhatian mengingat depresi merupakan mekanisme koping yang negatif (Stuart & Laraia, 2006). Depresi dapat menimbulkan pandangan negatif pada setiap individu, karena depresi yang berat akan menyebabkan dan memicu pasien menjadi putus asa, menarik diri sampai merasa ingin mengakhiri hidup. Pasien dengan depresi yang berat akan mengalami individu yang tidak berguna, tidak dapat dicintai, merasa menjadi orang yang gagal, dan meyakini bahwa tidak ada harapan untuk masa depannya. Seperti yang disampaikan Wibowo (1999) bahwa gangguan depresi adalah akibat dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya sendiri, penderita depresi lebih cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya distorsi kognitif, 6
sehingga selain individu menyalahkan dirinya sendiri, yang terjadi mereka cenderung mengambil kesimpulan yang tidak sesuai sehingga penilaiannya akan menjadi negatif. Jika dilihat dari jenis kelamin secara teori disebutkan bahwa faktor resiko depresi adalah usia <40 th (Stuart & Laraia, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan data yang berbeda karena dalam penelitian ini justru dialami lebih banyak oleh usia lansia yang lebih banyak mengalami depresi sedang dan depresi berat. Kondisi ini tentu saja akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks antara lain timbul keputusasaan. Seperti yang disampaikan oleh Stuart & Laraia (2006) bahwa masalah yang muncul pada pasien dengan koping yang negatif seperti pada depresi antara lain timbul masalah ketidakberdayaan, keputusasaan, berduka disfungsional bahkan perilaku mencederai diri sendiri. Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan hubungan antara derajat ulkus diabetik dengan tingkat depresi periode September 2013 (n = 30) Derajat Ulkus Grade 2 Grade 3 Grade 4 Grade 5 Depresi Ringan Depresi Total Depresi Berat Sedang f % f % F % f % 2 100,0 0 0 0 0 2 100,0 2 13,3 11 73,3 2 13,3 15 100,0 0 0 1 9,1 10 90,9 11 100,0 0 0 0 0 2 100,0 2 100,0 Total 4 13,3 12 40,0 14 46,7 30 100,0 p 0,00 0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara derajat ulkus diabetik dengan depresi dengan nilai p = 0,000 yang berarti semakin 7
tinggi derajat ulkus semakin tinggi depresi yang dialami pasien. Pasien dengan derajat ulkus diabetik grade 2 sebagian besar mengalami depresi ringan. Sementara pasien dengan ulkus diabetik grade 4 sampai 5 hampir semua mengalami depresi berat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin parah ulkus diabetik pasien berkontribusi pada semakin beratnya tingkat depresi. Penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Stuart & Laraia (2006) bahwa penurunan kesehatan menjadi faktor resiko terjadinya depresi. Stuart & Laraia (2006) juga menyebutkan bahwa diabetes mellitus adalah salah satu penyakit yang berhubungan dengan status depresi dan manik. Apalagi jika diabetes mellitus tersebut diikuti dengan ulkus diabetik. Ulkus yang semakin berat tingkatannya akan memberikan dampak dalam peningkatan stres pasien sedangkan stres akan berkontribusi terhadap peningkatan kadar gula darah. Stres akan menstimulasi pelepasan hormon kortisol yang dapat meregulasi kadar gula darah (Randall, 2013). Oleh karena itu, perawatan ulkus diabetik dengan baik perlu dilakukan oleh perawat agar ulkus tidak terjadi komplikasi infeksi dan peningkatan gula darah akibat stress. Ulkus yang dirawat dengan baik diharapkan dapat menurunkan tingkat depresi karena depresi akan mengakibatkan timbulnya beberapa masalah antara lain ketidakpatuhan dan perilaku mencederai diri. Berdasarkan hasil penelitian yang dijumpai maka perawatan dan pencegahan ulkus diabetik dilakukan agar pasien tidak mengalami komplikasi lebih lanjut karena 8
apabila dapat merawat ulkus diabetik dengan baik dan derajat ulkus tidak bertambah maka depresi tidak akan meningkat. Rumah sakit juga perlu mengoptimalkan layanan asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetik yang depresi dengan menyusun atau mengevaluasi pelaksanaan standar prosedur operasional (SPO) perawatan ulkus dan manajemen depresi. PENUTUP Hasil penelitian ini diperoleh ada hubungan antara derajat ulkus diabetik dengan depresi pada pasien ulkus diabetik yang berobat di RSUD Kota Semarang dengan nilai p = 0,000. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi derajat ulkus maka akan semakin tinggi tingkat depresi. Melihat adanya hubungan yang signifikan antara depresi dengan derajat ulkus diabetik, maka peran perawat cukup besar untuk mengatasi tingkat depresi pasien. Derajat ulkus yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat depresi sehingga perawatan ulkus diabetik sangat diharuskan untuk dilakukan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian dalam menganalisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan depresi pada pasien ulkus diabetik. Bagi rumah sakit dapat mempertahankan mutu pelayanan dengan menerapkan monitoring pelaksanaan standar prosedur pelaksanaan yang dilakukan. 9
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI (maret 2008). Http://www.DepkesRI.IndonesiamendudukiRankingke-4. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013 Hadi, P. (2004). Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. Hariani. (2006). Perawatan Ulkus Diabetes. Jurnal Keperawatan Vol 3. http://jurnalkeprwtan.shgbsbk-rianipdf-2872. diunduh pada tanggal 7 September 2013 Hawari, P. D. (2011). Manajemen Stres dan Cemas. Jakarta: FKUI. Robert. (2003). Diabetes Melitus : Ulcer Diabetic Foot. Jurnal Keperawatan Vol 3. http://ulcer.ac.id//dm-24356-178/%gsajwnj diunduh pada tanggal 16 Mei 2013 Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Ed 8). Jakarta: EGC. Stuart G.W & Laraia,M.T. (2006). Principles and Practice of Phychiatric Nursing. Edition 8. Missouri : Mosby Years Book Waspadji, S. (2006). Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. In d. Aru W, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 4. Jakarta: FKUI. Watskin, E. (2006). Diabetes Depression dan Stres. http://jurnal.ui.depressionayvsgh,carol2156%njghas.pdf diunduh pada tanggal 5 Juli 2013 Wibowo, M.I. (1999).Depresi pada Penderita Diabetes Melitus ditinjau dari Komplikasi Penyakitnya. http://eprints.unika.ac.id/11296/1/93.40.1661_maria_margaretha_ita_wibo wo.pdf. Diunduh pada tanggal 4 September 2013 10
PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di RSUD Kota Semarang Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Oktober 2013 Pembimbing I Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB Pembimbing II Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 11
TINGKAT DEPRESI BERDASARKAN DERAJAT ULKUS DIABETIK PADA PASIEN ULKUS DIABETES MELITUS YANG BEROBAT DI RSUD KOTA SEMARANG Manuscript Oleh Irma Astuti Setyoningrum G2A009056 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013 12