BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang efektif dan efisien. Performance atau kinerja merupakan hasil atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG DATA POKOK PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PROSES PEMBELAJARAN

ARAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

PEMANFAATAN DATA POKOK PENDIDIKAN DENGAN APLIKASI PENELUSURAN DATA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2015

IMPLEMENTASI FORMULA VERVAL PEMBELAJARAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Undang-Undang Dasar

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

PEMANFAATAN DATA POKOK PENDIDIKAN DENGAN APLIKASI PENELUSURAN DATA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

PETUNJUK DAN TEKNIS PENDATAAN APLIKASI DAPODIKDAS 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTRIAN PENDIDIKKAN DAN KEBUDAYAAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN BAGI SEKOLAH SD/SDLB/SMP/SMPLB

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTANTENGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN SUKAMARA

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Kalimantan Tengah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

WORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN (Kota Batu, Maret 2015)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

PEMANFAATAN DATA POKOK PENDIDIKAN DENGAN APLIKASI PENELUSURAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUSTUS 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh: LIES FAHIMAH. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara maju. Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG SEKOLAH GRATIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Triwulan III 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUNTING DAN POLA KETIMPANGAN SOSIAL EKONOMI. Vissia Didin Ardiyani Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA WILAYAH wilayah.data.kemdikbud.go.id

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

efektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN Tentang:

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga proses pencapaian tujuan pun terhambat. Tingkat kepedulian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Instansi pemerintah merupakan hal yang sangat penting demi mewujudkan tata kelola untuk mendukung tugas pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Elemen instansi selalu diharapkan melaksanakan kinerja yang efektif dan efisien. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila, 2012:710). Sehingga setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Secara umum kondisi kualitas profesionalisme birokrasi di Indonesia relatif belum memuaskan, termasuk sumber daya aparaturnya. Sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa, pegawai hendaknya memiliki kinerja tinggi yang ditandai dengan pekerjaan yang efektif dan efisien, pegawai yang disiplin dan inisiatif demi pencapaian tujuan, membangun citra pelayanan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku, pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi warga negara tanpa diskriminasi. 1

2 Kebijakan desentralisasi menjadikan hak dan kewajiban pemerintah daerah untuk membentuk suatu dinas pendidikan. Ruang lingkup daerah atau kabupaten/kota dalam implementasi undang-undang yang telah ditetapkan dengan tujuan keberhasilan kinerja pegawai menjalankan tugas secara profesional, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dan memberikan layanan publik secara kualitas maupun kuantitas dalam penyelenggaraan pendidikan bagi warga negara tanpa diskriminasi. Dengan perkembangan Teknologi, organisasi tentu tidak bisa lepas dari peran karyawan. Pemerintah indonesia, Khusunya Kementerian Pendidikan hendak melakukan pendataan Data Pokok Pendidikan terhadap satuan pendidikan (DAPODIK). Dapodik bertujuan untuk penghematan biaya pendidikan yang kurang tepat sasaran. Penghematan ini selanjutnya akan dipergunakan untuk pembiayaan program-program pendidikan lain yang lebih penting dan sesuai kebutuhan. Melalui Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 Tahun 2011, dalam rangka percepatan pendataan pendidikan dibutuhkan tim Pendataan/Tenaga Operator Dapodik di setiap satuan pendidikan. Ada lima hal pokok yang disampaikan Mendikbud yaitu: (Kemdikbud,2015) 1. Untuk menjamin tersedianya data dan data statistik pendidikan tepat waktu dan akurat, Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP) perlu segera melaksanakan diktum kedua instruksi dimaksud (Instruksi Mendiknas Nomor 2 Tahun 2011).

3 2. Penjaringan data dengan sistem pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) bersifat relasional dan longitudinal, telah mencakup 3 (tiga) entitas data pokok yaitu Satuan Pendidikan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta data Peserta Didik. 3. Apabila ada unit kerja dan institusi yang memerlukan atribut data yang belum terjaring melalui aplikasi pendataan Dapodik, dapat menginformasikan kepada PDSP untuk segera dapat melengkapi atribut dimaksud pada aplikasi Dapodik, sehingga tidak diperkenankan melakukan penjaringan data sendiri yang terpisah dari sistem pendataan Dapodik. 4. Dengan terkumpulnya data melalui aplikasi Dapodik yang mencakup 3 entitas data pokok pendidikan, maka PDSP segera menerbitkan statistik pendidikan dan memberikan akses informasi kepada pemangku kepentingan lainnya agar data yang dikumpulkan merupakan satu-satunya sumber (acuan) dalam pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan terkait entitas pendidikan yang didata. 5. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan pengumpulan data kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, maka tidak ada lagi penjaringan data di luar sistem pendataan dapodik, Sehingga masingmasing sekolah perlu menunjuk Petugas penginputan Dapodik yang disebut Operator sekolah untuk :

4 1. Melakukan penjaringan data pada satuan pendidikannya masing-masing dengan menggunakan format F-SEK (Formulir Sekolah), F-PTK (Formulir Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dan F-PD (Formulir Peserta Didik). 2. Melakukan entry/input/editing data ke dalam sistem dapodik secara berkala, setelah mendapat masukan data yang benar, terkini dan terpercaya. 3. Melakukan verifikasi kesesuaian dan kebenaran data serta melakukan perbaikan. Dibutuhkan karyawan yang memiliki standar kinerja tinggi sebagai seorang Operator dalam melakukan pendataan, mengingat Dapodik merupakan satu-satunya sumber (acuan) dalam pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan terkait entitas pendidikan yang didata. Strategi sumber daya manusia juga menyangkut masalah kompensasi dan kompetensi dalam kemampuan teknis, konseptual, dan hubungan manusia (Rivai, 2014:198). SDM yang ditunjuk hendaknya bersemangat dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Setiap organisasi bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan trampil, tetapi tidak kalah penting karyawan mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil yang maksimal.

5 Tabel 1.1 Indeks kualitas kelengkapan data pokok pendidikan No Wilayah Sarana Indeks Prosenta Satuan Peserta & Kelengka se yang Pendidik PTK Didik prasara pan Data dianjurk an na Rata-rata an (%) 1 Kab. Lamandau 88.76 92.18 80.27 86.56 86.94 98.00 2 Kab. Sukamara 91.75 91.83 75.15 86.69 86.35 98.00 3 Kab. Kotawaringin 86.51 92.43 75.11 89.69 85.93 98.00 Barat 4 Kab. Barito Timur 84.23 91.40 76.29 90.26 85.54 98.00 5 Kab. Gunung Mas 82.55 88.78 78.96 89.41 84.92 98.00 6 Kab. Barito Selatan 89.95 89.00 73.46 87.10 84.88 98.00 7 Kab. Pulang Pisau 82.51 92.68 76.41 87.57 84.79 98.00 8 Kab. Seruyan 85.68 87.79 71.62 91.79 84.22 98.00 9 Kab. Kapuas 84.91 88.88 74.85 89.32 84.19 98.00 10 Kab. Barito Utara 77.73 88.00 76.15 86.86 82.63 98.00 11 Kab. Kaningan 76.56 87,27 72.88 87.80 81.53 98.00 12 Kab. Kotawaringin 80.94 87.87 68.25 88.18 81.34 98.00 Timur 13 Kab. Murung Raya 79.91 73.04 85.14 81.31 98.00 14 Kab. Palangka Raya 85.58 68.64 76.29 79.59 98.00 Sumber : Dapodikdasmen : 2016 Tabel 1.1 menunjukkan belum optimalnya sinkronisasi dapodik terutama pada data peserta didik sebesar 68.25% data Peserta didik, selanjutnya 80, 94% kelengkapan data satuan pendidikan, 87.87% data PTK, 88.18% data Sarana dan Prasarana dan Indeks Kelengkapan Data Rata-rata sebesar 81,34%. Validitas prosentase yang dianjurkan minimal sebesar 98%. Hal ini menandakan masih belum maksimalnya kinerja Operator di Kabupaten Kotawaringin Timur dalam melakukan penginputan Data Pokok Pendidikan

6 Akibat dari belum terpenuhinya persentase kelengkapan data pendidikan, menunjukkan belum terpenuhinya standar kinerja yang telah di tetapkan, dimana kinerja mengandung makna prestasi yaitu karya yang dicapai, dan melakukan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil. Kinerja yang tinggi menggambarkan keberhasilan dan kesuksesan pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan sebaliknya kinerja yang rendah menggambarkan ketidak berhasilan dan ketidak suksesan pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Indeks kelengkapan data Dapodik yang belum optimal menyebabkan ketidak sesuaian dalam penyaluran dana pemerintah terhadap masing-masing instansi sekolah berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari sumber APBN maupun dari sumber APBD, rehabilitasi ruang belajar, Dana Alokasi Khusus (DAK), Subsidi bagi siswa kurang mampu secara ekonomi, bantuan buku sumber/penunjang dan subsidi/tunjangan bagi guru (tunjangan profesi / tunjangan fungsional / tunjangan khusus) dan lain sebagainya. Dalam organisasi terdapat sistem kompensasi untuk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia, karena organisasi memerlukannya untuk mencapai sasaran-sasarannya. Agar organisasi dapat berkembang luas dengan segala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya manusia yang telah tersedia, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, tidak cukup hanya dengan jalan memperoleh karyawan yang dianggap paling kompeten, akan tetapi tidak kalah pentingnya dengan secara terus menerus pimpinan memberikan motivasi kepada karyawan agar lebih

7 bersemangat dalam menjalankan tugas-tugasnya di organisasi. Motivasi kerja mempunyai peranan yang penting dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk bekerja secara optimal. Karyawan yang memiliki motivasi kerja yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan. Seorang karyawan yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa gagal karena kekurangan motivasi. Rendahnya motivasi kerja pada mereka menunjukkan adanya sikap acuh tak acuh terhadap tanggung jawab ataupun kehidupan sosial. Dalam proses pembelajaran tentu ada kegagalan dan keberhasilannya. Kegagalan karyawan dalam melaksanakan tugas tidak sepenuhnya berasal dari diri karyawan tersebut tetapi bisa juga dari organisasi yang tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat karyawan dalam bekerja. Keberhasilan kerja karyawan juga tidak lepas dari motivasi karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu pada dasarnya motivasi kerja merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan organisasi kepadanya. Karyawan juga akan lebih termotivasi jika dari hasil kerjanya tersebut mendapatkan kompensasi yang memuaskan dari organisasi sebagai tanda penghargaan atas hasil kerjanya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Operator, terdapat berbagai aspek yang menjadi indikasi rendahnya kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur yang dapat dilihat pada tabel berikut:

8 Tabel 1.2 Indikasi penyebab rendahnya kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur Masalah Jumlah (orang) Rendahnya penghasilan seorang Operator 11 44 Tidak adanya pelatihan aplikasi Dapodik secara khusus dari pemerintah % 13 52 Tidak adanya insentif untuk Operator dari instansi terkait 10 40 Tidak adanya penghargaan dari sekolah terhadap Operator 6 24 Gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja 9 36 Tidak bersedia diberikan tugas tambahan 7 28 Penghasilan sebagai Operator tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga 12 48 Kesulitan dalam pengumpulan data peserta didik 5 20 Sumber : Disdik Kab. Kotawaringin Timur (2016) Berdasarkan Tabel 1.2 dengan jumlah responden sebanyak 25 orang, terlihat 11 orang atau sebesar 44 % merasa penghasilan seorang Operator sangat rendah, 13 orang atau sebesar 52 % menyatakan tidak adanya pelatihan aplikasi Dapodik secara khusus dari pemerintah membuat Operator harus berkumpul untuk mencari solusi dari permasalahannya atau mengundang seksi pendataan kabupaten untuk membimbing operator sekolah. Sebanyak 10 orang atau sebesar 40% menyatakan tidak mendapat insentif dari pekerjaannya, sebanyak 6 orang atau sebesar 24% menyatakan tidak adanya penghargaan dari sekolah, sebanyak 9 orang atau sebesar 36% menyatakan gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja, sebanyak 7 orang atau sebesar 28% pegawai tidak bersedia diberikan tugas tambahan sebagai operator dengan alasan aplikasi Dapodik yang dirasa cukup

9 rumit, Sebanyak 12 orang atau sebesar 48% mengungkapkan Penghasilan sebagai Operator tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, Sebanyak 12 orang atau sebesar 20% menyatakan kesulitan dalam pengumpulan data karena rendahnya partisipasi dari orang tua siswa maupun guru-guru yang hendak di data. Pengaruh kompetensi pada kinerja juga tidak kalah penting, dapat dilihat dari tingkat kompetensi yang mempunyai implikasi praktis dalam perencanaan sumber daya manusia, hal lain juga dapat dilihat dari gambaran bahwa kompetensi pengetahuan dan keahlian cenderung lebih nyata dan relative lebih ada dipermukaan yang menjadi salah satu karakteristik yang dimiliki karyawan. Tingkat pendidikan sebagai faktor internal berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki, maka semakin tinggi juga kualitas kinerjanya. Berikut tingkat pendidikan Operator Sekolah Dasar Negeri di Kab. Kotawaringin Timur: Tabel 1.3 Tingkat Pendidikan Operator Sekolah Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%) SLTA/SMK/Sederajat 102 33 Diploma 61 20 Sarjana (S1) 147 47 Total 310 100 Sumber: Disdik Kab. Kotawaringin Timur (2016)

10 Tabel 1.3 menunjukkan jenjang pendidikan Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. Dimana sebanyak 147 orang (47%) memiliki tingkat pendidikan S1 sedangkan diploma sebanyak 61 orang (20%) dan SMA sebanyak 102 orang (33%). Dilihat dari tingkat pendidikan, ini menunjukkan masih rendahnya kompetensi Operator. Pendataan menjadi semakin sulit saat organisasi sekolah harus menunjuk operator yang hendak melaksanakan penjaringan data. Hal ini disebabkan masih banyak SDM yang tidak berkenan menjadi tenaga honorer penginputan data pokok pendidikan khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur. Pada sisi lain proses pendataan harus dilakukan, karena jika tidak maka sekolah atau instansi terkait tidak akan memperoleh segala macam bentuk pendanaan dari pemerintah, hal ini membuat sebagian besar instansi sekolah harus menunjuk salah satu tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang dimiliki untuk melakukan tugas pendataan dapodik dan tentunya akan menambah tanggung jawab baru bagi tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang ditunjuk sebagai operator. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk meneliti persoalan yang dihadapi oleh Operator Dapodik. Sehingga penulis mengambil judul Pengaruh Motivasi Kerja, Kompetensi dan Kompensasi terhadap Kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur

11 1.2. Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan oleh penulis sebagai berikut: 1. Rendahnya motivasi kerja pada umumnya dan secara khusus pada Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. (Tabel 1.2) 2. Rendahnya kompensasi yang diperoleh Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur sesuai dengan hasil kerja dan berdasarkan kelayakan gaji yang diberlakukan. (Tabel 1.2) 3. Terdapat hasil kerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur yang belum maksimal. (Tabel 1.1) 1.2.2. Rumusan Masalah 1. Apakah motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 2. Apakah kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 3. Apakah kompensasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 4. Apakah motivasi, kompetensi, dan kompensasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur.

12 1.2.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan pada motivasi kerja, kompetensi dan kompensasi karena faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang berkaitan terhadap kinerja karyawan. dimana karyawan dimaksud adalah pegawai yang ditunjuk sebagai operator sekolah. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja Operator, pengaruh kompetensi terhadap kinerja Operator, pengaruh kompensasi terhadap kinerja Operator serta pengaruh motivasi kerja, kompetensi, dan kompensasi secara bersama-sama terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 2. Menganalisis dan mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 3. Menganalisis dan mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur.

13 4. Menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi kerja, kompetensi, dan kompensasi secara bersama-sama terhadap kinerja Operator Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan diatas, manfaat penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teknis Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti kebenaran dan relevansi atas teori-teori yang penulis dapatkan selama perkuliahan secara empiris dan praktis terkait dengan evaluasi kinerja. Selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran untuk disempurnakan oleh peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur dalam rangka menunjang peningkatan kinerja pegawainya khususnya Operator. 3. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkait dengan model-model motivasi kerja, kompetensi, kompensasi dan kinerja Operator.