BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut: sesungguhnya membuat prihatin kita semua. Sebagai lembaga pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Usia Sekolah Menengah Atas pada umumnya berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

2015 HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia khusunya pelajar sekarang ini, dalam menaati aturan yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

A. LatarBelakangMasalah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan dimana aturan tersebut sesuai dengan norma dan nilai moral yang sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat, sehingga seseorang akan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat. Apabila individu tidak dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat maka dimanapun dia hidup, dia tidak dapat diterima oleh masyarakat (Kompasiana, 20 Mei 2013). Moralitas pada dasarnya dipandang sebagai pertentangan (konflik ) mengenai hal yang baik disatu pihak dan hal yang buruk di pihak lain. Keadaan konflik tersebut mencerminkan keadaan yang harus diselesaikan antara dua kepentingan, yakni kepentingan diri dan orang lain, atau dapat pula dikatakan keadaan konflik antara hak dan kewajiban. Menurut Rosmala Dewi (dalam Jahja, 2013) moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Sedangkan perilaku yang tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan masyarakat, perilaku demikian bukan disebabkan ketidakacuhan akan harapan masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.

2 Berbagai macam fenomena terjadi di kalangan remaja di Indonesia, berupa pelanggaran-pelanggaran moral bahkan tindak kriminal seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba, mengakses film porno, pergaulan bebas dan tindakan penyimpangan moral lainnya. Fenomena ini menjadi keprihatinan kita bersama terutama oleh pelaku pendidikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Biran afandi (tahun 2008) di Jakarta, tentang remaja melakukan seks bebas, dimana 38% remaja dari 285 responden mengakui telah melakukan hubungan seks bebas di rumah, sisanya di hotel, di sekolah, di mobil, di taman dan di tempat parkir. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebesar 63% remaja Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Dari survei yang dilakukan pada 33 provinsi sepanjang 2008. Angka sebesar itu meningkat begitu tajam dari tahun 2005-2006. Banyak faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku moral remaja salah satunya adalah perkembangan media masa serta teknologi informasi begitu cepat, melalui internet dan televisi setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi dari belahan duniadalam hitungan detik (Jawa Pos, 21 Desember 2008). Pada kurikulum SMA, jam pendidikan agama hanya 2 jam selama satu minggu, ini sangatlah kurang padahal pendidikan agama sangatlah penting dalam membentuk perilaku moral siswa, ini mengakibatkan banyaknya gangguan perilaku moral pada siswa SMA. Sebaiknya jam pendidikan agama ditambah karena ini dapat menanggulangi gangguan perilaku moral pada siswa SMA.

3 Banyaknya sumber informasi yang sangat mudah diperoleh oleh remaja dapat berdampak buruk yaitu tidak adanya batasan informasi yang pantas dan tidak pantas diterima. Informasi yang pantas diterima oleh remaja adalah informasi tentang pendidikan atau bacaan dan tontonan yang menambah wawasan dan kreativitas remaja, sedangkan informasi yang tidak baik adalah bacaan yang tidak mendidik seperti cerita porno, video porno dan kekerasan. Semua Informasi yang pernah diterima oleh remaja ini akan mereka realisasikan dengan cara apapun di dalam kehidupan nyata (Jawa Pos, 21 Desember 2008). Salah satu sektor yang sangat strategis untuk mengatasi itu semua adalah sektor pendidikan dan lingkungan keluarga. Sekolah dan keluarga sangat berperan dalam membatasi remaja dan memberi pengarahan tentang semua informasi yang diperolehnya dari kemajuan teknologi. Sebagai mana pendapat Borba (dalam Rosmini, 2010) bahwa moral adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat dimulai dan dibangun sejak anak masih balita. Orang tua sering kali membuat kesalahan dengan cara mengajarkan moral pada saat anak sudah berusia sekolah yang mana pada usia sekolah tersebut anak sudah banyak mempelajari perilaku yang buruk. Disinilah pondasi awal pembentukan perilaku moral bagi anak, keluarga menjadi peran penting disaat anak mulai ingin mengetahui dan bertanya tentang semua hal yang terasa baru difikirannya dan keluarga (orang tua) menjadi orang yang menjawab semua hal yang ingin diketahui oleh anak. Dan ini semua akan menjadi penentu perilaku moral anak. Menurut Santrock ( 2007) pandangan behavioral menekankan perilaku moral dari remaja, proses-proses yang sudah bisa kita kenal seperti penguatan,

4 hukuman, imitasi, telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa remaja mempelajari perilaku moral tertentu dan mengapa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. Apabila remaja memperoleh penguatan positif ketika menampilkan perilaku yang konsisten dengan peraturan dan konvensi sosial, mereka cenderung akan mengulang perilaku tersebut dimasa yang akan datang. Disisi lain Kurtines dan Gerwitz (1992) Mengemukakan proses pembentukan perilaku moral melibatkan empat tahapan penting yaitu: 1. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan menemukan tindakan apa yang mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap keseluruhan masalah yang ada, 2. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan menetapkan suatu nilai moral pada situasi tertentu dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral 3. Memilih diantara nilai nilai moral untuk memutuskan apa yang secara aktual akan dilakukan, dan 4. Melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai nilai moral. Selain keluarga, sekolah juga memiliki peranan penting dalam pembentukan moral remaja, hal ini dikarnakan sekolah juga memiliki kurikulum yang berisi tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar. Pada mata pelajaran agama islam untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MAN) adalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut yaitu dengan

5 artian patuh dan taat terhadap perintah allah SWT serta menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari serta hormat dan patuh kepada kedua orang tua. Peserta didikpun harus memenuhi kompetensi lain di dalam pendidikan agama islam seperti menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan berbudi pekerti luhur dan peserta didik juga memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama sehingga akan tercapai tujuan dari kompetensi-kompetensi yang ada pada pendidikan agama islam dan budi pekerti. Pencapaian kompetensi itu tentu akan berdampak kepada perilaku moral yang baik pada remaja. SMA dan MAN memiliki perbedaan, jenis lingkungan sekolah sangat beragam tergantung dari sistem yang dianut di sekolah dalam mendidik siswasiswanya dan perbedaan sistem pendidikan dapat disebabkan karena titik berat materi yang disusun dalam kurikulum yang diberlakukan di sekolah. Salah satu sistem pendidikan yang ada di Indonesia adalah Sekolah Agama dan Sekolah Umum. Sekolah agama memberikan materi pendidikan agama yang lebih besar porsinya dibandingkan dengan Sekolah Umum dan salah satu jenis Sekolah Agama yang ada adalah Madrasah Aliyah Negeri (M AN), yaitu Sekolah Agama Islam setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Madrasah Aliyah Negeri (MAN) memberikan porsi materi pelajaran Agama Islam yang lebih banyak dan lebih mendalam karena pelajaran Agama Islam dibagi kedalam bebrapa bagian mata pelajaran, seperti misalnya: Fiqih, Aqidah dan Akhlak, Qur an Hadist, serta Bahasa Arab. Tetapi dari sekian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik ternyata dalam kenyataannya tidak semuanya tercapai. Hal ini dapat dilihat dari

6 banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak sesuai dengan tujuan kompetensi itu sendiri sehingga banyak siswa yang tidak memiliki penghargaan terhadap dirinya sendiri dan melakukan perilaku yang tidak baik dan jauh dari perilaku yang bermoral. Berdasarkan observasi pada siswa SMA Negeri 2 Bangkinang dan siswa MAN Kampar, serta melakukan wawancara pada guru BK (bimbingan konseling) masing-masing sekolah, ditemukan bahwa ada siswa yang melakukan pelanggaran di lingkungan sekolah seperti dikemukakan oleh (guru BK di ruangan BK SMA 2 Bangkinang) yang mana kutipan wawancaranya sebagai berikut: Siswa MAN Kampar ada yang meremehkan dan berani melanggar aturanaturan sekolah karena mereka merasa sudah besar dan tidak mau diatur seperti anak kecil. Para siswa banyak yang melanggar tata tertib sekolah, seperti mencontek pada waktu ujian, mencoret dan merusak sarana prasarana sekolah, pencurian, perkelahian antar siswa, merokok, meminum minuman kera,seks bebas. (Guru BK,25 November 2014). Selain itu, data dari Buku kegiatan konseling Siswa MAN Kampar TP 2012/2013, 30 siswa yang dipanggil karena melampaui poin seperti, kedapatan membawa rokok ke lingkungan sekolah dan kedapaatan sedang merokok di jalan, berbohong kepada guru dan bolos pada jam pelajaran, serta 12 serta menyimpan video porno di Hp. Peneliti juga melakukan wawancara kepada enam orang siswa MAN Kampar ketika jam istirahat yang mana salah satu petikan wawancaranya sebagai berikut: kenakalannya masih yang wajar aja sih bg,merokok, bolos, tapi ada juga yang berbohong, bawa hp ke sekolah, terus nonton video porno di kelas, itu aja sih bg, tapi kalau untuk narkoba setau saya gak ada bg (Mk 27 November 2014)

7 Sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada empat orang siswa SMAN 2 Bangkinang yang mana pada umumnya semua siswa melakukan prilaku menyontek ketika ujian berlangsung dan siswa maupun siswi juga sering melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib di sekolah, merokok di lingkungan sekolah dan siswi yang hamil di luar nikah (seks bebas). Dari hasil observasi dan wawancara didapat kesimpulan bahwa pelanggaran moral yang dilakukan oleh siswa yaitu penyimpangan terhadap ajaran ajaran agama seperti minum-minuman keras, pencurian, menonton video porno dan penyalahgunaan narkoba, seks bebas, menyontek saat ujian. Dari berbagai fenomena yang dapat dilihat, berbagai bentuk pelanggaran moral di lakukan oleh siswa di kedua sekolah, disini peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan perilaku moral antara anak SMA 2 Bangkinang dengan MAN Kampar yang sama-sama berada pada tingkat pendidikan yang sederajat namun yang membedakan dari ke dua sekolah ini adalah MAN Kampar sarat dengan mata pelajaran agama di bandingkan dengan SMA 2 Bangkinang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan perilaku moral siswa SMAN 2 Bangkinang dan MAN Kampar?

8 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perilaku moral siswa SMAN 2 Bangkinang dan siswa MAN Kampar. D. Keaslian Penelitian Peneliti perilaku moral pernah dilakukan dilakukan oleh: 1. Perilaku Moral Remaja Dari Keluarga Karier Ganda (Maharani,2013). 2. Perilaku Moral Dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum Dan Agama ( Azizah, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2014), Pada siswa MTS dan SMP menunjukkan Perilaku Moral Dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum Dan Agama terdapat perbedaan perilaku moral dan religiusitas yang signifikan yaitu siswa berlatar belakang umum memiliki perilaku moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berlatar belakang agama. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang perilaku moral, dan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, yang mana subjek penelitian Azizah adalah siswa MTS dan SMP sedangkan penelitian saya adalah siswa SMA dan MAN. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013) memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang perilaku moral dan perbedaannya terletak pada subjek penelitian yang mana penelitian saya subjeknya siswa SMA dan MAN sedangkan penelitian Maharani subjek penelitiannya remaja dari keluarga karir ganda.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama bidang Psikologi perkembangan dan pendidikan, dimana hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi yang memberikan informasi, khususnya bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian hal yang sama. 2. Manfaat Praktis Penelitian dibuat tentunya dengan maksud agar penelitian dapat berguna di kemudian hari bagi pentingnya perilaku moral. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para orang tua, staff pendidik, pemerhati remaja, dan konselor mengenai perilaku moral remaja. Agar kedepannya dapat melakukan intervensi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sehubungan dengan masalah pada perilaku moral remaja. Melalui penelitian ini juga diharapkan pada remaja, terutama remaja madya, untuk dapat menyesuaikan diri secara social dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik agar dapat meminimalisir gangguan perilaku moral.