II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan sosial

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Terminologi Retribusi Daerah. Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

DAFTAR ISI. Elita Dewi: Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, 2002 USU Repository 2006

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang tidak perlu, mendorong kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam mengejar kesejahteraan, walau dalam

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB III TINJAUAN TEORITIS. pemungutan itu adalah suatu perbuatan hal, cara atau proses dalam memungut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Pemerintah Daerah. terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang No.32 tahun 2004 menyatakan

I. PENDAHULUAN. sekaligus mendukung terciptanya suatu tujuan nasional. Pembangunan nasional. rakyat serta kemakmuran yang adil dan merata bagi publik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan pada dasarnya adalah serangkaian proses kegiatan dari program-program

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memiliki sumbangsih paling potensial. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

manajemen sebagai suatu seni (suatu art) dan sebagi suatu ilmu. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

Transkripsi:

12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sistem administrasi keuangan daerah di Indonesia ditandai dengan dua pendekatan, yaitu dekonsentarsi dan desentralisasi. Dekonsentrasi adalah administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh perangkat Pemerintah daerah pusat. Desentralisasi adalah fungsi pemerintahan tertentu yang diserahkan kepada Pemerintah daerah yang mencakup lembaga perwakilan yang dipilih (Nick Devas, 1989:1). Hal-hal yang mendasar dalam pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah upaya untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat, serta pengembangan peran dan fungsi DPRD. Pada saat ini, daerah sudah diberi kewenangan yang bulat dan utuh untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Momentum otonomi daerah saat ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh Pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pembangunan daerah. Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

13 Pemerintah Daerah. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. 2. Pelaksanaan otonomi daerah dilaksanakan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. 3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedangkan otonomi daerah Provinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. 5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administratif. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumbersumber keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaran- pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah daerah, yang berhubungan dengan tugas penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Menurut Guritno Mangkoesoebroto (2004), teori penerimaan dan

14 pengeluaran pemerintah dijadikan dasar sebagai teori keuangan daerah, yang menyebutkan bahwa penerimaan pemerintah berasal dari berbagai sumber penerimaan, yaitu penerimaan pemerintah yang bersumber dari pajak dan penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah baik pinjaman Dalam Negeri maupun Luar Negeri, penerimaan dari Badan Usaha Milik Pemerintah, penerimaan dari lelang dan sebagainya. Keuangan daerah harus dilaksanakan dengan pembukuan yang terang, rapi, dan pengurusan keuangan daerah harus dilaksanakan secara sehat termasuk sistem administrasinya. Menurut Musgrave, terdapat tiga fungsi utama dari pemerintah yaitu : 1. Fungsi Alokasi adalah peran pemerintah untuk mengusahakan agar pengalokasiaan sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara optimal. 2. Fungsi Distribusi adalah peran pemerintah untuk mengusahakan pemerataan distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan. 3. Fungsi Stabilitas adalah peran pemerintah dalam menyelaraskan kebijaksanaan yang ada. Dengan demikian, diharapkan daerah menyusun dan menetapkan APBD nya sendiri (Azhari, 2002) Kondisi keuangan suatu daerah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Keuangan daerah mempunyai arti yang penting dalam rangka pelaksanaan

15 pemerintahan kemasyarakatan didaerah, oleh karena itu keuangan daerah adalah kemampuan daerah untuk mengelola, mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevalusai berbagai sumber keuangan dengan kewenangan dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan didaerah yang diwujudkan dalam bentuk APBN. Masalah besar keuangan daerah terkait erat dengan ekonomi daerah, terutama menyangkut tentang pengelolaan keuangan suatu daerah, tentang bagaimana sumber penerimaan digali dan didistribusikan oleh pemerintah daerah (Devas, 1995). Parameter keberhasilan perkembangan daerah terefleksikan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai pembangunan daerah. Potensi dana pembanguan yang paling besar dan lestari adalah bersumber dari masyarakat sendiri yang dihimpun dari pajak dan retribusi daerah (Basri, 2003). Peningkatan peran atau porsi PAD terhadap APBD tanpa membebani masyarakat dan investor merupakan salah satu indikasi keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah, yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah daerah mengelola keuangan daerah secara efisien dan efektif (Saragih, 2003).

16 B. Keuangan Daerah Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumbersumber keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaranpengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah daerah, yang berhubungan dengan tugas penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Konsekuensi dari pemberian kewenangan atas otonomi daerah, maka pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ditegaskan: 1. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan kenangan antara pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah. 2. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah kewenangan keuangan yang melekat pads setiap sistem pemerintahan menjadi kewenangan daerah. Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber keuangan daerah dapat berasal dari:

17 1. Pendapatan Asli Daerah, Yaitu a.hasil pajak daerah b.hasil retribusi daerah c.hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah 2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman daerah 4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah Karena tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah maka kepada daerah diwajibkan untuk mengganti sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber sumber keuangan yang berasal dari daerah dikelola tanpa membebani pemerintah pusat terutama yang merupakan komponen-komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1986:53), sumber-sumber keuangan daerah meliputi: 1. Dari pendapatan daerah melalui pajak yang sepenuhnya diserahkan kepada daerah 2. Penerimaan dari jasa pelayanan daerah, seperti tarif perizinan dan lainlain. 3. Pendapatan daerah yang diperolah dari laba perusahaan daerah yaitu perusahaan yang mendapatkan modalnya sebagian atau seluruhnya dari

18 kekayaan daerah. 4. Penerimaan dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah tentang hal ini masing-masing daerah berbeda persentase penerimaannya. 5. Pendapatan daerah karena pemberian subsidi secara langsung atau penggunaannya ditentukan untuk daerah tersebut, seperti pelaksanaan instruksi presiden. 6. Pemberian bantuan dari pemerintah pusat yaitu yang bersifat khusus karena keadaan-keadaan tertentu. 7. Penerimaan daerah yang didapat dari pinjaman-pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah. Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendiriya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup baik pula. Dalam hat ini daerah dapat memperoleh melalui beberapa cara yaitu : 1. Dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh pemerintah pusat. 2. Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga. 3. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut oleh daerah. 4. Menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah pusat (Josef Riwu Kaho, 1991:125).

19 C. Sumber - Sumber Pendapatan Daerah Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang digali murni dari masing masing daerah, sebagai sumber keuangan daerah yang digunakan untuk membiayai pengadaan pembelian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembangunan daerah yang tercermin dalam anggaran pembangunan. Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 pasal 5 penerimaan daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas: A. Pendapatan Asti Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui usaha penggalian sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh daerah. PAD merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. PAD terdiri dari: a. Pajak Daerah Pajak daerah sebagai sumber penerimaan yang juga menjadi kebijakan untuk mengatur kegiatan perencanaan. Pemerintah memiliki wewenang untuk mengenakan pajak

20 atas penduduk setempat untuk membiayai pelayanan masyarakat. b. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan harga dari suatu layanan langsung dari pemerintah daerah. Kebijakan memungut bayaran untuk barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah berpangkal pada pengertian ekonomi, seseorang bebas menentukan besarnya layanan yang diinginkannya. c. Hasil Perusahaan Milik Daerah Yang Dipisahkan Hasil perusahaan milik daerah ini maksudnya adalah laba perusahaan yang diharapkan sebagai sumber pemasukan bagi daerah. Pengelolaan perusahaan daerah haruslah bersifat profesional dan harus berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yaitu efisiensi. Perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial adalah memberikan jasa dan kemanfaatan umum, dan fungsi ekonomi yaitu dengan mendapatkan laba atau keuntungan dari fungsi sosial. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain PAD yang sah antara lain adalah hasil penjualan aset tetap daerah dan jasa, giro.

21 B. Dana Perimbangan. Dana perimbangan ini adalah pembagian sumber penerimaan untuk menutupi pengeluaran akibat adanya kegiatan pembangunan. Pembagian dalam hal ini adalah pembagian antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tujuannya adalah untuk mencapai perimbangan. C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan yang sah antara lain adalah hibah atau penerimaan dari daerah Provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya, dan penerimaan ini yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah, daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan pada peraturan serta perundang undangan yang berlaku. Sumber keuangan yang berasal dari daerah dikelola tanpa membebani pemerintah pusat terutama yang merupakan komponen-komponen Pendapatan Asli Daerah. Adapun usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan Pendapatan Asi Daerah adalah: a. Intensifikasi Intensifikasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi, kabupaten/kota dalam

22 meningkatkan PAD dengan memperhatikan beberapa segi, yaitu: perubahan tarif pajak atau retribusi daerah, dan peningkatan pengelolaan PAD. b. Ekstensifikasi Ekstensifikasi merupakan suatu kebijaksanaan yang dilakukan oleh daerah kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan PAD melalui penciptaan sumber-sumber PAD. D. Rebibusi Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat potensial bagi peningkatan pendapatan daerah berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa perpajakan merupakan salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga menjelaskan bahwa tindakan yang menempatkan beban kepada masyarakat, seperti pajak dan lain-lain, harus ditetapkan dengan Undang- Undang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pajak daerah dan retribusi daerah juga harus ditetapkan dengan Undang-Undang. Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat, pemungutan iuran retribusi yang harus dibayar oleh penerima manfaat harus sama dengan nilai dari manfaat yang diterimanya.

23 Pengertian retribusi daerah sesuai dengan PP No. 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan kewenangan masingmasing daerah sebagairnana diatur dengan perundang-undangan yang berlaku. Retribusi dikelompokkan menjadi tiga macam sesuai dengan objeknya, yaitu: Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Adapun jenis-jenis retribusi jasa umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil. d. Retribusi Pelayanan pemakaman dan penguburan Mayat. e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. f. Retribusi Pelayanan Pasar. g. Retribusi Pengujian Kendaran Bermotor. h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran. i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta. j. Retribusi pengujian Kapal Perikanan.

24 2. Retribusi Jam Usaha Daerah adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pernerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis-jenis Jasa Usaha daerah adalah sebagai berikut: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan. c. Retribusi Tempat Pelelangan. d. Retribusi Terminal. e. Retribusi Tempat Khusus Parkir. f. Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan g. Retribusi Penyedotan Kakus h. Retribusi Rumah Potong Hewan. i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal. j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair. 3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintahan daerah dalam rangka memberikan Izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

25 Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. c. Retribusi Izin Gangguan. d. Retribusi Izin Trayek. E. Pengertian dan Peranan Retribusi Daerah Sebagai Sumber Penerimaan Daerah. Salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil retribusi daerah. Untuk mendapatkan sumber penerimaan keuangan dari retribusi perlu ditingkatkan kemampuan untuk menggali potensi-potensi yang ada agar dapat menunjang penyelenggaraan pemerintahan di.daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,pajak daerah adalah iuran wajib yang hares diberikan oleh wajib pajak atas jasa atau pemberian Izin oleh daerah,dan retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut Josef Riwu Kaho (1991:117), dan retribusi daerah adatah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh

26 jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan daerah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemakaian atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh pemerintahan daerah. Ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah : 1. Retribusi dipungut oleh negara. 2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis. 3. Adanya kontraprestasi yang secara langsung. 4. Retribusi dikenakan pasta setiap orang atau badan yang menggunakan atau mengenakan jasa-jasa yang disiapkan negara (Josef RAvu Kaho, 1991:152). Secara umum retribusi mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu sebagai pengisi kas dan sebagai pengatur. sebagai alat anggaran (budgetary) retribusi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah, terutama kegiatan-kegiatan rutin. Sedangkan retribusi dalam fungsiya sebagai pengatur (regulatory) dimaksudkan terutama untuk mengatur perekonomian guna menuju pada pertumbuhan ekonomi yang lebih

27 cepat, mengadakan redistribusi pendapatan, serta stabilisasi ekonomi (Suparmoko, 1986:96). F. Peranan Subsektor Perkebunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung. Provinsi Lampung sebagai salah satu Provinsi besar di Sumatera dan memiliki mobilisasi penduduk yang tinggi. Dalam hal ini pemerintah Provinsi Lampung melihat sektor pertanian khususnya Subsektor perkebunan sangatlah potensial sebagai salah satu sektor yang memberikan pemasukan terhadap pendapatan asli daerah. Pertumbuhan Subsektor perkebunan yang sangat pesat di Provinsi Lampung merupakan salah satu alasan mengapa Subsektor perkebunan begitu diperhatikan dikarenakan sebagian besar penduduk di Provinsi Lampung mengandalkan pertanian dan perkebunan sebagai salah satu mata pencarian utama. Dengan potensi yang begitu besar yang dimiliki oleh Subsektor perkebunan di Provinsi Lampung maka Subsektor perkebunan juga memberikan kontribusi yang cukup berarti pula terhadap Penerimaan Daerah Provinsi Lampung, yaitu dengan dikenakannya pajak daerah dan retribusi di sektor pertanian dan subsector perkebunan.