KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

TINJAUAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI ROYALTY RAHASIA DAGANG DALAM PERJANJIAN WARALABA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

Definisi Waralaba ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. waralaba pada akhir-akhir ini semakin merebak. Minat masyarakat atau

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

Keywords: Wanprestasi, Wara Laba, Lapis Legit Nyidam Sari

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

TANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART. Naskah Publikasi Skripsi

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

Kewirausahaan, Etika dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha global akan mempengaruhi kegiatan. perekonomian di Indonesia dan merupakan salah satu aspek yang harus

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

STRATEGI UNTUK BERWARALABA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi sekarang ini, kemajuan di berbagai bidang berkembang dengan pesat. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak bisa dihindari. Kehadiran Indonesia dalam peta ekonomi dunia,

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

PERLINDUNGAN HUKUM HAKI DALAM PERJANJIAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperluas jaringan usaha secara cepat, Sistem franchise dianggap

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP PERJANJIAN FRANCHISE DI INDONESIA 1 Oleh : Christie Pertiwi Mopeng 2

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak

BABI. Seiring dengan globalisasi dan pasar bebas, dunia pemasaran secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. Sebagai dampak era globalisasi yang melanda di berbagai bidang,

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA INTERNASIONAL DI INDONESIA PADA PT. FASTFOOD INDONESIA TBK. SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

Transkripsi:

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA Oleh: Selamat Widodo Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto E-mail: swidodo.sh@gmail.com Abstrak Waralaba didasarkan pada suatu perjanjian yang disebut perjanjian waralaba. Bentuk perjanjian waralaba ini melibatkan minimal dua pihak yaitu Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba. Hubungan antara Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba merupakan suatu hubungan timbal balik sehingga harus ada keseimbangan hak dan kewajiban antara Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba. Waralaba yang baru dikenal di akhir tahun 1990 di Indonesia sehingga harus dipahami dengan jelas karateristik yurudis perjanjiannya untuk memberikan kepastian ataupun perlindungan hukum bagi kedua belah pihak. Kata kunci: Waralaba, karakteristik yuridis, perjanjian. A. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dewasa ini, pertumbuhan ekonomi terasa semakin meningkat dan kompleks, termasuk pula didalamnya mengenai bentuk kerjasama bisnis. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin meningkatnya usahausaha baru di Indonesia sebagai dampak era globalisasi tersebut. Dalam bidang perdagangan dan jasa, salah satu usaha yang berkembang saat ini adalah usaha waralaba. Waralaba adalah suatu sistem usaha yang sudah khas atau memiliki ciri mengenai bisnis di bidang perdagangan atau jasa, berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan (logo, desain, merek, bahkan termasuk pakaian dan penampilan karyawan perusahaan), rencana pemasaran dan bantuan operasional. 1 Bisnis waralaba memang berkembang cukup pesat di Indonesia. Industri waralaba di Indonesia secara signifikan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Didominasi oleh perusahaan kecil dan menengah, pada tahun 2009, omset tahunan bahasa Indonesia waralaba mencapai US $ 9,5 miliar dan jumlah 1 Rooseno Hardjowidigdo, Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchise, Makalah Pertemuan Ilmiah Tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi 14-16 Des 1993, BPHN, Jakarta, hlm. 5.

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 16 No. 1 Januari 2016 ISSN 1411-9781 ini terus meningkat hingga saat ini. Penelitian terbaru telah diperkirakan omset tahunan melebihi US $ 10 miliar pada akhir 2010. Penelitian ini juga mencatat dominasi waralaba dalam negeri atas distribusi waralaba asing. 2 Data lain menyebutkan bahwa pertumbuhan waralaba di Indonesia lima tahun terakhir, yaitu tahun 2005 franchise asing sebanyak 237 dan lokal 129, tahun 2006 asing 220 dan lokal 230, tahun 2007 asing 250 dan lokal 450, tahun 2008 asing 255 dan lokal 600, dan terakhir tahun 2009 asing 260 dan lokal 750. 3 Franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralaba (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). 4 Waralaba didasarkan pada suatu perjanjian yang disebut perjanjian waralaba. Bentuk perjanjian waralaba ini paling tidak melibatkan dua pihak. Pihak pertama disebut Pemberi Waralaba yaitu sebagai pemilik produk, jasa, atau sistem operasi yang khas dengan merek tertentu yang biasanya telah dipatenkan. Pihak kedua, Penerima Waralaba sebagai perorangan dan/atau pengusaha yang menjalankan usaha dengan menggunakan nama dagang, logo, desain, merek milik Pemberi Waralaba dengan memberi royalti kepada Pemberi Waralaba. Hubungan hukum antara Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba juga diatur dalam kontrak yang berwujud ke dalam hak dan kewajiban para pihak. Hal ini berarti, adanya keterkaitan antara para pihak untuk mematuhi isi dari perjanjian yang apabila dilanggar dapat menimbulkan akibat hukum sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian waralaba. Hubungan antara Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba merupakan suatu hubungan timbal balik. Di satu sisi, Penerima Waralaba memberi bantuan kepada Pemberi Waralaba dan di sisi lain Penerima Waralaba memberi keuntungan/royalti kepada Pemberi Waralaba sehingga keduanya saling bekerjasama dalam meningkatkan pemasaran produknya di tengah masyarakat melalui tata cara yang telah ditentukan oleh Pemberi Waralaba. Dengan bantuan 2 3 4 Sigit Ardianto dan Ibrahim Senen, 2007, Waralaba Internasional, Edisi Khusus Cly, DNC Law Firm, Jakarta. Agus Nuramin, 2010, Pengantar Bisnis Part. 3 (Franchising/Waralaba), www.agusnuramin sblog.blogspot.com. Ibid. 65

jasa. 7 Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba Widodo, Karakteristik Yuridis Perjanjian... modal dari Penerima Waralaba yang juga ikut menanggung resiko, dan mempunyai dedikasi tinggi, maka pertumbuhan perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan ringan. 5 Jadi, keseimbangan hak dan kewajiban antara pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba harus diwujudkan di dalam perjanjian waralaba guna memberikan kepastian ataupun perlindungan hukum bagi kedua belah pihak. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, diketahui bahwa waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis di mana pihak pertama yang disebut pemberi waralaba (franchisor) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima waralaba (franchisee) untuk mendistribusikan barang/jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (franchise agreement). 6 Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimana karaktertistik yuridis dari perjanjian waralaba? B. KARAKTERSTIK YURIDIS WARALABA Istilah waralaba berasal dari bahasa asing yaitu Inggris: Franchising; Prancis: Franchise, untuk kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur 5 6 7 Joseph Mancuso & Donald Boroian, 1995, Pedoman Membeli & Mengelola Franchise, PT. Delapratasa, Jakarta, hlm.17. http://www.smfranchise.com-/franchise/istilahwaralaba.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diunduh tanggal 15 Agustus 2011.

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 16 No. 1 Januari 2016 ISSN 1411-9781 dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. 8 Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. 9 Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. 10 Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union 11 serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan penjual. 12 Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. 13 Waralaba semakin berkembang pada tahun 1980-an ketika masuknya waralaba asing ke Indonesia, seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donald s, Burger King dan Wendy s. Waralaba lokal pun mulai berkembang pada masa itu dan tumbuh hingga kini mengalami kejayaan yang berawal dari sebuah pemikiran bahwa bisnis waralaba terbukti sukses memacu perekonomian di berbagai negara maju seperti Amerika, Inggris dan Perancis. Tidak hanya itu, bisnis waralaba juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup banyak bagi tenaga kerja. Pada saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1997, bisnis waralaba mengalami kemerosotan dikarenakan terpuruknya nilai rupiah sehingga banyak 8 Ibid. 9 http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/for-gol/franchising.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 10 http://paroki-teresa.tripod.com/tonikum_waralaba1.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 11 http://invention.smithsonian.org/resources/fa_wu_index.aspx#series2, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 12 http://findarticles.com/p/articles/mi_m0fjn/is_n8_v30/ai_18728418, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 13 http://www.smfranchise.com/franchise/artiwaralaba.html, diunduh tanggal 5 Agustus 2011. 67

Widodo, Karakteristik Yuridis Perjanjian... waralaba asing yang terpaksa menutup usahanya. Setelah krisis moneter mulai mereda, bisnis waralaba mulai tumbuh kembali dan pada saat itu bisnis waralaba lokal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Waralaba dapat berkembang dengan pesat karena metode pemasaran dan juga merupakan sarana pengembangan usaha ini digunakan oleh pelbagai jenis bidang usaha, mulai restoran, bisnis retail, salon rambut, photo, hotel, dealer mobil, dan sebagainya. 14 Salah satu contoh usaha waralaba yang berkembang di Indonesia adalah Kentucky Fried Chicken (KFC) yang berada di berbagai tempat, dan contoh usaha waralaba lokal yang sedang berkembang di Indonesia adalah Indomaret yang dapat dilihat dengan menyebarnya outlet-outletnya di berbagai tempat. Bisnis waralaba telah berkembang pesat di Indonesia, walaupun demikian sebelum tahun 1997 belum ada dasar hukum yang khusus mengatur mengenai waralaba. Sebelum adanya peraturan tersebut perjanjian waralaba yang dibuat oleh para pihak merupakan perjanjian tidak bernama sehingga perjanjian tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan tertulis saja yang mengacu pada asas kebebasan berkontrak yang tertuang dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang dinyatakan oleh undang-undang. Persetujuan tersebut haruslah dilaksanakan dengan itikad baik. Dengan demikian, perjanjian waralaba yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata ini dapat berkembang dalam kegiatan perdagangan, karena sistem yang dianut dalam KUH Perdata adalah sistem terbuka dan mengandung suatu asas kebebasan berkontrak. Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Pengertian tersebut mirip dengan apa yang dikemukakan oleh R. Subekti, yaitu suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 15 14 Peni Rinda Listyawati, Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Innomenaat dalam Pandangan Hukum Perdata, Jurnal Hukum Vol. XVII No. 2 Tahun 2006, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, hlm. 186. 15 R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 1.

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 16 No. 1 Januari 2016 ISSN 1411-9781 Menurut Abdulkadir Muhammad, Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 16 Di dalam Pasal 1319 KUH Perdata menyatakan semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu. Suatu perjanjian yang mempunyai nama khusus atau yang sering disebut dengan perjanjian bernama (nominaat) maksudnya adalah suatu perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam pakai, tukar menukar. Sementara perjanjian yang berada di luar KUH Perdata yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat seperti waralaba, leasing, joint venture, kontrak karya biasanya disebut dengan perjanjian tidak bernama (innominat). Secara bebas dan sederhana, waralaba didefinisikan sebagai hak istimewa (privilege) yang terjalin atau diberikan oleh pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee) dengan sejumlah kewajiban atau pembayaran. 17 Dalam format bisnis, pengertian waralaba adalah pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan (Pemberi Waralaba) memberi hak pada pihak independen atau Penerima Waralaba untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba. 18 Dari pengertian tersebut, maka terlihat bahwa perjanjian waralaba termasuk dalam perjanjian yang berada di luar KUH Perdata atau yang sering disebut dengan perjanjian innominat. Secara yuridis, usaha waralaba diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba yang telah dicabut dan digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 259/MPP/KEP/7/1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba yang telah diganti 16 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 78. 17 Heri Lumoindong, Waralaba dan Perkembangannya, http://www.parokiteresa.tripod.com/tonikum_waralaba, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 18 http://www.galeriukm.web.id/peluang-usaha, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 69

Widodo, Karakteristik Yuridis Perjanjian... dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba pada tanggal 21 Agustus 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, yang kemudian diganti oleh Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Peraturan Pemerintah tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba yang diganti dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-Dag/Per/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Menurut Adrian Sutendi, adanya peraturan tersebut memberikan kepastian usaha dan kepastian hukum bagi dunia usaha yang menjalankan waralaba. 19 Pengertian waralaba menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, menyebutkan bahwa: Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Perdagangan dengan menggunakan konsep waralaba dibangun atas dasar perjanjian, yaitu antara Pemberi Waralaba sebagai pemberi hak dan Penerima Waralaba sebagai penerima hak. Perjanjian waralaba selain berkaitan dengan Pasal 1319 KUH Perdata, dan berkaitan pula dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian dan Pasal 1338 KUH Perdata mengenai asas kebebasan berkontrak yang menyatakan bahwa setiap orang bebas untuk membuat perjanjian dan bebas menentukan isi suatu perjanjian asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Hal ini berarti, KUH Perdata memberikan kebebasan kepada para pihak yang mengadakan perjanjian untuk menentukan isi perjanjian dengan syarat tidak bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum. Di dalam suatu perjanjian terdapat hubungan-hubungan yang terjalin antara para pihak. Hubungan ini tidak timbul dengan sendirinya. Hubungan hukum itu tercipta dari tindakan hukum yang menimbulkan hubungan hukum dan melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Satu pihak berhak memperoleh prestasi 19 Adrian Sutendi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 22.

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 16 No. 1 Januari 2016 ISSN 1411-9781 sedangkan pihak yang lain berkewajiban memenuhi prestasi. 20 Sedangkan mengenai pelaksanaan suatu perjanjian, dapat terjadi suatu perselisihan antara para pihak yang disebabkan oleh adanya pihak yang tidak memenuhi prestasi. Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. 21 Menurut Pasal 1234 KUH Perdata adalah memberi sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu maka, apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi maka ia dinyatakan wanprestasi. Seperti yang dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad, wanprestasi ialah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. 22 Jika terjadi wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat memberikan sommatie (teguran) kepada pihak yang telah wanprestasi. Sommasi berarti peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan teguran/pernyataan kelalaian yang telah disampaikan kreditur kepadanya. 23 Penyelesaian perselisihan di Indonesia biasanya, dilakukan dengan musyawarah/mufakat sebagai kultur orang Timur. 24 Bila suatu perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah/mufakat, maka para pihak menyerahkan perkaranya kepada lembaga peradilan, dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri sebagai pengadilan tingkat pertama. Selain penyelesaian melalui lembaga peradilan, dapat juga diselesaikan di luar pengadilan melalui Alternative Dispute Resolution dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli yang dilakukan secara damai atau dapat pula diselesaikan melalui badan arbitrase. C. SIMPULAN Pengertian waralaba menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan 20 M.Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, hlm. 7. 21 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 201. 22 Ibid, hlm. 203. 23 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 62. 24 H.R. Daeng Naja, 2009, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm.105. 71

Widodo, Karakteristik Yuridis Perjanjian... dapat dimanfatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Sedangkan karakteristik yuridis perjanjian waralaba adalah bahwa perjanjian waralaba termasuk dalam perjanjian yang berada di luar KUH Perdata atau yang sering disebut dengan perjanjian innominat karena KUH Perdata adalah sistem terbuka dan mengandung suatu asas kebebasan berkontrak. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian waralaba serta penyelesaian perselisihan yang timbul akibat pelaksanaan isi perjanjian waralaba tetap mengacu kepada KUH Perdata. DAFTAR PUSTAKA BUKU Harahap, M.Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT.Alumni, Bandung. Hardjowidigdo, Rooseno, Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchise, Makalah Pertemuan Ilmiah tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi 14-16 Des 1993, BPHN, Jakarta. Mancuso, Joseph dan Boroian, Donald, 1995, Pedoman Membeli & Mengelola Franchise, PT. Delapratasa, Jakarta. Muhammad, Abdulkadir, 1990, Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung., Hukum Perdata Indonesia, 1990, Citra Aditya Bakti, Bandung. Naja, H.R. Daeng, 2009, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. Subekti, R., 1987, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta. Sutendi, Adrian, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Bogor. JURNAL Listyawati, Peni Rinda, Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Innomenaat dalam Pandangan Hukum Perdata, Jurnal Hukum Vol. XVII No. 2 Tahun 2006, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung. INTERNET Ardianto, Sigit dan Senen, Ibrahim, 2007, Waralaba Internasional, Edisi Khusus Cly, DNC Law Firm, Jakarta, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. Lumoindong, Heri, Waralaba dan Perkembangannya, http://www.parokiteresa.tripod.com/tonikum_waralaba, diunduh tanggal 15 Agustus 2011.

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 16 No. 1 Januari 2016 ISSN 1411-9781 Nuramin, Agus, Pengantar Bisnis Part. 3 (Franchising/Waralaba), www.agusnuramin sblog.blogspot.com, 15 Oktober 2010. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diunduh tanggal 15 Agustus 2011.http://www.smfranchise.com-/franchise/istilahwaralaba.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/for-gol/franchising.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. http://paroki-teresa.tripod.com/tonikum_waralaba1.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. http://invention.smithsonian.org/resources/fa_wu_index.aspx#series2, tanggal 15 Agustus 2011. http://findarticles.com/p/articles/mi_m0fjn/is_n8_v30/ai_18728418, tanggal 15 Agustus 2011. diunduh diunduh http://www.smfranchise.com/franchise/artiwaralaba.html, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. http://www.galeriukm.web.id/peluang-usaha, diunduh tanggal 15 Agustus 2011. 73