I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

Pengecualian Dalam UU No.5/1999. Pasal 50 & Pasal 51

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau yang dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perjanjian Waralaba My Bento dan Home Video

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

KEPUTUSAN KOMISI NO. 57/2009. Tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba di Indonesia kini semakin berkembang. mengembangkan jaringan bisnis dengan tidak menghilangkan karakter

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dijaman yang berkembang pesat ini sudah banyak restaurant cepat fastfood

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Promosi yang merupakan langkah dari perusahaan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam. saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Kotler, 2009 : 6 ).

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang memiliki model bisnis waralaba (franchise). Menurut Karamoy berpendapat lain dan menyatakan bahwa: Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. Pengusaha dapat melihat hal ini sebagai prospek dalam berbisnis, sesuai dengan adanya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. waralaba pada akhir-akhir ini semakin merebak. Minat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang berorientasi pada kesenangan. Selain itu, kesibukan masyarakat di kota-kota

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat saji yang bermerek asing, seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken. banyak membidik target pasarnya kalangan keluarga.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba dengan waktu. Maka dari itu orang-orang pun menyukai segala

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISKUSI PUBLIC NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang. Perbankan (UU Perbankan) disebutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap manusia. Pada umumnya kebutuhan makan dilakukan di rumah,

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ketentuan dan Praktik Royalti dalam Hak Kekayaan Intelektual DWI ANITA DARUHERDANI, SH., LL.M. SEKRETARIS JENDERAL ASOSIASI KONSULTAN HKI INDONESIA

MENETAPKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. banyak aspek yang perlu menjadi pusat perhatian setiap perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. tahun selalu menjadi sorotan tajam oleh seluruh masyarakat selaku konsumen. Hal

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah dapat berkembang maka secara tidak langsung dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

OPTIMALISASI PERJANJIAN LISENSI PATEN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL. Oleh : Thoyyibah B. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini terlihat semakin banyaknya pelaku usaha yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha saat ini adalah jenis usaha dengan sistem bisnis waralaba. Waralaba merupakan hak khusus yang dimiliki oleh pihak tertentu terhadap ciri khas usaha dalam rangka memasarkan produknya yang telah terbukti berhasil dan dapat digunakan pihak lain berdasarkan perjanjian. Sistem bisnis ini dianggap lebih menguntungkan dibandingkan mendirikan usaha sendiri dengan nama baru. Beberapa contoh waralaba antara lain Kentucky Fried Chicken (KFC) dan Mc Donald s pada makanan cepat saji, pada usaha ritel seperti Indomaret, Alfamart, dan lain-lain. Usaha waralaba sangat mudah berkembang karena secara ekonomis saling menguntungkan baik bagi penerima waralaba maupun pemberi waralaba. Bagi penerima waralaba tidak akan kesulitan mempromosikan usahanya, hal ini dikarenakan bisnis waralaba adalah bisnis yang sudah memiliki produk yang telah teruji dan terbukti standar mutunya di masyarakat, sehingga masyarakat sudah sangat mengetahui kualitas produknya. Keuntungan lainnya bagi penerima

2 waralaba ialah diberikannya bantuan manegerial secara berkala dalam hal pemilihan lokasi bisnis, disain fasilitas, prosedur operasi, dan pemasaran dari pihak pemberi waralaba. Bagi pemberi waralaba keuntungan yang diperoleh adalah biaya pengawasan serta kontrol yang menjadi lebih kecil dan perluasan usaha dapat dilakukan secara cepat dan seksama dengan biaya yang relatif lebih kecil daripada membuka cabang baru. Bisnis dengan sistem waralaba tidak hanya memberikan manfaat bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba saja, masyarakat dalam hal ini juga dapat merasakan dampak positif yang diberikan dari sistem bisnis waralaba ini yaitu dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga membuka peluang untuk bekerja bagi masyarakat. Pemerintah juga ikut terbantu dengan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia atau dengan kata lain ikut serta dalam mensukseskan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena sistem bisnis waralaba begitu menarik dan menguntungkan, pemerintah memandang perlu mengatur bisnis tersebut. Pemerintah dalam rangka menciptakan tertib usaha pada bisnis waralaba menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Seiring dengan kemajuan bisnis waralaba, dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997.

3 Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dengan memperhatikan hukum Indonesia. 1 Berdasarkan PP No. 42 Tahun 2007 perjanjian waralaba paling sedikit memuat mengenai 2 : 1. Nama dan alamat para pihak; 2. Jenis Hak Kekayaan Intelektual; 3. Kegiatan usaha; 4. hak dan kewajiban para pihak; 5. bantuan fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba; 6. wilayah usaha; 7. tata cara pembayaran imbalan; 8. kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris; 9. penyelesaian sengketa;dan 10. tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian; Pada perjanjian waralaba, pemberi waralaba menyerahkan semua sistem usaha waralabanya kepada penerima waralaba, yang salah satunya mencakup perjanjian lisensi yang merupakan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI). HKI berdasarkan Undang-undang HKI adalah hak eksklusif yang bersifat monopoli, sedangkan monopoli berdasarkan Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat (selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1999) merupakan sesuatu yang dilarang, akan tetapi karena pada perjanjian waralaba terdapat HKI yang merupakan hak eksklusif, maka UU No. 5 Tahun 1999 memberikan pengecualian untuk tidak memberlakukan ketentuannya terhadap perjanjian yang berkaitan dengan waralaba. 1 Pasal 4 PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba 2 Pasal 3 PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

4 Pengecualian terhadap perjanjian yang berkaitan dengan waralaba diatur dalam Pasal 50 huruf b UU No. 5 Tahun 1999. 3 Pasal 50 huruf b menjelaskan bahwa semua perjanjian yang berkaitan dengan waralaba dikecualikan terhadap Undangundang No. 5 Tahun 1999. Namun dalam praktek ternyata terdapat perjanjian yang berkaitan dengan waralaba yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Keadaan yang demikian tentunya tidak termasuk dalam katagori perjanjian waralaba yang dikecualikan, karena perjanjian yang dikecualikan adalah perjanjian yang mengatur sistem bisnis waralaba dan pengalihan hak lisensi dari pemberi waralaba kepaga penerima waralaba. Sedangkan mengenai perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, walaupun berkaitan dengan waralaba tidak dikecualikan. 4 Berdasarkan hal tersebut KPPU sebagai Lembaga pengawas persaingan usaha merasa perlu untuk mengeluarkan suatu keputusan mengenai pedoman pelaksanaan ketentuan Pasal 50 huruf b tentang pengecualian penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap perjanjian yang berkaitan dengan waralaba. Keputusan ini dikeluarkan tanggal 12 Maret 2009 dengan No. Putusan 57/KPPU/Kep/III/2009 (selanjutnya disebut keputusan KPPU No. 57 Tahun 2009). Keputusan mengenai pedoman pelaksanaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pelaku usaha dan pihak-pihak yang berkepentingan mengenai ketentuan Pasal 50 huruf b, 3 Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, disain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba. 4 Keputusan KPPU No. 57 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 50 huruf b tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba, hlm 2.

5 sehingga berhati-hati dalam merumuskan suatu perjanjian yang berkaitan dengan waralaba yang dibuatnya, agar tidak mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Untuk melihat penerapan perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999, maka penulis merujuk pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video sebagai objek penelitian. My Bento merupakan restoran makanan Jepang yang hadir guna menjawab permintaan pasar akan adanya sebuah layanan yang memungkinkan konsumen dapat menikmati hidangan Jepang dengan cita rasa tinggi, dengan harga terjangkau dan 100% halal, karena manajemen berkomitmen dan memastikan bahwa bahan baku yang dipergunakan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan sistem usaha yang telah di bangun dan dikembangkan lebih dari 2 tahun terakhir, memungkinkan patner/para calon patner usaha dengan mudah dapat mempelajari serta menduplikasikan sistem yang ada tanpa perlu membangun lagi, sehingga para calon patner dapat lebih mudah mengembangkan usahanya tanpa perlu memiliki pengalaman tertentu. Gerai My Bento yang semakin berkembang tidak hanya mencakup kota-kota besar di Indonesia, tetapi juga kota-kota lainnya, termasuk Lampung. Home Video sebagai penyewaan VCD dalam perluasan usahanya juga menggunakan sistem bisnis waralaba. Hal ini Melihat keberhasilan yang telah tercapai degan semakin banyaknya penyewa VCD di Home Video, maka pada tahun 2003 Home Video mulai membuka kesempatan kerjasama bagi pelaku usaha yang ingin membuka outlet penyewaan VCD Home Video di daerahnya.

6 Berdasarkan uraian di atas dan dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang melakukan perluasan usaha dengan cara waralaba, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 dan penerapan perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Perjanjian Waralaba Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video). B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999. 2. Bagaimanakah penerapan perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video. 2. Ruang Lingkup Lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup pembahasan dan bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 dan penerapan perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video. Sedangkan bidang ilmu adalah Hukum Perdata Ekonomi yaitu Hukum Persaingan Usaha yang berpedoman pada

7 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi lengkap, rinci, jelas dan sistematis mengenai: 1. Kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999. 2. Penerapan perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 pada perjanjian waralaba My Bento dan Home Video. 2. Kegunaan a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang hukum ekonomi pada jurusan hukum perdata ekonomi tentang kriteria perjanjian waralaba sebagai bentuk persaingan usaha sehat. b Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang hukum ekonomi mengenai kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999.

8 2. Sebagai sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta bahan kajian lebih lanjut bagi yang memerlukannya mengenai kriteria perjanjian waralaba berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999. 3. Penelitian ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.