Abstrak. Kata Kunci: adversity quotient, adversity response profile, siswa climber, proses berpikir, pemecahan masalah matematika.

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BERPIKIR SISWA QUITTER DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 dengan tujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan Adversity

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SISWA KELAS VIII SMPN MODEL TERPADU MADANI PALU DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

IDENTIFIKASI BERPIKIR LOGIS MAHASISWA TIPE CLIMBER DAN QUITTER DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. FKIP, Universitas PGRI Madiun

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 GORONTALO JURNAL OLEH

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA AVRIABEL.

Proses Berpikir Peserta didik kelas VII MTs Al-Muhajirin Waiheru Ambon Dalam Mengerjakan Soal Perkalian Bilangan Bulat

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN SISWA

Masfingatin dan Murtafi ah, Kemampuan Berpikir Logis Mahasiswa... 19

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN ( ABILITY OF PROBLEM SOLVING FROM DIFERENCES OF SEX )

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

HASIL ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI RELASI

JMEE Volume VI Nomor 2, Desember Anis Hanafiah 1, Riyadi 2, Imam Sujadi 3

BAB I PENDAHULUAN. Negara.Namun permasalahannya saat ini ialah banyak peserta didik yang kurang mencintai

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI KOMPOSISI FUNGSI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

ANALISIS CARA MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA

BAB II KAJIAN TEORI. dapat ditemukan cara mengatasi situasi tersebut. Menurut Billstein a problem

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

PROSES BERPIKIR SISWA QUITTER PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Surabaya, Pembimbing, Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd NIP LEMBAR PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI GAYA BERPIKIR MATEMATIKA SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA

JURNAL ERROR ANALYSIS OF STUDENTS IN RESOLVING PROBLEMS LOGARITHMS SMK KARTANEGARA KEDIRI TENTH GRADE ODD SEMESTER ACADEMIC YEAR 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS X.2 SMAN 1 SALIMPAUNG BERDASARKAN METODE KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TERBUKA BERBASIS POLYA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX SMP NEGERI 7 JEMBER

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

Pendahuluan. Wisas Yuan Isvina et al., Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan...

KEMAMPUAN SISWA TENTANG INTEGRASI MATEMATIKA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK SIDOARJO

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 2 PALU

IDENTIFIKASI KREATIVITAS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN DAN KEMAMPUAN PADA MATERI BILANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT TIPE CLIMBER

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BERASARKAN ANALISIS NEWMAN

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

ISSN: X 155 ASPEK HUMANISTIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT DAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB MAHASISWA (STUDI KASUS DI AMIK PGRI KEBUMEN)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

JURNAL VANELLA EKAPUTRI TUIYO NIM

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:43) analisis merupakan

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN OPEN ENDED

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BENTUK SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN PELUANG SMA TRIBHAKTI TANGGULANGIN KELAS XII IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 6 PADANG

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR ANALOGI MATEMATIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BUKATEJA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL LINGKARAN BERDASARKAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II KAJIAN TEORITIK

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving

PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Penguasaan Siswa Pada Materi Trigonometri Di MAN Darussalam Aceh Besar. Miksalmina 1

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY DI SMP MUHAMMADIYAH MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2016/ 2017

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI CREATIVE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS XI-IPA1 SMA NEGERI I IMOGIRI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA ARITMATIKA SOSIAL (ANALYSIS OF STUDENT ERRORS TO SOLVE NARATIVE QUESTIONS SOCIAL ARITMATHIC)

PROFIL PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TRIGONOMETRI DITINJAU DARI TINGKAT IQ

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENGERJAKAN SOAL MATERI LOGIKA MATEMATIKA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI BOJONEGORO

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

Transkripsi:

PROSES BERPIKIR SISWA CLIMBER DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (THE THINKING PROCESS OF STUDENTS CATEGORY CLIMBER TO SOLVE THE PROBLEM IN MATHEMATICS IN SENIOR HIGH SCHOOL) Istifadatul Muna (istifadatulmuna17@gmail.com) Lailatul Mubarokah Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses berpikir siswa climber dalam pemecahkan masalah matematika.penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di kelas XI IPA SMA Antartika Sidoarjo. Subjek penelitian terdiri dari dua siswa berkategori climber yang diperoleh dari analisis hasil tes ARP. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan instrumen pendukung yaitu ARP, tes tulis, dan pedoman wawancara. Data diperoleh dari hasil tes tulis dan wawancara. Untuk mengetahui keabsahan data, digunakan triangulasi waktu. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa kedua subjek berkategori climber memenuhi enam indikator, yaitu indikator M1, M2, M3, F1, L1, K1. Kata Kunci: adversity quotient, adversity response profile, siswa climber, proses berpikir, pemecahan masalah matematika Abstract The aim of this research is describing the think process of students climber in mathematics problem-solving. This research is a qualitative research that conducted in XI grade of sciencein Antartikasenior high school in Sidoarjo. The research subject consists of two students were categorized as climber who obtained by analysis of the results of the tests ARP. The main Instrument in this research is a researcher itself and the supporter instrument namely ARP, written test, and guidance interview. Data obtained from the result of written test and an interview. To know the validity data, usedtriangulation time. Results of research, explained that the two subjects were categorized as climber fulfill six indicators, namely indicator M1, M2, M3, F1, L1, K1. Key Words : adversity quotion, adversity response profiles, climber, thinking process, problem-solving mathematics 143

144 Pendahuluan Adversity Quotient merupakan kecerdasan untuk mengatasi kesulitan, penilaian yang mengukur bagaimana seseorang dapat menghadapi masalah untuk dapat memecahkan masalah. Adversity Quotient dalam dunia pendidikan dapat menunjukkan tingkat siswa yang terus berjuang, berhenti di tengah jalan atau yang mundur, para siswa yang gigih belajar dengan yang malas belajar, para siswa yang suka menggunakan cara-cara curang dan instan untuk meraih nilai yang tinggi dan memastikan nilai kelulusan yang tinggi dengan yang tidak kenal lelah melewati proses yang panjang dan terus bertahan. Walaupun nilai yang diperoleh jelek dan tidak lulus namun para siswa terus men-coba dan mencoba lagi. Seseorang dengan AQ yang tinggi akan lebih mudah mewujudkan cita-citanya dibandingkan dengan yang memiliki AQ rendah. Stolz (2000) mengelompokkan orang dalam tiga kategori berdasarkan AQ, pengelompokan ini dilihat dari bagaimana sikap individu tersebut dalam menghadapi setiap masalah dan tantangan. kelompok individu tersebut yaitu: Climber (AQ tinggi), Camper (AQ sedang), dan Quitter (AQ rendah). Dalam penelitian ini yang akan dibahas yaitu kelompok Climber. Climber merupakan kelompok orang yang berani menghadapi resiko dan menuntaskan masalah yang dihadapi serta yang berada di puncak. Climber merupakan kelompok yang memilih untuk terus berjuang menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang, baik itu berupa masalah, tantangan, ataupun hambatan. Kelompok ini memilih untuk terus berjuang tanpa memperdulikan latar belakang serta kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya dalam belajar matematika, seharusnya siswa tidak menyerah dalam memecahkan suatu masalah matematika. Tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang menyerah dalam proses belajar tersebut. Padahal hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai berhasil memecahkan soal matematika. Pemecahan masalah merupakan bagian dari pembelajaran matematika. Tetapi, masalah yang dihadapi siswa belum tentu sama dengan yang dihadapi siswa lain. Pertanyaan merupakan masalah bagi siswa pada suatu waktu, tetapi belum tentu menjadi masalah lagi bagi siswa tersebut apabila telah mengetahui cara menyelesaikannya. Suatu pernyaataan akan menjadi masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk

145 menemukan jawaban tersebut (Hudojo, 2001:162). Jadi sesuatu yang kita anggap sebagai masalah belum tentu merupakan masalah bagi orang lain. Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah yang spesifik. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan masalah, sehingga kita harus memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan mengecek kembali rencana penyelesaian yang telah digunakan. Proses berpikir siswa perlu mendapat perhatian oleh guru. Dengan mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika, guru dapat menentukan metode pengajaran yang tepat bagi siswa. Seringkali dalam pembelajaran matematika proses berpikir dalam memecahkan masalah diabaikan. Hasil akhir lebih sering dipakai untuk menentukan hasil belajar siswa. Seperti pada soal pilihan ganda, proses pemecahan masalah tidak mendapat perhatian. Padahal tujuan pembelajaran matematika menurut Ekawati (2011) yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Dengan demikian pengembangan kemampuan memecahkan masalah dan melatih cara berpikir sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika dan setiap guru perlu mengetahui proses berpikir siswa dalam pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah matematika terdapat rintangan-rintangan yang memerlukan tahap-tahap penyelesaian yang cukup panjang, sehingga tidak semua siswa dapat memecahkan masalah sesuai tahap-tahap penyelesaian, kecuali siswa yang memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan. Oleh karena itu dalam penelitian ini siswa climber dijadikan subjek penelitian. Penelitian ini membahas bagaimana proses berpikir siswa climber dalam pemecahan masalah matematika pada sekolah menengah atas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa climber dalam pemecahan masalah matematika pada sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa climber dalam pemecahan masalah matematika.

146 penelitian ini dilaksanakan di SMA Antartika Sidoarjo kelas XI IPA. Untuk memperoleh subjek berkategori climber, digunakan tes ARP (Adversity Response Profile). ARP merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat AQ seseorang. Tes ARP dilakukan di kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Dari hasil tes tersebut diperoleh tiga siswa berkategari climber. Dari tiga siswa berkategori climber, dipilih dua siswa sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dilakukan observasi ke sekolah, penyusunan instrument ARP, penyusunan instrume tes tulis, dan penyusunan pedoman wawancara. Pada kegiatan inti dilakukan pemberian instrument ARP, pemilihan dua subjek penelitian, pemberian masalah matematika, dan pelaksanaan wawancara. Serta pada kegiatan akhir dilakukan penyusunan laporan tentang proses berpikir siswa climber dalam pemecahan masalah matematika. Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri. Instrumen lainnya adalah tes ARP, tes tulis, dan pedoman wawancara. Kedua subjek penelitian, diberikan tes tulis sebanyak dua kali dengan masing-masing tes terdiri dari dua soal tentang sistem persamaan linear. Setelah mengerjakan tes tulis, dilakukan wawancara untuk mengetahui secara rinci bagaimana proses berpikir siswa climber dalam pemecahan masalah matematika. Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes ARP, tes tulis, dan wawancara. Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan triangulasi waktu. Triangulasi waktu digunakan untuk membandingkan jawaban tes dan wawancara pada waktu pertama dan waktu kedua dengan selang waktu satu minggu.teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan mengikuti konsep Milles dan Huberman. Hasil dan Pembahasan 1. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Memahami Masalah Dalam memahami masalah, kedua subjek dapat menuliskan dengan benar yang diketahui dan yang ditanyakan pada kedua tes pemecahan masalah tersebut. Misalkan pada soal no 1 pada tes 1, AN dapat menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan dari masalah dalam model matematika, yaitu: x + y + z = 22 sebagai

147 persamaan pertama, 2x = y + 2 sebagai persamaan kedua, dan 2 x + y = z 1 sebagai persamaan ketiga serta yang ditanyakan adalah x, y dan z. Kedua subjek dapat mengintegrasikan langsung persepsi sehingga dengan mudah dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada kedua tes tersebut. Kedua subjek juga dapat menyebutkan syarat-syarat yang diperlukan dan yang telah terpenuhi untuk menyelesaikan permasalahan. Sebagaimana yang dikemukanan Suryabrata (dalam Siswono, 2008:12) bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses dan jalannya. Proses berpikir itu terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Untuk proses berpikir dalam memahami masalah, siswa climber melakukan proses berikut: a. Megidentifikasi kalimat yang merupakan pertanyaan dan kalimat yang berupa pernyataan. b. Kalimat yang berupa pernyataan dikelompokkan sebagai yang diketahui c. Kalimat yang berupa pertanyaan dikelompokkan menjadi apa yang ditanyakan d. Menetukan syarat-syarat yang diperlukan dan yang telah terpenuhi untuk pemecahan masalah. 2. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Menyusun Rencana Penyelesaian Perencanaan yang disusun oleh kedua subjek pada tes I dan II sudah cukup digunakan untuk menyelesaikan masalah. Mereka dapat menerima informasi dari kedua tes tersebut sehingga dapat merencanakan penyelesaian masalah. Pengandaian x sebagai bilangan pertama, y sebagai bilangan kedua, dan z sebagai bilangan ketiga oleh AN, dan pengandaian F sebagai umur Fandi, N sebagai umur Noval, dan R sebagai umur Rizky menandakan bahwa mereka telah melakukan proses berpikir dalam menyusun rencana penyelesaian. Pengandaian yang dilakukan yaitu menggunakan veriabel, simbol, persamaan linear, dan model matematika. Kedua subjek dapat melihat hubungan antara persamaan-persamaan yang diketahui sehingga menemukan cara untuk menyelesaikannya. Kedua subjek menggunakan metode eliminasi dan substitusi dalam menyelesaikan masalah tersebut.

148 Sebagaimana yang dikemukanan Hudojo (1988:119) dalam menyelesaikan masalah, siswa perlu memahami proses penyelesaian masalah dan trampil dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang dimiliki sebelumnya. 3. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Melaksanakan Rencana Penyelesaian AN dan ER dapat melaksanakan rencana penyelesaian masalah yang telah dipilih. Mereka dapat menuliskan secara lengkap dan jelas langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah. Misal pada soal 1 tes 1, AN melaksanakan rencana penyelesaian masalah sebagai berikut: mengandaikan dan menyusun persamaan terlebih dahulu sehingga diperoleh persamaan 1, 2, dan 3. Persamaan 1 dan 2 di eliminasi, didapatkan z = 15, substitusi z = 15 ke persamaan 1 didapatkan persamaan 4. Persamaan 4 dan 2 di eliminasi didapatkan x = 3, substitusi x = 3 ke persamaan 2 didapatkan y = 4. ER melaksanakan rencana penyelesaian masalah sebagai berikut: Pertama dengan mengeliminasi persamaan 1 dan 3, x + y + z = 22 dan 2x + 2y z = 1, persamaan 1 dikalikan 2 dan persamaan 3 dikalikan 1, menjadi 2x + 2y + 2z = 44 dan 2x + 2y z = 1, lalu dikurangkan menjadi 3z = 45, dan z = 45 dibagi 3 menjadi 15. Karena z sudah diketahui, maka x + y + 15 = 22 sehingga x + y = 7 menjadi persamaan 4. Lalu 2x y = 2 dan x + y = 7 dijumlah menjadi 3x 0 = 9 dan x = 9 = 3.dan untuk mencari 3 nilai y, x = 3 dan z = 15 disubstitusikan ke persamaan 3 didapat 3 + y + 15 = 22, y + 18 = 22, y = 22 18, dan y = 4. AN dan ER berhasil memperoleh penyelesaian pada tes I dan II. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stolz (2005) bahwa climber selalu berusaha dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk memecahkan masalah. climber menyambut baik tantangan-tantangan dan bisa memberikan motivasi pada diri sendiri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik. Pada penelitian ini siswa climber dalam melaksanakan rencana penyelesaian dengan menguraikan langkah-langkahnya secara jelas dan lengkap sampai diperoleh hasil.

149 4. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Mengecek Kembali Penyelesaian Kedua subjek mampu mengecek kembali penyelesaian dengan lancar, mereka melakukan dengan mengecek kesesuaian antara hasil penyelesaian dengan apa yang diketahui. Jawaban yang telah diperoleh kemudian disubstitusikan ke persamaan yang diketahui sehingga dapat diketahui bahwa jawaban yang diperoleh benar atau salah, tetapi kedua subjek tidak menarik kesimpulan dari penyelesaian yang dilakukan. Simpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan dalam pemecahan masalah sistem persamaan linear di kelas XI IPA SMA Antartika, dalam memahami masalah siswa climber telah memenuhi 3 indikator, yaitu dapat menyatakan apa yang diketahui dan membentuk pengertian dengan kalimatnya sendiri dalam model matematika, dapat menyatakan apa yang ditanyakan dengan kalimatnya sendiri dengan kalimat sendiri dalam model matematika, dan menyatakan syarat-syarat yang diperlukan dalam memecahkan masalah matematika. Dalam menyusun rencana penyelesaian siswa climber telah memenuhi 1 indikator, yaitu dapat menyatakan teorema atau formula yang mungkin dapat digunakan dalam menyusun penyelesaian untuk membentuk suatu pendapat. Dalam melaksanakan rencana penyelesaian, siswa climber telah memenuhi 1 indikator, yaitu dapat menyatakan langkah-langkah melaksanakan rencana penyelesaian, dan dalam mengecek kembali penyelesaian siswa climber telah memenuhi 1 indikator, yaitu dapat menyatakan langkah-langkah mengecek kembali penyelesaian, tetapi tidak memenuhi 1 indikator, yaitu dapat menarik kesimpulan dari penyelesaian. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Hudojo, Herman. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Miles, M. B. & Huberman, A.M. (1992). Analaisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru.Terjemahan oleh: Tjetjep Rohendi Rohedi. Jakarta: UI Press.

150 Moleong, Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhidayanti, Yusiroh. (2012). Proses Berpikir Siswa SMP Berdasarkan Adversity Quotient (AQ) dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Luas dan Keliling Lingkaran. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa Press. Polya, G. (1973). Howto Solve It: A new Aspect of Mathematical Method. United States of America: Princenton University Press, Princenton, New Jersey. Purwanto, Ngalim. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Shadiq, Fajar. (2008). Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Siswono, Tatag. Y. E. (2008). Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa Press. Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Sriyanto, H.J. (2007). Menebar Virus Pembelajaran Matematika yang Bermutu. (Online) http://www.kompas.com. Diakses Tanggal 3 Mei 2013 Stoltz, P. G. ( 2000). Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities (Mengubah Hambatan Menjadi Peluang). Terjemahan oleh: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Sudarman. (2008). Proses Berpikir Siswa Quitter Pada Sekolah Menengah Pertama Dalam Pemecahan Masaslah. Edumatica Volume 01 Nomor 02, Oktober 2011. Universitas Tadulako. Sugiyono. (2012).MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, danr&d.bandung: Alfabeta TIM PENYUSUN. (2013). Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Sidoarjo : STKIP PGRI Sidoarjo