I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Yaitu fungsi berkaitan dengan penyediaan dan pelayannan barang-barang

Item Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resvan Friandi, 2013

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

1 SUMBER :

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1986/1987

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pendidikan. Alokasi Anggaran Belanja. APBD.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1985/1986

Tentang: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1988/1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN SMU NEGERI DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional. Pemberian kewenangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

2013, No

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH DENGAN REALISASI PADA KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYYAH AWALIYYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi, keduanya memiliki makna yang hampir mirip yakni pelimpahan

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunci keberhasilan pembangunan adalah pembangunan pendidikan. Kemajuan bidang pendidikan diharapkan dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha memajukan pendidikan telah direalisasikan secara konsisten dan konsekuen sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, Bab III Pasal 31 yang dinyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan maka ditetapkan dasar pembangunan pedidikan dan pengembangan generasi muda dengan memantapkan pendidikan nasional yang meliputi; 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan. 2. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan. Tekad tersebut makin diperkuat dengan adanya ketetapan bahwa Negara menperioritaskan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen dari APBD, dan

2 persentase yang sama juga dimandatkan untuk dialokasikan daerah dalam anggaran APBD. Upaya yang dilakukakan oleh Pemerintah Kota Metro dalam menyukseskan tujuan pembangunan di Kota Metro adalah melalui kebijakan pembangunan sektor pendidikan. Kebijakan pembanguan tersebut tertuang dalam visi dan misi pendidikan Kota Metro yaitu : meningkatkan kualitas pendidikan disemua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (intelektual, keahlian/ keterampilan), berbudaya beriman dan bertakwa, baik melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah/blk, dengan terus memperluas kesempatan pendidikan. Peningkatan sumber daya manusia melalui pembangunan sektor pendidikan dilakukan dengan berusaha meningkatkan pengeluaran pemerintah karena dengan pengeluaran sektor pendidikan yang semakin meningkat diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kota Metro. Berikut dapat dilihat pengeluaran langsung dan tidak langsung pemerintah untuk pembangunan pada sektor pendidikan di Kota Metro. Tabel 1. Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Pengeluaran Rutin (Rp) Pengeluaran Pembangunan (Rp) 2006/2007 36.077.212.994 13.740.362.635 2007/2008 61.558.010.709 30.786.478.620 2008/2009 77.333.563.508 33.492.084.100 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro, 2009.

3 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006/2007-2008/2009 jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Kota Metro. Pengeluaran pemerintah Kota Metro terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran pembangunan meningkat setiap tahunnya. Oleh sebab itu dengan adanya peningkatan anggaran yang sangat besar ini di harapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kota Metro. Agar tercapai tujuan pengembangan pendidikan tersebut maka perlu adanya pendanaan dari pemerintah pusat dan daerah untuk menunjang program pendidikan SMA baik nasional maupun daerah. Berikut dapat dilihat perkembangan anggaran untuk pembangunan sector pendidikan di Kota Metro. Tabel 2. Anggaran Pembangunan Sektor Pendidikan di Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Alokasi Perkembangan Realisasi Perkembangan 2006/2007 10.160.781.635-9.719.615.019-2007/2008 21.880.066.920 115,33 20.851.650.360 114,53 2008/2009 23.065.743.800 5,41 22.340.284.605 7,13 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro, 2009. Data di atas dapat dilihat bahwa anggaran pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dari tahun 2006/2007 sampai dengan tahun 2008/2009 mengalami peningkatan terus menerus setiap tahunnya, dan hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui program pembangunan sektor pendidikan. Kebijakan pembangunan sektor pendidikan tertuang dalam program-program pembangunan pendidikan di Kota Metro, yaitu :

4 1. Pengembangan pendidikan anak usia dini 2. Penuntasan pendidikan wajib belajar 9 tahun yang bermutu 3. Pengembangan pendidikan menengah. 4. Pengembangan pendidikan non formal 5. Pengembangan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan 6. Pengembagan budaya baca dan pengembangan perpustakaan 7. Pengembangan penelitian dan pengembangaan pendidikan 8. Pengembangan manajemen pelayanan pendidikan. Salah satu program pembangunan pada sektor pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro adalah perluasan dan peningkatan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa penulis memilih Kota Metro sebagai tempat penelitian. Di samping Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, SMA diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Apabila program kerja pemerintah Kota Metro ini berhasil diharapkan para siswa yang telah lulus pada program pendidikan ini dapat menjadi investasi bagi pembangunan dibidang ekonomi Kota Metro pada khususnya dan negara pada umumnya.

5 Untuk melihat keberhasilan program pembangunan tersebut dalam rangka perluasan dan peningkatan mutu pendidikan SMA, dibuatlah tolak ukur terhadap pelaksanaan pembangunan pendidikan SMA yang meliputi : 1. Pengadministrasian proyek dan penyusunan rencana teknis. 2. Pembangunan sarana dan prasaran pendidikan, melalui pengadaan meubelair, alat pendidikan, buku perpustakaan, dan alat pengolah data. 3. Uji kualifikasi dan diklat formal guru. 4. Pembangunan, perawatan, operasi dan pemeliharaan gedung. 5. Pengembangan kelembagaan. 6. Pemantauan, pengendalian, pengawasan supervisi konstruksi dan evaluasi. Peningkatan sistem pendidikan SMA baik kualitas maupun kuantitas memerlukan biaya yang besar. Agar tercapai tujuan pegembangan pendidikan tersebut, maka perlu adanya suatu pendanaan dari pemerintah pusat dan daerah untuk menunjang program atau proyek pendidikan SMA baik tingkat nasional maupun daerah. Pembiayaan pendidikan dalam rangka perluasan dan peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Metro dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Anggaran Pembangunan Untuk Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan dan Total Anggaran Pendidikan SMA di Kota Metro. Tahun Anggaran Perkembangan Total Anggaran Perkembangan 2006/2007 2.045.330.100-2.281.706.860-2007/2008 2.451.201.700 19,84 2.570.109.200 12,63 2008/2009 2.102.469.000-14,22 2.473.099.700-3,77 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro, 2009. Pada Tabel 3 terlihat bahwa total anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan SMA jumlahnya berfluktuasi dan mengalami penurunan. Pada tahun 2007/2008

6 perkembangan total anggaran pendidikan SMA sebesar 12,63 persen dengan anggaran yang dialokasikan untuk proyek peningkatan mutu pendidikan SMA meningkat sebesar 19,84 persen. Namun tahun 2008/2009 mengalami penurunan total anggaran pendidikan sebesar -3,77 persen dan perkembangan anggaran proyek peningkatan mutu pendidikan sebesar -14,22 persen. Tabel 3 di atas menunjukkan kurangnya keseriusan pemerintah Kota Metro dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan SMA. Hal ini terlihat dari menurunnya anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan pendidikan SMA yang ditunjukkan dengan semakin rendahnya perkembangan anggaran tersebut. Bila dilihat secara rinci, data untuk program kegiatan peningkatan mutu pendidikan secara sistematis dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Program Pembangunan/Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Kota Metro Tahun 2006/2007-2008/2009. Tahun Kegiatan Sasaran Kegiatan 2006/2007 1. Pengadaan meubelair 2. Pengadaan buku perpustakaan 3. Pembangunan Gedung 4. Dana pendamping 5. Pendidikan dan pelatihan guru 35 Ruang 120.500 eks 3 Lokasi 2 sekolah 90 orang 2007/2008 1. Pengadaan alat penunjang pendidikan 2. Pembangunan gedung kelas 3. Rehab berat/ringan gedung 4. Perawatan Berkala 5. Dana pendamping 6. Pendidikan dan pelatihan guru 7. Worshop 2008/2009 1. Pengadaan meubelair 2. Pengadaan alat lab penunjang pendidikan 3. Pengadaan buku perpustakaan 4. pemeliharaan berkala 5. Dana pendamping 6. Pendidikan dan pelatihan guru Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro,2009. 35 Unit 2 lokasi 1 paket 1 paket 1 sekolah 135 orang 50 orang 3 lokasi 30 unit 250.200 eks 1 paket 2 sekolah 95orang

7 Anggaran pendidikan dan program pembangunan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. Anggaran pembangunan pendidikan diharapkan dapat terus ditingkatkan oleh pemerintah mengingat semakin berkembangnya SMA di Kota Metro. Perkembangan SMA di Kota Metro dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Perkembangan SMA di Kota Metro Tahun 2006/2007-2008/2009. Tahun Jumlah SMA Perkem bangan Jumlah Ruang kelas Perkem bangan Jumlah Guru Perkem bangan Jumlah Murid Perkem bangan Jumlah Lulusan Perkem bangan 06/07 20-241 - 758-8268 - 2133-07/08 17-15,00 337 39,83 571-24,67 7021-15,08 2122-0,51 08/09 17 0,00 337 0,00 666 16,63 7021 0,00 2110 0.33 Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik,2009. Pada data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006/2007 jumlah SMA di Kota Metro sebanyak 20 sekolah, 241 ruang kelas, tenaga pengajar 758 orang, 8268 siswa dengan jumlah lulusan sebanyak 2133 siswa. Tahun 2008/2009 terjadi penggabungan beberapa sekolah yang mengakibatkan penurunan jumlah sekolah yaitu menjadi 17 sekolah dan terjadi peningkatan jumlah ruang kelas yang ada. Pada tahun ini juga terjdi peningkatan tenaga pengajar sebesar 666 orang guru, dengan jumlah kelulusan menurun menjadi 2110 siswa. Alokasi anggaran pendidikan tersebut sangat mempengaruhi perkembangan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. Perkembangan SMA tersebut dapat dilihat dengan melihat rasio murid terhadap guru, rasio murid terhadap sekolah dan rasio murid terhadap kelas.

8 Tabel 6. Rasio Murid Terhadap Guru, Murid Terhadap Sekolah, dan murid Terhadap Kelas Tahun 2006/2007-2008/2009. Tahun Rasio Rasio Murid/Sekolah Rasio Murid/Kelas Murid/Guru 2006/2007 10,91 413,3 34,31 2007/2008 12,29 413 20,83 2008/2009 10,54 413 20,83 Sumber : Dinas Peendidikan Kota Metro,2009. Pada tabel diatas terlihat bahwa rasio murid terhadap guru mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006/2007 sebesar 10,91 menjadi 10,54 pada tahun 2008/2009. Hal ini menunjukkan bahwa satu orang guru hanya mengajar 10 murid yang artinya beban guru pada jenjang SMA jauh lebih ringan karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh semakin membutuhkan tenaga pengajar yang menguasai bidang ilmu pengetahuan yang diajarkan. Rasio murid terhadap sekolah disamping menyatakan tingkat efesiensi penggunaan sekolah, juga menggambarkan kecukupan sarana pendidikan (sekolah). Dari data terlihat rasio murid terhadap sekolah pada tahun 2006/2007-2008/2009 tidak mengalami peningkatan maupun penurunan 413 murid, yang berarti adanya kuota kebutuhan sekolah pada jenjang SMA di Kota Metro. Menurut Depdiknas idealnya suatu kelas di hadiri kurang lebih dari 40 murid dengan asumsi ukuran ruang kelas memenuhi standar. Rasio murid terhadap kelas mengalami penurunan 34,31 murid per kelas pada tahun 2006/2007 menjadi 20,83 murid per kelas pada tahun 2008/2009. Dengan menggunakan batasan jumlah murid per kelas 40 sebagai dasar pertimbngan, maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan sarana pendidikan (sekolah) efisiensi penyelenggaraannya belum efisien. Perkembangan SMA-SMA di Kota Metro tersebut harus didukung dengan

9 perkembangan pembangunan pendidikan demi terselenggaranya proses belajar mengajar yang lebih efisien di sekolah agar mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pendidikan adalah tingkat kelulusan pada hasil Ujian Nasional (UN). Tingkat kelulusan dari Ujian Nasional tingkat SMA di Kota Metro dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Jumlah Kelulusan pada UN SMA di Kota Metro Tahun Pelajaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Lulus Tidak Lulus 2006/2007 2.133 3 2007/2008 2.122 7 2008/2009 2.110 13 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro, 2009. Pada Tabel 7 terlihat bahwa kelulusan SMA di Kota Metro pada tahun 2006/2007 yaitu 2133 orang murid dengan jumlah murid yang tidak lulus berjumlah 3 orang murid. Sedangkan pada tahun 2007/2008 terjadi penurunan pada jumlah kelulusan yaitu sebesar 2122 orang murid dengan jumlah murid yang tidak lulus meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 7 orang murid. Tahun 2008/2009 jumlah lulusan yaitu sebesar 2110 dengan jumlah murid yang dinyatakan tidak lulus kembali bertambah yaitu 13 orang murid. Pentingnya pembangunan di bidang pendidikan pada tingkat SMA di Kota Metro harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah, karena dengan semakin meningkatnya pembangunan pendidikan diharapkan peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Metro dapat tercapai.

10 B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di lihat bahwa total anggaran sektor pendidikan SMA dan anggaran mutu pendidikan nilainya mengalami penurunan seperti yang terlihat pada table 3. Total anggaran pendidikan SMA dengan ratarata 12,63 persen, pada tahun 2007/2008 terus mengalami penurunan hingga tahun 2008/2009 sebesar -3,77 persen. Rata-rata anggaran proyek mutu pendidikan SMA tahun 2007/2008 sebesar 19,84 persen tetapi pada tahun 2008/2009 menurun dengan rata-rata sebesar -14,22 persen. Diakibatkan karena jumlah murid menurun. Berdasarkan pernyataan di atas dapat di tarik permasalahan bagaimana Kebijakan Pemerintah Kota Metro Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan SMA Di Kota Metro yang dilihat dari alokasi anggaran sektor pendidikan. C. Ruang Lingkup Pembahasan Agar tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai maka penulis membatasi hanya melihat mutu pendidikan SMA dari sisi kelulusan pada Ujian Nasional (UN) untuk Tahun 2006/2007-2008/2009. D. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan SMA di Kota Metro di lihat dari sisi kelulusan pada ujian nasional (UN) melalui alokasi anggaran pendidikan.

11 2. Untuk melihat konsistensi kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan SMA di Kota Metro di lihat dari alokasi anggaran pembangunan pendidikan Kota Metro. E. Kerangka Pemikiran Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terarah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, bernegara. Menurut Nanang Fattah (2002,77), Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) lebih cepat mengerti dan siap menghadapi perubahan lingkungan kerja. Oleh karena itu tak heran apabila Negara yang memiliki pendidikan dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Peningkatan sumber daya manusia melalui pembangunan sektor pendidikan dilakukan dengan kosistensi meningkatkan anggaran karena dengan anggaran sektor pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kota Metro. Fungsi pemerintah menurut Richard A.Musgrave (dalam Guritno Mangkoesoebroto,2000:2) dibedakan menjadi tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja (Pemeritah), yaitu :

12 1. Fungsi Alokasi Yaitu fungsi untuk menyediakan pemenuhan untuk public needs/kebutuhan akan barang publik. 2. Fungsi Disrtibusi Yaitu fungsi yang dilandasi dengan mempertimbangkan pengaruh sosial,ekonomi. Pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi pendapatan, kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas sosial,struktur pasar, macam ragam warga Negara dengan berbagai bakatnya termasuk tugas cabang distribusi tersebut. 3. Fungsi Stabilitas Yaitu fungsi menyangkut usaha untuk menghilangkan fluktuasi kehidupan ekonomi dan menyelaraskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengurangi jumlah siswa putus sekolah pemerintah memberikan subsidi dan membebaskan biaya terutama biaya langsung dalam bentuk bantuan Operasional Sekolah. Mekanisme pemberian subsidi tersebut dapat berupa natura yaitu dalam bentuk uang atau dana dan in natura yaitu dalam bentuk barang.dalam sektor pendidikan pemerintah memberikan subsidi berupa subsidi natura yaitu pemberian transfer sejumlah dana kepada masing-masing rekening sekolah baik tingkat provinsi maupun kota, yang kemudian dana tersebut dipergunakan untuk pembiayaan pendidikan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Alokasi dana pemerintah tercermin dalam anggaran yang bertindak sebagai alat pengatur urutan prioritas pembangunan dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan

13 yang ingin dicapai oleh usaha pembangunan itu dan harus selalu berlandaskan pada pancasila dan trilogi pembangunan. Pengolahan pengeluaran rutin yang diproritaskan untuk memperlancar pola pemerintahan memberi pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, dan pemerintah daerah harus tetap konsisten berpegang pada prinsip anggaran berimbang. Anggaran yang berimbang terutama bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan dengan pengeluaraan secara keseluruhan,selain itu pelaksanaan anggaran berimbang juga diarahkan agar tabungan pemerintah atas pengeluaran rutin tetap terjaga untuk membinyai pembangunan pemerintah daerah. Visi dan Misi pendidikan harus sesuai dengan salah satu misi dinas pendidikan di Kota Metro yaitu kesempatan memperoleh pendidikan, karena Pemerintah pusat maupun daerah kurang berperan baik dalam pendistribusian barang dan jasa untuk kebutuhan pendidikan sehingga harapan pemerintah dengan adanya dana pemerataan kesempatan pendidikan dapat terwujud. Dan dengan adanya program yang dicanangkan pemerintah dari pengeluaran berupa subsidi diharapkan dapat lebih mensejahterakan masyarakat. Menurut Nanang Fattah (2004;24) untuk memperoleh kesempatan dalam memperoleh pendidikan di sekolah, biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit yang tentunya tidak dapat ditangung oleh pihak sekolah sendiri. Pengeluaran sekolah dapat dikategorikan kebeberapa item pengeluran yaitu: 1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran (operasional dan ekstra kurikuler) 2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah

14 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah (gedung, perabot, alat peraga dan media) 4. Kesejahteraan pegawai (gaji kelebihan jam mengajar,insentif,perjalanan) 5. Administrasi 6. Pembinaan teknis edukatif (kurikuler dan kegiatan evaluasi hasil belajar) 7. Pendataan Dimana beberapa item pengeluaran sekolah tersebut sudah seharusnya diberikan yang terbaik kepada para siswa sehingga sekolah akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan untuk mencapai kualitas sumber daya manusia yang baik. Karena itu seharusnya sarana dan prasarana untuk kebutuhan akan pendidikan lebih ditingkatkan agar masyarakat dapat lebih menikmati dan menempuh jenjang pendidikan. Dan sarana yang tersedia juga harus didukung dengan biaya yang tentunya tidak sedikit tapi juga jangan sampai terlalu dibedakan pada pihak sekolah maupun masyarakat. Dalam tahap perkembangan penyelenggaraan pendidikan, mutu pendidikan telah ditetapkan menjadi sasaran pokok yang harus dicapai dengan tetap menjadi sasaran pokok yang harus dicapai dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan mutu pendidikan yang telah dicapai. Oleh karena itu peran pemerintah sangat penting dalam hal memperbaiki pendidikan dan menyelamatkan generasi muda.