BAB III PEMODELAN SISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA. dengan Teknik Alamouti-STBC. Oleh Sekar Harlen NIM:

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB III MODEL SISTEM MIMO OFDM DENGAN SPATIAL MULTIPLEXING

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto)

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

Analisis Kinerja Convolutional Coding dengan Viterbi Decoding pada Kanal Rayleigh Tipe Frequency Non-Selective Fading

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNJUK KERJA FREQUENCY HOPPING PADA KANAL SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK YANG MENGALAMI RAYLEIGH FADING INTISARI

ANALISIS KINERJA MOBILE SATELLITE SERVICE (MSS) PADA FREKUENSI L-BAND DI INDONESIA

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX

ANALISIS PENGARUH PERGERAKAN USER TERHADAP KUALITAS SINYAL SUARA PADA JARINGAN WIMAX IEEE

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI BUTA MIMO PADA KANAL RAYLEIGH FADING

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam

UNJUK KERJA KODE-KODE PENEBAR DIRECT SEQUENCE CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer pada Kanal Flat Fading

ANALISIS KINERJA KOMBINASI SISTEM CDMA-OFDM DENGAN MIMO

Gambar 2.1 Skema CDMA

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

EVALUASI KINERJA CONVOLUTIONAL CODING RATE ½

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR

Transkripsi:

BAB III PEMODELAN SISTEM Untuk mengetahui unjuk kerja sistem MIMO MC-CDMA, dilakukan perbandingan dengan sistem MC-CDMA. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem MIMO MC-CDMA merupakan teknik gabungan sistem MIMO dan MC-CDMA. Sehingga secara teori sistem MIMO MC-CDMA akan memiliki unjuk kerja yang lebih unggul daripada sistem MC-CDMA, karena sistem MIMO MC- CDMA memiliki keunggulan-keunggulan daripada kedua sistem tersebut sebelum digabungkan. Pada bab ini akan dibahas pemodelan sistem MIMO MC-CDMA. Pembahasan dimulai dari proses pembangkitan data masukan hingga proses penghitungan BER. Pemodelan sistem mengikuti Gambar 3. dan MATLAB merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menyimulasikan sistem. Gambar 3.. Blok Pemancar dan Penerima Sistem MIMO MC-CDMA [4]. 3.. Sistem Pengirim 3... Pembangkit Data Masukan Acak Blok ini merupakan blok untuk membangkitkan data masukan untuk masing-masing pengguna secara acak yang akan dikirim sebagai data informasi. Dengan menggunakan fungsi randint pada MATLAB akan dibangkitkan data acak berupa bit dan 0. Dengan menggunakan syntax bit randint(k,m), dengan K adalah jumlah pengguna dan M adalah jumlah bit tiap pengguna akan 20

2 dibangkitkan variasi deretan bit acak sesuai dengan jumlah bit yang diinginkan dan jumlah pengguna. 3..2. Penyandi Konvolusional Penyandi konvolusional yang akan digunakan memiliki coderate ½. Coderate merupakan perbandingan jumlah masukan dan keluaran bit pada waktu yang bersamaan. Dengan coderate ½ berarti bit masukan dipetakan menjadi 2 bit keluaran. Berdasarkan Gambar 2.5, untuk penggunaan coderate ½, generator polynomial yang digunakan adalah [7 5] dengan constraint length K3. Pada MATLAB digunakan fungsi poly2trellis untuk mengubah bentuk polinomial kode konvolusional menjadi kode teralis. Dengan kode teralis ini dapat menjadi masukan penyandi konvolusional dengan menggunakan fungsi convenc. 3..3. Interleaver Pada blok ini, bit-bit informasi yang masuk akan diacak dengan membuat fungsi interleaver pada MATLAB. Aliran bit masukan akan mengisi matriks tersebut dalam baris demi baris dan keluaran interleaver merupakan bit-bit yang tersusun secara kolom. 3..4. Modulasi QPSK Proses modulasi berfungsi untuk memetakan bit-bit informasi yang akan dikirimkan menjadi simbol-simbol sebelum ditumpangkan ke frekuensi pembawa. Berdasarkan Gambar 3.2, bit informasi yang masuk pada modulator QPSK akan dibagi menjadi 2 aliran bit yaitu inphase I(t) dan quadrature Q(t). Aliran bit I(t) akan dimodulasi dengan cos ω c t dan Q(t) akan dimodulasi dengan sin ω c t. Kemudian kedua aliran bit ini akan digabungkan kembali dengan menjumlahkan kedua hasil perkalian tersebut menjadi isyarat keluaran QPSK.

22 Gambar 3.2. Modulator QPSK [7]. 3..5. Serial to Parallel Blok ini berfungsi untuk mengkonversikan data serial menjadi data paralel, yang disesuaikan dengan jumlah subpembawa yang digunakan. Dengan menggunakan fungsi reshape konversi ini dapat dilakukan. Dengan syntax D reshape(a,baris,kolom), dengan A adalah data yang akan dikonversi menjadi ukuran baris dan kolom. 3..6. Copier Blok copier terdapat pada sistem MC-CDMA. Pada blok ini data yang dikirim akan melalui proses penggandaan, hal ini bertujuan agar data yang dikirim melalui masing-masing subpembawa adalah data yang sama. Proses penggandaan data pengguna dilakukan dengan menggunakan fungsi repmat, dengan syntax B repmat(a,m,n), dengan M dan N adalah ukuran baris dan kolom matriks dan A adalah matriks yang akan digandakan. Untuk kasus ini, maka B repmat(data,,sub) sehingga data pengguna akan digandakan sama dengan jumlah subpembawa yang digunakan. 3..7. Spreader Proses spreader adalah proses penebaran data pengguna yang akan dikirim dengan kode-kode penebar sehingga keamanan data pengguna dapat dijaga. Kode penebar yang digunakan pada sistem MC-CDMA ini adalah m-sequence. Urutan kode m-sequence dibangkitkan menggunakan primitive polynomial. Kode yang dihasilkan adalah kode dengan bit dan -. Setiap pengguna memiliki kode penebarnya sendiri, sehingga jumlah m-sequence yang dibuat adalah sama dengan

23 jumlah pengguna yang ada. Pada modul sistem MC-CDMA melakukan proses penebaran dalam ranah frekuensi, oleh karena itu pada blok ini jenis perkalian antara matriks data pengguna dengan matriks m-sequence adalah perkalian array. Sehingga ukuran matriks data pengguna dan matriks m-sequence harus sama. Fungsi yang digunakan untuk mengubah ukuran matriks m-sequence adalah fungsi cat. Fungsi ini dioperasikan dengan syntax Z cat(dim,a,b) dengan A dan B menunjukan dua matriks yang akan diurutkan dan DIM adalah dimensi matriks. 3..8. Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) Blok IFFT merupakan inti dari modulasi MC-CDMA, karena IFFT berfungsi sebagai modulator yang akan membangkitkan subpembawa yang saling orthogonal satu dengan yang lain. Fungsi ifft pada MATLAB digunakan untuk membangkitkan fungsi IFFT. Jumlah point IFFT yang digunakan pada simulasi adalah sejumlah subpembawa yaitu 6. 3..9. Penyandi STBC Teknik penyandi STBC yang digunakan pada simulasi ini menggunakan metode Alamouti 2x2. Simbol akan ditransmisikan melalui dua antena pengirim yang berbeda dan diterima oleh dua antena penerima secara bersamaan. Pada saat t, antena Tx mentransmisikan simbol x sedangkan antena Tx2 mentransmisikan simbol x 2. Pada saat t+t, saklar masing-masing antena akan bergeser untuk mentransmisikan simbol berikutnya. Saat t+t, antena Tx mentransmisikan simbol -x 2 * sedangkan antena Tx2 mentransmisikan simbol x *. Proses pentransmisian isyarat pada penyandi STBC metode Alamouti 2x2 ditunjukkan pada Gambar 3.3.

24 Gambar 3.3. Pola Transmisi Alamouti [4]. 3..0. Kanal Transmisi Pemodelan kanal yang digunakan pada proses simulasi ini adalah kanal peredupan jalur jamak terdistribusi Rayleigh sehingga dapat disebut juga sebagai kanal multipath Rayleigh fading. Pada MATLAB terdapat fungsi rayleighchan yang dapat digunakan untuk membentuk pemodelan kanal Rayleigh fading. Terdapat syntax untuk memodelkan kanal Rayleigh dengan jalur jamak atau frekuensi selektif yaitu chan rayleighchan(ts,fd,tau,pdb), dengan ts adalah waktu sampling isyarat, fd adalah frekuensi Doppler, tau adalah tundaan (delay), dan pdb adalah gain rata-rata jalur yang dinyatakan dalam desibel (db). 3... Derau AWGN Saat isyarat yang dikirim melewati kanal peredupan jalur jamak Rayleigh, isyarat akan mengalami penambahan derau AWGN. Untuk memodelkan derau AWGN digunakan randn. Fungsi ini merupakan fungsi untuk membuat data acak yang terdistribusi normal dengan rerata nol, variansi satu, dan standar deviasi satu. Fungsi randn memiliki syntax derau randn(a,b) dengan A dan B adalah ukuran matriks data acak.

25 3.2. Sistem Penerima 3.2.. Pengawasandi STBC Pengawasandi STBC akan menerima dua isyarat dari dua antena penerima. Pada saat t, antena Rx menerima isyarat y sedangkan antena Rx2 menerima isyarat y 2. Pada saat t+t, antena Rx menerima isyarat y 2 sedangkan antena Rx2 menerima isyarat y 22. 3.2.2. Fast Fourier Transform (FFT) Blok FFT merupakan proses kebalikan dari IFFT. FFT akan menggantikan proses demodulasi pada sistem MC-CDMA. FFT berfungsi untuk mengkonversi deretan data pada ranah waktu menjadi ranah frekuensi. Dengan menggunakan fungsi fft pada MATLAB, data dapat dikonversikan kembali. 3.2.3. Despreader Pada blok ini data pengguna yang telah ditebar pada modul spreader akan dikembalikan ke bentuk semula. Kode m-sequence yang digunakan pada modul spreader digunakan lagi pada proses despreader, tujuannya agar data tiap-tiap pengguna dapat diperoleh kembali. Untuk mendapatkan data pengguna pertama, maka data yang diterima harus dikorelasikan dengan m-sequence pengguna pertama. Contoh despreader ditunjukkan sebagai berikut. Misalkan jumlah subpembawa 8 dan data dua pengguna adalah : data pengguna (u ) data pengguna 2 (u 2 ) dan kode m-sequence yang digunakan pada blok spreader adalah : P 0 P 3 diketahui data yang diterima setelah melalui proses FFT pada penerima adalah : r 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0

26 Untuk memperoleh kembali data u dan u 2, matriks r akan dikalikan kembali dengan m-sequence untuk pengguna pertama dan kedua. u 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0 8 8 8 8 u 2 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 0 0 8 8 8 8 Setelah didapat matriks u dan u 2, dibagi dengan jumlah subpembawa, sehingga u dan u 2 menjadi : u u 8 u 2 u 2 8 jika u dan u 2 ditranspose, data pengguna pertama dan kedua akan diperoleh kembali. 3.2.4. Parallel to Serial Blok ini berfungsi mengubah deretan data paralel menjadi deretan data serial dengan menggunakan fungsi reshape seperti pada blok serial to parallel.

27 3.2.5. Demodulasi QPSK Demodulator QPSK berfungsi untuk mendemodulasi isyarat yang diterima dengan mengalikan kembali dengan frekuensi pembawa seperti pada blok modulasi QPSK. Isyarat yang diterima akan dibagi menjadi dua aliran bit yaitu bagian inphase dan quadrature yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Demodulator QPSK [7]. 3.2.6. Deinterleaver Deinterleaver merupakan proses kebalikan dari fungsi interleaver pada sisi penerima Bit-bit akan mengisi matriks kolom per kolom dan keluaran deinterleaver merupakan matriks baris. 3.2.7. Pengawasandi Konvolusional Pengawasandi konvolusional diimplementasikan menggunakan algoritma Viterbi. Pada MATLAB terdapat fungsi vitdec yang dapat digunakan untuk mengkodekan kembali bit-bit data yang diterima. Fungsi ini memiliki syntax decoded vitdec(g,trellis,tblen,opmode,dectype), dengan G adalah data yang akan dikodekan kembali, trellis adalah kode yang digunakan sama seperti pada blok penyandi konvolusional, tblen adalah nilai traceback, opmode adalah jenis keadaan state pengawasandi, dan dectype menotasikan bit-bit data dalam bentuk kode. 3.3. Parameter Multipath Fading Untuk menentukan jenis fading yang dialami, parameter yang digunakan adalah lebar pita informasi (B S ), lebar pita koheren (B C ), periode simbol (T S ),

28 delay spread (σ τ ), waktu koheren (T C ), dan persebaran Doppler (B D ). Pada sistem CDMA, lebar pita informasi yang digunakan adalah,2288 MHz dan periode simbolnya 0,8 μs. 3.3.. Parameter Dispersi Waktu Berdasarkan Tabel 2.3, nilai mean excess delay (τ) dan rms delay spread (σ τ ) dapat dihitung dengan cara : τ P(τ k )τ k k P(τ k ) k (3.) 0 0,89 +,6 0,095 + 2,3 0,06 + 5 0,037 0,89 + 0,095 + 0,06 + 0,037 0,4773 0,382,25 μs τ 2 P(τ k )τ 2 k k k P(τ k ) 02 0,89 +,6 2 0,095 + 2,3 2 0,06 + 5 2 0,037 0,89 + 0,095 + 0,06 + 0,037,49 0,382 3,9 μs 2 (3.2) σ τ τ 2 τ 2 (3.3) 3,9,25 2,53 μs Dari hasil perhitungan rms delay spread, B C dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : B C 5σ τ (3.4) 5,53μS 30 khz Sehingga, berdasarkan time spread karena T S < 0σ τ dan B S > B C, maka sistem mengalami frequency selective fading.

29 3.3.2. Parameter Frekuensi Doppler Frekuensi Doppler dipengaruhi oleh frekuensi pembawa dan kecepatan pengguna bergerak. Pada simulasi ini frekuensi pembawa (f c ) yang digunakan adalah 900 MHz dan 800 MHz dengan kecepatan pengguna bergerak 40 km/jam dan 50 km/jam. Besarnya frekuensi Doppler dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6). Frekuensi pembawa 900 MHz dan kecepatan pengguna 40 km/jam f d v λ f cv c 9 08 40 3 0 8 33.33 Hz 3.6 Frekuensi pembawa 900 MHz dan kecepatan pengguna 50 km/jam f d v λ f cv c 9 08 50 3 0 8 4.67 Hz 3.6 Frekuensi pembawa 800 MHz dan kecepatan pengguna 40 km/jam f d v λ f cv c 8 08 40 3 0 8 66.67 Hz 3.6 Frekuensi pembawa 800 MHz dan kecepatan pengguna 50 km/jam f d v λ f cv c 8 08 50 3 0 8 83.33 Hz 3.6 Dengan menggunakan pergeseran Doppler sebesar 33,33 Hz, maka T C dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : T C 9 6πf d 2 (3.5) 0,423 f d 0,423 33,33 0,027 S Nilai T C untuk masing-masing nilai f d 4,67 Hz, f d 66,67 Hz, dan f d 83,33 Hz secara berturut-turut adalah T C 0,002, T C 0,0063, T C 0,005. Berdasarkan Doppler spread, sistem mengalami slow fading karena T S T C dan B S B D.

30 3.4. Perhitungan BER Untuk menganalisis kinerja sistem MIMO MC-CDMA, maka akan diukur nilai BER sistem. BER merupakan parameter yang paling utama dalam menentukan kualitas suatu sistem. Semakin tinggi nilai BER menandakan kinerja sistem yang semakin buruk, karena informasi yang diterima pada sisi penerima mengalami banyak perubahan selama proses transmisi. Dalam proses simulasi ini, BER diperoleh dengan membandingkan bit yang diterima pada sisi penerima dengan bit yang dikirim pada sisi pengirim. Simulasi sistem tanpa penambahan derau dan fading akan menghasilkan nilai BER nol yang berarti tidak ada error terjadi terhadap data yang diterima. Hal dibuktikan dengan hasil simulasi sistem yang menunjukkan nilai BER nol pada lampiran A.