BAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan sebagai perusahaan berbadan hukum diorganisir dan dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/IX/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI DALAM NEGERI

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

*Hp: /

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 t

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pengelolaan sumber daya alam yang berada di daerah-daerah tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hashifah Inaroh Luthfiah Achmadi, 2014

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat tidak bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang berupa sandang, papan, dan pangan. Kemiskinan masih menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Sudah banyak strategi penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah tetapi masih saja belum dapat menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan menurut badan PBB (UNDP) indeks kemiskinan manusia (Human Proverty Index) untuk negara-negara berkembang (HPI-1), memfokuskan perhatiannya pada proporsi manusia yang berada dibawah ambang batas dimensi pembangunan manusia yang sama dengan indeks pembangunan manusia panjang umur dan hidup sehat, memiliki akses terhadap pendidikan, dan standar hidup yang layak. Nilai HP-1 untuk Indonesia, yaitu 18,5, berada di urutan 41 dari 102 negara-negara berkembang yang sudah dihitung indeksnya. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 memang telah berkurang 1,51 juta orang menjadi 31,02 juta orang (13,33%) dibandingkan dengan Maret 2009 sebanyak 32,53 juta orang. Namun angka kemiskinan itu masih terbilang tinggi. Angka garis kemiskinan pada Maret 2010 adalah Zulfikar Al-Hakim, 2012 Hubungan Motivasi Dan Persepsi Dengan Keterlibatan Belajar Peserta Magang Di LPK Japindo Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 Rp211.726,- per kapita per bulan. Jika membandingkan antar daerah, BPS mencatat sejumlah wilayah masih menghadapi persoalan kemiskinan yang tinggi. Data tahun 2011 angka kemiskinan di Indonesia mencapai 27 juta jiwa sedangkan penduduk miskin pada data terakhir sebesar 20,02 juta orang (BPS 2012-12-02). Angka kemiskinan yang tertinggi justru terjadi di wilayah dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti Papua dan Papua Barat. Prosentase angka kemiskinannya mencapai 34-36 persen, jauh lebih besar dibandingkan rata-rata nasional sebesar 13,33 persen. Selain Papua, provinsi lain yang memiliki prosentase penduduk miskin tinggi adalah Maluku, Nusa Tenggara, Aceh, Bangke Belitung dan lainnya. Jumlah penduduk di provinsi-provinsi tersebut yang memang tidak sebanyak di Jawa, tetapi secara prosentase dibandingkan total penduduk di wilayah tersebut, kelompok orang miskinnya sangat tinggi. Kemiskinan juga berdampak pada kependudukan, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Berdasarkan karya ilmiah yang disusun oleh penulis mengenai pendidikan maka penjelasan akan lebih dikhusukan lagi ke dalam pendidika. Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan kepribadian, kemajuan ilmu, kemajuan teknologi dan kemajuan kehidupan sosial pada umumnya. Dampak kemiskinan terhadap pendidikan memang sangat merugikan sekali karena telah menghilangkan pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga tidak sedikit penduduk Indonesia yang belum mengenal pendidikan. Sesuai dengan konsep Pendidikan Luar Sekolah yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan belajar merupakan

3 proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara (Syaifuddin Iskandar: 2008). Secara garis besar dalam pelaksanaan pendidikan terdapat suatu proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari ataupun tidak disadari. Dari proses belajarmengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau juga hasil belajar. Demi mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, harus terdapat suatu keterlibatan belajar yang maksimal pula antara guru atau instruktur dengan peserta didik. Di dalam suatu proses belajar antara guru dengan peserta didik terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan dengan keterlibatan belajar, diantaranya faktor endogen dan faktor eksogen. Dalam bukunya Alex Sobur yang berjudul Psikologi Umum dijelaskan faktor endogen atau disebut juga dengan faktor internal dan faktor eksogen atau disebut juga dengan faktor eksternal. Faktor internal merupakan semua yang berada dalam diri individu sedangkan faktor eksternal semua yang berada di luar individu. Faktor internal meliputi faktor fisikdan faktor psikis. Faktor fisik diantaranya kesehatan sedangkan faktor psikis diantaranya intelegensi atau kemampuan, perhatian atau persepsi, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan. Faktor

4 keluarga dibagi menjadi tiga aspek diantaranya kondisi ekonomi keluarga, hubungan emosional orang tua dan anak dan cara mendidik anak. Faktor sekolah diantaranya para guru, pegawai administrasi, dan teman-teman peserta didik. Faktor lingkungan diantaranya teman bergaul peserta didik, dan aktivitas peserta didik di masyarakat. Dalam hal ini motivasi dan persepsi terhadap suatu objek merupakan peranan yang dianggap penting dalam keberhasilan suatu program, terutama program pendidikan dimana akan terdapat hubungan yang signifikan dengan keterlibatan mereka. Oleh karena itu motivasi dan persepsi bisa menjadi salah satu faktor pendorong keberhasilan dalam setiap kegiatan atau setiap program. Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Persepsi menurut Slamento (1995:101) dalam Thesa Septiani (2009:20) adalah suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia melalui hubungan yang terus-menerus. Hubungan ini dilakukan dengan inderanya, yaitu indera penglihatan, peraba, pendengaran dan penciuman. Persepsi calon peserta magang terhadap LPK Japindo merupakan faktor yang berkorelasi dengan keterlibatan belajar calon peserta magang, dikarenakan lembaga pelatihan kerja yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kerja dalam meningkatkan ilmu dan kemampuan sumber daya manusia baik dalam bidang bahasa khususnya bahasa Jepang dan keterampilan teknik agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, siap kerja ataupun berwirausaha untuk

5 menanggulangi pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia baru LPK Japindo untuk daerah Ciwaru Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Walaupun pada kenyataannya minoritas masyarakat Ciwaru Kecamatan Ciranjang Kabupaten Ciranjang yang memiliki hasrat tinggi untuk belajar dan produktif tidak memudarkan tekad LPK Japindo yang mencari jati diri untuk mempunyai kesadaran hidup yang tinggi dalam hal untuk memajukan kesejahteraan baik dirinya sendiri maupun orang lain sehingga dapat menunjang pembangunan di Indonesia. Negara Jepang merupakan negara yang menjadi sasaran LPK Japindo namun tidak semua daerah di negara Jepang menjadi tujuan sasaran LPK Japindo. Negara jepang dianggap mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dan sangat menghargai hak-hak azasi manusia khususnya pada bidang tenaga kerja. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan, maka berkesimpulan untuk mengungkap apakah benar terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan persepsi terhadap LPK Japindo dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan beberapa hasil pengamatan sementara di lapangan, berhasil di identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Mayoritas masyarakat sekitar masih berada pada garis kemiskinan dengan tingkat pendapatan ekonomi yang lemah sehingga bekerja di luar negeri dan menghasilkan uang melimpah merupakan cita-cita yang sangat diharapkan.

6 Oleh karena itu LPK Japindo menjembatani masyarakat sekitar atau bahkan masyarakat luas yang ingin bekerja di luar negeri khususnya di negara Jepang dengan pendapatan yang cukup besar. 2. Masih kurangnya lembaga pelatihan dan kerja yang ada di Kabupaten Cianjur sehingga masyarakat sekitar Kabupaten Cianjur yang mempunyai tekad untuk belajar tidak dapat terlayani dalam hal dunia pendidikan yang khususnya bergerak di bidang pelatihan dan kerja. LPK Japindo didirikan pada awal tahun 2008 sehingga masyarakat sekitar Kabupaten Cianjur merasa terfasilitasi sehingga tidak sedikit yang tergerak untuk mengikuti program yang dilaksanakan di LPK Japindo. 3. Masih belum memadai sarana dan prasarana yang ada pada LPK Japindo sehingga proses berjalannya program pemagangan kerja tidak terlalu maksimal. Oleh karena itu pihak LPK Japindo berusaha memotivasi peserta magang untuk aktif dalam setiap keterlibatan peserta magang pada program yang dilaksanakan di LPK Japindo. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah pada fokus: apakah benar, faktor motivasi belajar dan persepsi terhadap LPK Japindo berkorelasi dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Secara khusus rumusan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah benar, motivasi belajar calon peserta magang berkorelasi dengan keterlibatan belajar pada program pemagangan kerja di LPK Japindo?

7 2. Apakah benar, persepsi calon peserta magang terhadap LPK Japindo berkorelasi dengan keterlibatan belajar pada program pemagangan kerja di LPK Japindo? 3. Apakah benar, motivasi belajar dan persepsi terhadap LPK Japindo secara bersamaan berkorelasi dengan keterlibatan belajar pada program pemagangan kerja di LPK Japindo? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai hubungan motivasi belajar dan persepsi terhadap LPK Japindo dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, sedangkan secara khusus bertujuan untuk: 1. Memperoleh data kuantitatif mengenai korelasi antara motivasi belajar dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo. 2. Memperoleh data kuantitatif mengenai korelasi antara persepsi terhadap LPK Japindo dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo. 3. Memperoleh data kuantitatif secara bersamaan mengenai korelasi antara motivasi belajar dan persepsi terhadap LPK Japindo dengan keterlibatan belajar calon peserta magang pada program pemagangan kerja di LPK Japindo.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teori Setiap individu memiliki kondisi internal dan eksternal, di mana kedua kondisi tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Kondisi internal merupakan faktor yang berada di dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal faktor yang berada di luar diri individu, misalnya orang tua, guru atau instruktur dan kondisi lingkungan di sekitar individu. Dalam kondisi internal terdapat faktor motivasi dan persepsi. Motivasi menurut Rukminto (1994) dalam bukunya Teori Motivasi & Pengukurannya oleh Hamzah Uno (2007: 3) berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut maka setiap aktivitas yang dilakukan oleh peserta magang terjadi karena adanya rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga. Persepsi menurut Gulo (1982: 207) dalam Kamus Psikologi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Pada hakekatnya manusia bisa menilai suatu objek apabila telah mengamati secara langsung maupun tidak langsung. Proses pengamatan tersebut melalui indera-indera yang dimilikinya, diantaranya yang paling dominan adalah indera penglihatan dan indera pendengaran. Dalam hal ini peserta magang bisa menilai bahwa LPK Japindo merupakan suatu tempat pelatihan yang terbaik diantara tempat pelatihan-pelatihan lainnya dikarenakan telah mengalami berbagai macam proses pengamatan melalui indera-indera yang

9 dimilikinya sehingga mendorong peserta untuk mengikuti program pemagangan kerja yang dilaksanakan oleh LPK Japindo. 2. Segi Kebijakan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional mengenai Ketenagakerjaan dijelaskan pada pasal 1 ayat 1 bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pasal 1 ayat 3 dijelaskan bahwa lembaga pelatihan kerja adalah instansi pemerintah, badan hukum atau perorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. Pasal 1 ayat 4 kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pasal 1 ayat 5 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 1 ayat 9 Pelatihan berbasis kompetensi kerja adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup

10 pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, maka pelatihan kerja merupakan salah satu jalur untuk meningkatkan kualitas serta mengembangkan karir tenaga kerja. Paradigma baru peningkatan kualitas tenaga kerja bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi oleh lembaga yang independen. Standar kompetensi kerja perlu disusun dan dikembangkan di berbagai sektor atau bidang profesi, dengan mengacu pada kebutuhan industri atau perusahaan. Hal ini penting agar standar kompetensi kerja dapat diterima di dunia kerja atau pasar kerja, baik secara nasional maupun internasional. 3. Segi Praktis Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhsin (2010) mengungkapkan bahwa motivasi mempunyai andil yang cukup besar dalam partisipasi masyarakat dan memiliki nilai numerik yang signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor motivasi mendominasi setiap kegiatan atau aktivitas individu. Sedangkan dalam penelitian Cucu (2009) menggambarkan bahwa faktor persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat berperan dalam setiap kegiatan individu sehingga pada prosesnya akan menjadikan seorang individu menjadi lebih fokus dan aktif. E. Sistematika Penulisan Karya ilmiah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi

11 masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian membahas tentang konsep motivasi, konsep persepsi, konsep keterlibatan belajar, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian menguraikan tentang lokasi dan populasi serta sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, proses pengembangan instrumen dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menjelaskan pada bagian hasil penelitian tentang variabel motivasi, variabel persepsi, variabel keterlibatan belajar, perhitungan kecenderungan umum skor, pengujian normalitas, analisis regresi linear sederhana, analisis regresi linear ganda, analisis korelasi sederhana, analisis korelasi ganda, serta pada bagian pembahasan tentang pengujian hipotesis, pernyataan kesimpulan, dan pembahasan data dengan teori. BAB V Kesimpulan dan Saran menjelaskan pada bagian kesimpulan hasil uji statistik yang berupa penjelasan tidak mencantumkan angka-angka, pada bagian saran ditujukan kepada para pembuat kebijakan, dan kepada para pengguna hasil penelitian selanjutnya.