BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT EDARAN Nomor: 1839/C.C2/TU/2009

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sudah banyak yang mengenal game online dan facebook. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN TEBAK NAMA DI TK AISYIYAH CABANG BLIMBING POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan prasekolah menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara pemberian stimulasi tersebut. Prinsip tersebut meninjau atas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. afektifnya. Pada masa usia emas, orang tua mulai memberikan pendidikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Kurnia; 2009). Mereka merupakan titipan dan amanat Allah SWT, yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TATA BALOK GAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM HERMAWITA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 KEYONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PDF Editor. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dan peka terhadap stimulasi yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Orang

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang menarik, dimana anak senang bermain dan beragam pola permainan yang mereka lakukan (Santrock, 2002). Masa awal kanak-kanak sering kita kenal dengan sebutan masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun (Syamsu Yusuf, 2011).Pendidikan prasekolah merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah (Pasal 1.1, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27, 1990) Sesorang ahli bernama Froebel (Roopnaire & Johnson, 1993) mengungkapkan bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, karena merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh sebab itu pada masa anak sering disebut sebagai golden age, karena pada masa ini terjadi suatu peluang ataupun kesempatan besar dalam pertumbuhan dan pembentukan pribadi seseoang. Masa prasekolah sering disebut dengan sebutan masa Taman Kanak-Kanak (TK). Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Pasal 1.2, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27, 1990). Menurut Aristoteles dalam proses perkembangan anak usia 0-7 tahun merupakan usia bermain (Yusuf, 2011). Permainan merupakan salah satu aktivasi sosial yang dominan pada masa awal kanak-kanak. Sebab, anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temanya dibandingkan terlibat dalam aktivitas lain, sehingga kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya pada masa ini terjadi dalam bentuk permainan (Santrock, 2002). Oleh karena itu, dalam pembelajaran kegiatan belajar di TK yang merupakan pendidikan 1

2 pertama bagi anak disampaikan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan usianya, sehingga anak pun tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Peneliti telah melakukan observasi ke beberapa TK, diantaranya TK TK di kabupaten Subang. Menurut peneliti pembelajaran di TK TK ini melakukan pembelajaran yang terlalu monoton. Kegiatan baris rapih, periksa kuku tangan, dan bernyanyi sebelum masuk kelas merupakan hal yang menyenangkan. Tapi, setelah masuk kelas anak-anak langsung diberikan beban membuka buku catatan ataupun buku pelajaran di TK tersebut. Buku tersebut berisi menggambar, mewarnai, dan juga membentuk huruf. Proses belajar seperti ini terus dilakukan setiap harinya. Sarana alat permainan kurang memadai dan kurang dimanfaatkan. Dimana permainan tersebut digunakan pada saat istirahat itu pun sesuai keinginan anak saja. Jarang sekali anak yang bermain dengan menggunakan alat-alat permainan yang disediakan, karena kebanyakan pada saat jam istirahat anak bermain bersama teman-teman di luar kelas, membeli makanan, dan menemui orangtuanya. Selanjutnya, pada saat jam pelajaran, alat permainan tersebut tidak digunakan semaksimal mungkin karena guru lebih memberikan pelajaran melalui akses buku pelajaran yang diberikan. Sehingga pembelajaran bermain sambil belajar kurang diterapkan. Observasi selanjutnya peneliti lakukan di PAUD CCD di kota Bandung, yang mana pembelajaran yang diberikan menurut peneliti terlalu memberatkan anak. Anak diberikan beban dalam pembelajaran membaca layaknya pendidikan Sekolah Dasar. Contohnya, anak kelas A, yang diberikan pembelajaran membaca kalimat atau kata ketika proses pembelajaran dimulai. Selain itu, aktivitas bermain sambil belajar juga kurang diterapkan. Fasilitas permainan dalam mengembangkan kemampuan anak cukup difasilitasi di PAUD ini, namun permainan tersebut kurang dimanfaatkan dengan baik. Anak lebih diberikan proses pembelajaran dari buku-buku yang telah tersedia. Keadaaan tersebut tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran untuk pendidikan di TK. Tertuang dalam Surat Edaran dari Dirjen Dikdasmen Nomor: 1839/C.C2/TU/2009 yang ditujukan kepada para gubernur dan bupati/wali

3 kota di seluruh Indonesia, menghimbau bahwa pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip Bermain sambil Belajar dan Belajar seraya Bermain. Oleh sebab itu, pendidikan di TK yang terfokus pada buku pelajaran tanpa memperhatikan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak akan menghambat perkembangan anak dikarenakan tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak prasekolah yaitu tahap praoperasioanal jean Piaget, yang mana pada tahap ini anak senang bermain dengan menggunakan imajinasinya. Bermain merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang menyenangkan, mengasikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir. Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan demikian anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya (Surat Edaran dari Dirjen Dikdasmen Nomor: 1839/C.C2/TU/2009). Selanjutnya, pernyataan dari Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Suyanto kepada salah satu media Kompas.com di Jakarta, Jumat (12/2/2010) mengatakan dengan tegas bahwa Pengenalan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) tidak diperkenankan untuk diajarkan secara langsung sebagai pembelajaran kepada para anak didik di taman kanak-kanak. Calistung harus dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan sambil bermain, dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.

4 Menaruh penekanan untuk pencapaian keberhasilan sama sekali tidak sesuai dengan tujuan semula taman kakak-kanak didirikan, yaitu membuat taman bagi anak-anak, dimana seperti tanaman yang bertumbuh anak-anak memerlukan pengasuhan yang baik. Taman kanak-kanak yang berpusat pada anak, pendidikannya melibatkan seluruh anak dan mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat, dan gaya belajar anak. Penekanan dilakukan pada proses belajar, bukan pada apa yang dipelajari (Friedrich, 1840). Sehingga, proses pembelajaran di TK yang terlalu monoton tanpa bermain tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak prasekolah yang pada masa ini anak senang bermain. Sedangkan apabila proses pembelajaran bermain sambil belajar pada masa kanak-kanak sangat sesuai dengan tahap perkembangan anak prasekolah sehingga dapat mengembangkan perkembangan anak menjadi lebih baik. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan (Yusuf, 2009: 172). Pandangan Hurlock (1978:320) mengenai bermain juga serupa, menurutnya bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan dengan hasil akhir. Selain itu, bermain adalah dunia bagi anak-anak dan sekaligus sebagai sarana belajar bagi anak (Solehuddin, 2000:53). Salah satu contoh proses pembelajaran sambil bermain yaitu pengenalan kata dan jenis bentuknya dengan menggunakan kartu bergambar pada anak. Hal ini tertuang dalam sebuah jurnal pendidikan, yang mana hasil penelitian tersebut adalah Anak dalam pertengahan semester sudah bisa membaca kata ataupun kalimat (Wahyu, 2004). Metode pembelanjaran sambil bermain ini merupakan suatu metode yang juga diterapkan oleh diterapkan oleh Maria Montessori. Maria Montessori merupakan salah satu tokoh yang mengajarkan metode belajar sambil bermain. Pada metode ini Montessori menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih mengerti dengan tujuan pembelajaran yang sedang diajarkan. Prinsip-prinsip dari metode

5 pembelajaran Montessori sendiri adalah Student Centered Learning, dimana Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Montessori menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya. Metode Montessori tetap relevan digunakan, baik sekarang maupun dikemudian hari, dianggap relevan karena Montessori menganggap kelas sebagai suatu laboratorium. Metode permainan yang diterapkan oleh Montessori mencakup tiga bagian metode pengajaran diantaranya, pendidikan motorik, sensorik, dan bahasa (Hainstock, 1999). Selain itu, tak hanya mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kognititf anak (Lillard, 1996). Salah satu tokoh psikologi yang melihat bahwa suatu permainan dapat meningkatkan perkembangan anak adalah Piaget. Piaget (1962) melihat permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Pada waktu yang sama, ia mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak membatasi cara mereka bermain. Permainan memungkinkan anak-anak mempraktekkan kompetensikompetensi dan keterampilan-keterampilan mereka yang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Piaget yakin bahwa struktur-struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna bagi latihan ini. Selain itu, Vygotsky (1962) mengatakan dengan yakin bahwa permainan merupakan suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir. Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya yang menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya. Selain itu, faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian besar aktivitasnya dalam

6 belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan. Untuk membantu anak agar tetap berkembang dan merasa senang dalam proses belajar tanpa dibebankan oleh kurikulum pembelajaran yang memberatkan anak untuk berprestasi, maka program pembelajaran permainan Montessori yang lebih mementingkan pola belajar sambil bermain, peneliti rasa sangat cocok untuk menjadi pembelajaran yang diberikan pada taman kanak-kanak, karena permainan Montessori ini bukan hanya dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif anak (Lillard, 1996). Berdasarkan latar belakang dan pemaparan-pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas jenis permainan Montessori dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah, diantaranya: 1. Bagaimana kondisi awal perkembangan kognitif anak sebelum diberi permainan Montessori? 2. Apakah jenis permainan Montessori efektif dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi awal perkembangan kognitif anak sebelum diberi permainan Montessori. 2. Untuk menemukan keefektivan jenis permainan Montessori dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Memberikan informasi serta manfaat bagi kajian studi Psikologi Perkembangan dan pendidikan mengenai efeketivnya memberikan pola belajar sambil bermain kepada anak dalam meningkatkan kognitif anak. b. Hasil penelitian dapat bermanfaat dan memberikan informasi tambahan kepada peneliti selanjutnya mengenai permainan untuk anak TK dan perkembangan kognitif anak TK. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk: a. Bidang akademik Dapat membantu dan bermanfaat dalam memberikan informasi dan bahan pertimbangan kepada sekolah taman kanak-kanak mengenai permainan-permainan edukasi yang menyenangkan untuk membantu dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. b. Pengembangan ilmu Dapat membantu dalam memberikan informasi tambahan bagi pengembangan kurikulum pendidikan di TK terkait efektivnya pola pembelajaran bermain sambil belajar dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Sehingga, kurikulum yang ada di TK tidak lagi memberikan proses pembelajaran yang menekan dan memberatkan anak. c. Peneliti selanjutnya Mengambangkan penelitian ini dengan menggunakan sampel yang lebih besar dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda. Seperti, kuasi eksperimen One Group Pretest-Postest Design, expost facto reaserch, dll.

8 E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisani skripsi ini akan dipaparkan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini berisi mengenai kajian pustaka yang merupakan teori-teori yang akan dicantumkan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, pada bab ini juga berisi kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi mengenai variable penelitian, definisi operasional variable, desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai analisis data yang diperoleh peneliti melalui teknik analisis data yang telah ditetapkan peneliti untuk membuktikan hipotesis penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi mengenai terbukti atau tidaknya hipotesisi peneliti dan juga berisi mengenai rekomendasi dari peneliti.