JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof, dan T. Yuwono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ashari@ee.its.ac.id ; teguh@ee.its.ac.id Abstrak Aplikasi motor induksi yang sedang marak dikembangkan adalah sebagai penggerak mobil listrik. Sumber tenaga yang digunakan pada mobil listrik umumnya berupa baterai yang memiliki keterbatasan pada tegangan keluaran yang dihasilkan. Sementara dibutuhkan sumber tegangan DC yang besar untuk memberikan suplai tenaga motor induksi karena harus dikonversi terlebih dahulu menjadi tegangan AC tiga fasa oleh inverter. Dalam tugas akhir ini dilakukan perancangan dan simulasi step-up converter yang menggabungkan konsep charge pump dan boost converter konvensional. Konverter tersebut menggunakan dua buah induktor dan sebuah kapasitor charge pump yang akan melepaskan energi ke beban pada periode demagnetisasi bersamaan dengan tegangan input. Konverter kemudian digunakan untuk menaikkan tegangan baterai yang akan menyuplai daya untuk motor induksi 3 fasa dengan kapasitas daya 10 HP dan tegangan input 220/380 V. Hasil simulasi menunjukkan bahwa topologi step-up converter kombinasi charge pump dan boost converter dapat menaikkan tegangan masukan dua kali lebih besar dibandingkan topologi boost converter konvensional. Konverter juga mampu menyuplai daya untuk sistem motor induksi sebagai penggerak mobil listrik dengan tegangan keluaran 780 V dan ripple tegangan berkisar antara 9 100 V pada torsi beban 30 Nm dan kecepatan 1000 rpm. Kata Kunci boost converter, charge pump, motor induksi, rasio konversi. M I. PENDAHUUAN otor induksi 3 fasa saat ini sering digunakan pada berbagai aplikasi dikarenakan memiliki beberapa keunggulan [1]. Diantara keunggulan motor induksi adalah konstruksinya yang kuat, tenaga yang besar, perawatan yang mudah dan harganya yang relatif murah. Salah satu aplikasi motor induksi yang sekarang sedang marak dikembangkan adalah sebagai penggerak mobil listrik. Sumber tenaga yang digunakan pada mobil listrik pada umumnya berupa baterai. Baterai yang ada di pasaran saat ini memiliki keterbatasan pada tegangan keluaran dan kapasitas daya. Sementara dibutuhkan sumber tegangan DC yang besar untuk memberikan suplai tenaga motor induksi karena harus dikonversi terlebih dahulu oleh inverter tiga fasa. Untuk itulah dibutuhkan sebuah konverter DC yang dapat menaikkan tegangan keluaran baterai sehingga motor dapat bekerja dengan optimal. Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan perancangan sebuah step-up converter yang menggabungkan konsep charge pump dan boost converter konvensional dengan rasio konversi tegangan yang tinggi. Konverter tersebut menggunakan dua buah induktor dan sebuah kapasitor charge pump yang akan melepaskan energi pada periode demagnetisasi bersamaan dengan tegangan input. Rangkaian konverter yang sederhana dengan topologi yang mirip boost converter konvensional menjadikannya dapat dikontrol dengan mudah [2]. ebih lanjut konverter digunakan untuk menaikkan tegangan baterai yang akan mensuplai daya untuk motor induksi 3 fasa dalam aplikasinya sebagai penggerak mobil listrik. Kinerja konverter akan diamati ketika motor induksi diberi beban torsi dan kecepatan yang bervariasi serta pada saat pengereman. A. Konfigurasi Sistem II. URAIAN PENEITIAN Gambaran konfigurasi sistem pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1. Baterai lead acid 156 V dengan kapasitas 100 Ah digunakan sebagai sumber kelistrikan mobil. Tegangan output baterai kemudian dinaikkan oleh step-up converter dengan rasio tinggi. Saat mode motoring, konverter akan menaikkan tegangan sesuai dengan tegangan referensi yang dibutuhkan. Sedangkan saat pengereman, konverter tidak bekerja sehingga tegangan keluarannya sebesar tegangan baterai yang akan digunkan untuk pengereman dinamik. Pengaturan tegangan keluaran konverter menggunakan kontrol PWM (pulse width modulation). Nilai duty cycle akan secara otomatis menyesuaikan tegangan referensi yang diberikan setelah melalui kontroller PI dengan umpan balik tegangan keluaran konverter (tegangan DC-link). Tegangan DC-link kemudian dikonversi menjadi tegangan AC oleh inverter VSI 3 fasa untuk selanjutnya dihubungkan ke motor induksi tiga fasa. Pengaturan kecepatan motor induksi diatur oleh switching inverter 3 fasa menggunakan SPWM (sinusoidal pulse width modulation). referensi yang digunakan pada SPWM didapat dari keluaran kontrol kecepatan motor induksi yaitu indirect field oriented control (IFOC).
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 Baterai D 2 2 Step Up Converter Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter DC-ink Inverter 3 Fasa Ia, Ib, Ic Motor Induksi 3 Fasa n r Beban Torsi 1 I1 VCe I2 C e D 1 C o VO R Tegangan Referensi PWM Gambar. 1. Konfigurasi Sistem B. Step-Up Converter SPWM Kontrol Kecepatan Motor Induksi Kecepatan Referensi Konverter DC pada penelitian ini mengkombinasikan konsep charge pump dan boost converter. Rangkaian konverter terdiri dari dua buah induktor 1 dan 2 dengan nilai induktansi yang sama, dua buah diode D 1 dan D 2, sebuah kapasitor charge pump Ce, sebuah kapasitor keluaran Co, dan dua buah saklar IGBT yang diparalel dengan dioda free wheeling. Pemodelan rangkaian konverter ditunjukkan pada Gambar 2. DC DC 1 I1 VCe C e Q 1 2 I2 (a) VQ1 Q 2 VQ2 - (b) Gambar. 3. Konverter DC kombinasi charge pump dan boost converter (a) saat periode magnetisasi (b) saat periode demagnetisasi C o VO R D 2 2 Q 2 Pada kondisi ini dapat diturunkan persamaan DC 1 C e D 1 Q 1 Gambar. 2. Rangkaian konverter DC kombinasi charge pump dan boost converter Skema rangkaian konverter saat beroperasi pada periode magnetisasi dan periode demagnetisasi ditunjukkan oleh Gambar 3. Saat periode magnetisasi, saklar Q 1 aktif sedangkan saklar Q 2 nonaktif sehingga diode D 1 dan D 2 forward biased. Selama periode ini induktor 1 dan 2 mengalami magnetisasi dan kapasitor charge pump Ce dalam kondisi charging. Tegangan keluaran disuplai dari kapasitor Co. Pada kondisi ini dapat diturunkan persamaan V = 2 (1) d i d t = 2 (2) i magnetisasi = 2. D. T (3) Saat periode demagnetisasi, saklar Q 1 nonaktif sedangkan saklar Q 2 aktif sehingga diode D 1 dan D 2 reverse biased. Selama periode ini tegangan masukan Vin serta induktor 1 dan 2 melepas energi ke beban. Bersamaan dengan itu pula kapasitor charge pump Ce dalam kondisi discharging. Tegangan yang dilepaskan kapasitor charge pump Ce bernilai sama dengan tegangan masukan Vin. C o R V = 2 V o (4) d i d t = 2 V 0 (5) i demagnetisasi = 2 V o. 1 D. T (6) Dengan menganalisis pada kondisi steady state, penjumlahan nilai masukan ripple arus saat switch tertutup dan nilai keluaran ripple arus saat switch terbuka adalah 0. Persamaan rumus tersebut dapat diturunkan sehingga didapat perhitungan gain pada konverter berdasarkan (7). Turunan persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. Dimana i magnetisasi i demagnetisasi = 0 (7) 2. D. T 2 V o. 1 D. T = 0 (8) V o = 2 (9) 1 D G = V o = 2 1 D G = penguatan pada konverter Vo = tegangan keluaran (V) Vin = tegangan masukan (V) D = duty cycle (%) (10)
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3 Vdc-link Referensi - PI Comp Q 1 Inverter 3 Fasa Motor Induksi 3 Fasa nm Vdc-link Aktual Q 2 abc id Carrier Gambar. 4. Kontrol tegangan konverter Pulsa 1 Carrier Keluaran Kontroller PI Idref nmref Id - PI - nm - iq PI PI dq theta iq dq abc theta SPWM S 1 S 6 iq-ref 0 Waktu Iqref Idref nm ʃ theta Pulsa 1 0 Switching Q 1 Waktu Gambar. 6. Skema IFOC Step Up Converter Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter Motor Induksi 3 Fasa Pulsa 1 Switching Q 2 Qbraking D C 0 Gambar. 5. switching konverter Waktu Duty Cycle Comp Qbraking C. Kontrol Tegangan Konverter Kontrol tegangan pada konverter diatur dengan menggunakan metode switching PWM [3]. referensi didapat dari keluaran kontroller PI yang akan menghasilkan duty cycle sesuai dengan tegangan referensi yang diberikan. Skema kontrol tegangan konverter dapat dilihat pada Gambar 4. Keluaran PWM berupa sinyal yang akan mengaktifkan switch Q 1 dan switch Q 2 secara periodik sesuai frekuensi sinyal carrier yang diberikan. switch Q 2 merupakan sinyal komplemen dari sinyal switch Q 1. Bentuk sinyal switching konverter ditunjukkan oleh Gambar 5. D. Kontrol Kecepatan Motor Induksi Skema pengaturan kecepatan motor induksi pada penelitian ini menggunakan metode IFOC. IFOC digunakan sebagai sinyal referensi kontrol SPWM yang akan mengatur pensaklaran IGBT pada VSI tiga fasa. Terdapat dua masukan referensi untuk IFOC, yaitu referensi kecepatan dan referensi arus dalam bidang d (Id ref ) [4]. Referensi kecepatan dapat divariasikan menggunakan sumber berupa piece wise linear. Besarnya nilai Id ref dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut. I d ref = φ m (11) E. Pengereman Dinamik Pada saat dilakukan pengereman, maka suplai tegangan 3 fasa ke motor diputus dan digantikan tegangan DC yang menyuplai 2 fasa masukan motor induksi [5]. Tegangan DC Carrier Gambar. 7. Skema pengereman dinamik motor induksi berasal dari keluaran Step Up Converter kombinasi Charge Pump dan Boost Converter yang diteruskan ke buck converter untuk mengatur tegangan DC yang akan digunakan untuk pengereman dinamik. Besarnya tegangan DC yang masuk ke motor mempengaruhi cepat lambatnya waktu pengereman. Untuk itu, pengaturan respon pengereman yang diinginkan dapat dilakukan dengan mengubah duty cycle pensaklaran pada buck converter. Skema pengereman dinamik pada motor dapat dilihat pada Gambar 7. III. SIMUASI DAN ANAISIS Dalam simulasi yang dilakukan digunakan motor induksi tiga fasa rotor sangkar dengan daya 10 HP. Parameter motor induksi yang digunakan terdapat pada Tabel 1. Dengan memperhatikan tegangan dan daya nominal motor induksi, maka dipilih baterai lead acid Panasonic C-XA12100P dengan tegangan nominal 12 V dan kapasitas 100 Ah [6]. Parameter baterai lead acid dapat dilihat pada Tabel 2. A. Simulasi Step-Up Converter Simulasi step-up converter kombinasi charge pump dan boost converter dilakukan secara terpisah dari sistem. Simulasi mengacu pada rangkaian konverter pada Gambar 2. Gambar 8 menampilkan sinyal PWM (V pwm 1 dan V pwm 2), arus Induktor (I 1 dan I 2), dan tegangan Induktor (V 1 dan V 2). V pwm 1 adalah sinyal keluaran PWM yang
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 Tabel 1. Parameter motor induksi 3 fasa Parameter Nilai Daya Nominal 10 HP Tegangan Rating 220/380 V Frekuensi Rating 60 Hz Resistansi Jangkar 0,156 Ω Induktansi Jangkar 0,00074 Ω Resistensi Medan 0,294 Ω Induktansi Medan 0,00139 Ω Mutual Induktansi 0,041 H Inersia 0,02 kg.m 2 Jumlah Kutub 6 Tabel 2. Parameter baterai Panasonic C-XA12100P Parameter Tegangan Nominal Kapasitas Resistensi Internal Initial Current of Charge Control Voltage for Charge Massa Nilai 156 V 100 Ah 0,0045 Ω 15 A or smaller 13,6 V to 13,8 V 33 kg Gambar. 8. PWM (V pwm 1 dan V pwm 2), Arus Induktor (I 1 dan I 2), dan Tegangan Induktor (V 1 dan V 2) mengendalikan saklar Q 1 dan menunjukkan periode magnetisasi konverter sedangkan V pwm 2 adalah sinyal keluaran PWM yang mengendalikan saklar Q 2 dan menunjukkan periode demagnetisasi konverter. Perbandingan periode magnetisasi dengan total periode dalam satu siklus menunjukkan duty cycle rangkaian sebesar 0,6. Pada periode magnetisasi, 1 dan 2 secara bersamaan mengalami charging. Sedangkan pada periode demagnetisasi, 1 dan 2 secara bersamaan dalam kondisi discharging. Tegangan kedua induktor bernilai sama dengan tegangan input selama periode magnetisasi dan bernilai negatif selama periode demagnetisasi. Hal ini menunjukkan selama periode demagnetisasi kedua induktor mensuplai tegangan ke beban sebesar tegangan input. Dari hasil simulasi didapat nilai arus induktor rata-rata sebesar 301,1 A dengan ripple arus sebesar 24 A. Gambar 9 menunjukkan tegangan IGBT (V Q 1 dan V Q 2), tegangan kapasitor charge pump (Ce), dan tegangan output (Vo). Tegangan V Q 1 bernilai sama dengan tegangan input selama sinyal V pwm 1 belum mengaktifkannya. Begitu juga dengan V Q 2 yang bernilai sama dengan tegangan input saat dalam keadaan off. Tegangan pada kapasitor charge pump Ce bernilai sama dengan tegangan input selama periode magnetisasi dan mengalami discharging pada periode demagnetisasi dengan mempertahankan tegangan sebesar tegangan input. Hal ini berarti pada periode demagnetisasi, Ce turut mensuplai tegangan ke beban sebesar tegangan input sesuai dengan (4). Tegangan output rata-rata adalah 779 V dengan ripple tegangan sebesar 1,2 V. Dengan demikian konverter terbukti mampu meningkatkan tegangan input 156 V menjadi 780 V dengan duty cycle 0,6 dan error sebesar 0,13%. Gambar. 9. Tegangan saklar IGBT (V Q 1 dan V Q 2), Tegangan Kapasitor Charge Pump (Ce), dan Tegangan Output (Vo) B. Simulasi Sistem dengan Torsi Beban Bervariasi Simulasi ini bertujuan untuk mengamati kemampuan sistem dalam mempertahankan kecepatan saat diberi gangguan berupa perubahan torsi beban. Saat torsi beban dinaikkan, mobil diasumsikan sedang melewati tanjakan. Sedangkan saat torsi beban diturunkan, mobil diasumsikan sedang melewati turunan. Pada simulasi ini diberikan kecepatan referensi sebesar 1000 rpm, tegangan referensi output konverter sebesar 780 V. 1) Torsi Beban Berubah dari 20 Nm ke 30 Nm Kurva torsi keluaran motor saat terjadi perubahan torsi beban ditunjukkan oleh Gambar 10. Berdasarkan kurva pada Gambar 10, respon torsi keluaran mulai steady state pada waktu 2,012 detik dengan nilai rata-rata 30,001 Nm. Error antara torsi rata-rata keluaran motor dengan torsi beban mendekati 0%. Osilasi respon torsi pada kondisi steady state berkisar 0,5 Nm hingga 2 Nm. Kurva respon tegangan DC-link terhadap tegangan referensi yang diberikan saat perubahan torsi beban ditunjukkan oleh Gambar 11. Dari Gambar 11, tegangan DC-link aktual bernilai rata-rata 780 V pada kondisi steady state saat waktu 0,055
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5 Gambar. 10. Kurva respon torsi keluaran motor aktual (merah) dan torsi beban (biru) saat torsi berubah dari 20 Nm menjadi 30 Nm Gambar. 11. Kurva respon tegangan DC-link (merah) dan tegangan referensi DC-link (biru) saat torsi berubah dari 20 Nm menjadi 30 Nm Gambar. 12. Kurva respon torsi keluaran motor aktual (merah) dan torsi beban (biru) saat torsi beban berubah dari 30 Nm menjadi 20 Nm Gambar. 13. Kurva respon tegangan DC-link (merah) dan tegangan referensi DC-link (biru) saat torsi beban berubah dari 30 Nm menjadi 20 Nm detik. Ripple tegangan bernilai 5 hingga 35 V saat torsi beban 20 Nm. Ketika torsi beban diubah 30 Nm, ripple tegangan bernilai semakin besar pada kisaran 11 hingga 83 V. 2) Torsi Beban Berubah dari 30 Nm ke 20 Nm Kurva respon torsi keluaran motor ditunjukkan oleh Gambar 12. Berdasarkan kurva pada Gambar 12, respon torsi keluaran mulai steady state pada waktu 2,011 detik dengan nilai rata-rata 20 Nm. Error antara torsi rata-rata keluaran motor dengan torsi beban adalah 0%. Osilasi respon torsi pada kondisi steady state berkisar 0,9 Nm hingga 1,6 Nm. Kurva respon tegangan DC-link terhadap tegangan referensi yang diberikan saat perubahan torsi beban dari 30 Nm menjadi 20 Nm ditunjukkan oleh Gambar 13. Berdasarkan Gambar 13, tegangan DC-link aktual bernilai rata-rata 780 V pada kondisi steady state saat waktu 0,06 detik. Ripple tegangan bernilai 9 hingga 100 V saat torsi beban 30 Nm. Ketika torsi beban diubah menjadi 20 Nm, ripple tegangan bernilai semakin kecil pada kisaran 2 hingga 40 V. C. Simulasi Sistem dengan Kecepatan Bervariasi Simulasi ini bertujuan mengamati respon sistem ketika mobil diasumsikan berakselerasi pada bidang datar. Kecepatan referensi yang diberikan dari 500 rpm menjadi 1000 rpm dengan torsi beban konstan pada 20 Nm. Tegangan referensi keluaran konverter diberikan sebesar 780 V. Kurva respon kecepatan aktual motor ditunjukkan oleh Gambar 14. Berdasarkan kurva pada Gambar 14, kecepatan aktual motor baru merespon kecepatan referensi yang diberikan pada waktu 0,12 detik. Saat kecepatan referensi bernilai 500 rpm, respon kecepatan steady state pada waktu 0,85 detik dengan ripple sebesar 0,2 0,6 rpm. Setelah kecepatan referensi berubah menjadi 1000 rpm, respon kecepatan steady state pada waktu 2,45 detik dengan ripple sebesar 0,5 2 rpm. Kurva respon tegangan DC-link terhadap tegangan referensi yang diberikan saat perubahan kecepatan referensi ditunjukkan oleh Gambar 15. Dari Gambar 15, tegangan DClink aktual bernilai rata-rata 780 V pada kondisi steady state saat waktu 0,055 detik. Ripple tegangan bernilai 2 hingga 55 V saat kecepatan referensi 500 rpm. Ketika kecepatan referensi diubah menjadi 1000 Nm, ripple tegangan bernilai semakin kecil pada kisaran 1 hingga 30 V. D. Simulasi Sistem saat Pengereman Dinamik Simulasi pengereman dinamik dilakukan dengan memutus tegangan AC 3 fasa pada motor induksi dan menyuplai tegangan DC pada kedua fasa masukannya. Simulasi mengacu pada pemodelan pengereman motor induksi pada Gambar 7. Kurva respon kecepatan aktual motor saat mode pengereman ditunjukkan oleh Gambar 16. Berdasarkan kurva pada Gambar 16, kecepatan aktual motor turun ketika mode pengereman pada detik ke 1. Kecuraman respon kecepatan saat pengereman bervariasi berdasarkan tegangan DC yang diberikan. Saat tidak diberikan tegangan DC (Vdc = 0 V), respon kecepatan aktual mencapai 0 rpm pada 1,56 detik. Ketika tegangan DC diberikan sebesar 25 V, respon kecepatan aktual mencapai 0 rpm pada 1,24 detik dan steady state pada 1,34 detik. Sedangkan saat diberikan tegangan DC sebesar 100 V, respon kecepatan aktual dengan cepat mencapai 0 rpm pada 1,05 detik dan steady state pada 1,26 detik. Ketika pengereman, tegangan DC-link seharusnya sama besar dengan tegangan baterai yang terukur sebesar 169 V Kurva respon tegangan DC-link saat pengereman ditunjukkan
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 tegangan DC sebesar 100 V, tegangan rata-rata DC-link sebesar 163 V dengan ripple sebesar 3 V. Gambar. 14. Kurva respon kecepatan motor aktual (merah) dan kecepatan referensi (biru) saat kecepatan referensi bervariasi dari 500 rpm ke 1000 rpm Gambar. 15. Kurva respon tegangan DC-link (merah) dan tegangan referensi DC-link (biru) saat perubahan kecepatan referensi dari 500 rpm menjadi 1000 rpm IV. KESIMPUAN Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Topologi step-up converter dengan mengkombinasikan konsep charge pump dan boost converter dapat menaikkan tegangan dua kali lebih besar dibandingkan menggunakan topologi boost converter konvensional dengan rasio konversi V o 2 1 D = Pada pengujian dengan menggunakan tegangan input 156 V dan duty cycle 0,6, didapat nilai error konversi yang sangat kecil sebesar 0,13%. 2. Pada pengujian sistem dengan torsi beban bervariasi dan kecepatan referensi bervariasi, step up converter kombinasi charge pump dan boost converter mampu menyuplai daya untuk sistem motor induksi 10 HP dengan ripple tegangan berkisar antara 9 100 V pada torsi beban 30 Nm dengan kecepatan konstan 1000 rpm. 3. Pada pengujian pengereman dinamik, tegangan DC-link mengalami penurunan atau kenaikan berdasarkan besarnya tegangan DC yang dikonversi untuk pengereman. Gambar. 16. Kurva respon kecepatan motor aktual saat pengereman dinamik dengan tegangan DC 0 V (merah), 25 V (biru), 100 V (hijau) DAFTAR PUSTAKA [1] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga istrik dan Elektronika Daya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993. [2] K. I. Hwu dan Y. T. Yau, High Step-Up Converter Based on Charge Pump and Boost Converter, IEEE Transactions On Power Electronics Vol. 27, No. 5, May 2012. [3] Rashid M.H, Power Electronics Handbook, Academic Press, USA, 2001. [4] P.C. Krause, Analysis of Electric Machinery and Drive System, 2 nd, IEEE Press, 2002. [5] Warsito Agung, Facta Mochammad, Anantha M, Pengereman Dinamik pada Motor Induksi Tiga Fasa, Universitas Diponegoro, Juni 2006. [6] http://www.panasonic.com/industrial/includes/pdf/panasonicvra C-XA12100P.pdf Gambar. 17. Kurva respon tegangan DC-link saat pengereman dinamik dengan tegangan DC 0 V (merah), 25 V (biru), 100 V (hijau) oleh Gambar 17. Dari Gambar 17, tegangan DC-link saat pengereman bervariasi berdasarkan tegangan DC yang digunakan untuk pengereman. Saat tidak diberikan tegangan DC (Vdc = 0 V), tegangan rata-rata DC-link sebesar 175 V dengan ripple sebesar 0,02 V. Ketika tegangan DC diberikan sebesar 25 V, tegangan rata-rata DC-link sebesar 169 V dengan ripple sebesar 0,4 V. Sedangkan saat diberikan