BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (PAD). Hampir semua dana dari APBD yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. guna, berhasil guna dan bertanggungjawab (Mifti dkk, 2009). Sejak diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (TAP MPR) No. IV/ MPR/ 1978 GBHN jo TAP MPR No. II/ MPR/ 1983 GBHN.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga selaras dengan hak dan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada

SALINAN NO : 14 / LD/2009

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman pada saat ini, pengendalian internal

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang akan memperburuk keadaan. Kesenjangan ekonomi pun akan terjadi, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang bergulir di Indonesia telah membawa dampak perubahan yang besar di segala bidang kehidupan bangsa ini. Dampak perubahan yang paling terasa adalah di bidang perekonomian,yaitu tuntutan terhadap pembatasan bidang ekonomi yang dilakukan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir akhir ini,terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan atas instansi pemerintah. Walaupun anggaran operasional dan belanja daerah semakin membengkak, nampaknya masyarakat belum puas atas kualitas jasa maupun barang yang diberikan oleh instansi pemerintahan. Karena selama ini dirasakan pemerintah pusat seakan-akan membelengu kehidupan perekonomian daerah, yang dapat dengan dirasakan adanya suatu kesenjangan antara pemerinta daerah dan pemerintah pusat dalam bidang pembangunan. Disamping itu, selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara objektif. Kesulitan ini disebabkan belum pernah disusunnya suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan suatu instansi. Suatu keberhasilan instansi dalam menjalankan tidak terlepas peran dalam menghasilkan pendapatan suatu organisasi. Adanya tuntutan ini, memaksa pemerintah pusat mengeluarkan suatu produk undang-undang yang dapat memberikan kebebasan bagi daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya masing masing serta didalam pengaturan terhadap keuangan daerahnya. Maka disahkanlah undang- undang no. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah serta undang undang no.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dengan adanya otonomi, diharapkan akan menciptakan suatu kemandirian daerah yang dapat memicu suatu pertumbuhan daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan pada masyarakat daerah tersebut. Untuk itu diperlukan aparatur pemerintah yang cakap dan terampil untuk melaksanakan tugas umum pemerintah dan pembangunan sebagai perencana dan pelaksana pembangunan. Pelimpahan tugas kepada pemerintah daerah dalam otonomi harus disertai dengan pelimpahan keuangan. Sehingga tugas dan tanggung jawab yang diberikan semakin berat. Diharapkan pelimpahan keuangan diimbangi dengan pengawasan yang dapat memberikan jaminan agar tidak terjadi kecurangan, penyelewengan, dan kebocoran yang tidak sesuai dengan rencana penggunaannya. Salah satu indikator penting dari kewenangan keuangan adalah besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki daerah, semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam struktur keuangan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari : 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan 4. Lain-lain PAD yang sah meliputi: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi / potongan ataupun bentuk lain sebagai sebab akibat dari penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah. Retribusi daerah adalah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah secara langsung maupun tidak langsung dan sifat pemungutannya dapat dipaksakan. Retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang

lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kedalam kelompok yang berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Dengan tidak adanya suatu Badan Pengawasan Daerah, maka mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kebocoran, dan pemborosan kekayaan daerah khususnya Dinas Perhubungan. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan pendapatan retribusi daerah pada Dinas Perhubungan tidak akan tercapai. Fungsi penting dari Badan Pengawasan Daerah dalam membantu manajemen pemerintahan adalah untuk memeriksa dan mengawasi metode dan menjadi alat peningkatan pendapatan retribusi daerah dapat terkontrol sesuai dengan yang target yang sudah ditetapkan. Adapun penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Purwakarta dan Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta yang kedua-duanya merupakan Instansi Pemerintah yang ada di Kabupaten Purwakarta. Dengan maksud untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Pengawas Daerah dalam menunjang peningkatan pendapatan retribusi daerah pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan judul: Fungsi Badan Pengawasan Daerah Dalam Menunjang Peningkatan Retribusi Daerah Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta 1.2 Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasikan masalahmasalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam skripsi, yaitu : 1. Apakah pelaksanaan pengawasan daerah atas pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi daerah pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta telah berfungsi. 2. Apakah pendapatan retribusi daerah selama periode tahun 2005-2007 pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta telah memenuhi target yang sudah ditetapkan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah diiidentifikasi, maksud penelitian ini adalah mencari data dan meneliti bagaimana pengaruh Badan Pengawasan Daerah dalam menunjang peningkatan pendapatan retribusi daerah pada Dinas perhubungan kabupaten Purwakarta. Adapun tujuan penelitian adalah untuk : 1. Mengetahui pelaksanaan Badan Pengawasan Daerah atas peningkatan pendapatan retribusi daerah pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta. 2. Mengetahui pendapatan retribusi daerah selama periode tahun 2005 sampai dengan 2007 pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta telah memenuhi target yang telah ditetapkan. 1.4 Kegunaan penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berguna untuk : 1. Instansi pemerintah Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan pengawasan daerah dalam menunjang peningkatan pendapatan, juga memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Bawasda khususnya dalam penyelenggaraan yang berkaitan dengan tingkat pendapatan retribusi daerah pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta. 2. Penulis Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang pengawasan yang sesuai dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan. 3. Masyarakat Khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penulis berharap agar penelitian yang serba terbatas ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian berikutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran Untuk mencapai hasil pendapatan daerah yang efisien, ekonomis, dan, pemerintah telah berusaha untuk menciptakan suatu mekanisme pengawasan melalui Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA). Disamping itu dilakukan pula berbagai usaha untuk menegakkan disiplin aparatur pemerintah dan menanggulangi penyalahgunaan wewenang dan bentuk penyelewengan lainnya, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kebocoran, serta pemborosan kekayaan dan keuangan Negara. Melalui jalur pengawasan fungsional, Negara Republik Indonesia memiliki berbagai aparat pengawasan, disamping badan pemeriksa keuangan yang merupakan aparat pengawasan ekstern, juga dibentuk aparat pengawasan intern pemerintah yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dengan keputusan presiden No.31 tahun 1983, didalamnya antara lain dikatakan bahwa : 1. Peningkatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah memerlukan pula peningkatan pengawasannya. 2. Agar diperoleh hasil pengawasan yang objektif maka disamping pengawasan melekat pada masing-masing unit organisasi pemerintah, diperlukan adanya pengawasan yang terlepas dari unit unit pelaksana. Pengawasan merupakan salah satu unsur penting di dalam pendayagunaan aparatur pemerintah agar penyelewengan dan pemborosan kekayaan Negara dan sejenisnya dapat dikurangi bahkan dihindarkan. Untuk terwujudnya hal tersebut maka diperlukan aparatur pemerintah yang tangguh, berdisiplin, dan wibawa. Oleh karena itu, maka pimpinan pemerintahan melimpahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada bawahannya. Sedangkan tanggung jawab utama tetap berada pada pimpinan dengan tujuan melindungi harta organisasi pemerintahan dan kebijakan yang telah ditentukan oleh pihak organisasi pemerintahan. Dengan adanya pelimpahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut maka pimpinan membutuhkan suatu pengawasan yang efektif. Pengawasan ini tidak dimaksudkan untuk meniadakan kemungkinan terjadinya penyelewengan tetapi diharapkan dengan adanya pengawasan yang efektif, dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan yang dapat merugikan perusahaan. Pentingnya pengawasan dan langkah penindakan perlu lebih ditingkatkan terutama di dalam pengurusan atau pengelolaan keuangan negara yang merupakan sumber utama bagi keseimbangan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Menurut Peraturan pemerintah No. 20 tahun 2001 menyebutkan bahwa : Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/badan/ unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian. Tugas pokok Badan Pengawasan Daerah adalah melaksanakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan,dan kekayaan daerah. Tujuan Badan Pengawasan Daerah yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab melalui pengawasan profesional sehingga membantu dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan dalam mencapai tujuan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Fungsi penting dari Badan Pengawasan Daerah dalam membantu manajemen pemerintahan untuk memeriksa dan mengawasi metode dan menjadi alat peningkatan pendapatan retribusi dapat terkontrol sesuai dengan yang ditargetkan sebelumnya. Badan Pengawasan Daerah dapat memberikan rekomendasi bagi perbaikan dalam pelaksanaan peningkatan pendapatan retribusi. Karena fungsi pengawasan sangat penting dalam peningkatan pendapatan suatu instansi pemerintah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengawasan daerah yang dihubungkan dengan tingkat pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi daerah Tujuan pendapatan dapat tercapai bila unsur-unsur pendapatan itu sendiri benar-benar dipatuhi dan agar pendapatan berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis, maka diperlukan suatu bagian tertentu yang mengawasi dan mengevaluasi efektifitas dan efisiensi tingkat pendapatan. Bagian tertentu tersebut adalah pengawasan daerah.

IAI (2003 23: 2 ) Mendefinisikan pendapatan sebagai berikut : Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan timbul dari aktifitas normal perusahaan atau operasi perusahaan berupa penjualan barang dan jasa. Dalam hubungannya dengan efektifitas tingkat pendapatan, Badan Pengawasan Daerah mempunyai tugas untuk memeriksa terhadap catatan yang berhubungan dengan pendapatan daerah. Pendapatan daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan asli daerah yang berasal dari pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pinjaman daerah, pendapatan daerah lainnya yang sah. Selanjutnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari : 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan 4. Lain-lain PAD yang sah meliputi: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi dan potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan /pengadaan barang dan jasa oleh daerah. Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar perannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah, di beberapa daerah, pendapatan yang berasal dari retribusi daerah dapat lebih besar daripada pendapatan dari pajak daerah. Undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.tidak semua jasa diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut

retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial-ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu : 1. Jasa umum 2. Jasa usaha 3. perijinan tertentu Berdasarkan kelompok jasa yang menjadi objek retribusi daerah dapat dilakukan penggolongan retribusi daerah. Penggolongan jenis retribusi dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 18 ayat 2 retribusi daerah dibagi atas tiga golongan : 1. Retribusi jasa umum 2. Retribusi jasa usaha 3. Retribusi perijinan tertentu Retribusi hanya akan berpengaruh pada ketersediaan menggunakan atau permitaan terhadap jasa atau pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, retribusi tidak seperti pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi tetapi tidak mengurangi kemampuan dan kemauan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi. Pemungutan retribusi daerah saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Dikarenakan penduduk kabupaten Purwakarta yang semakin bertambah, maka pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin meningkat, dan pemerintah daerah juga harus dapat meningkatkan kualitas pelayanan jasa tehadap masyarakat. Pelayanan jasa tersebut harus dapat memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan untuk membayar retribusi yang dilakukan oleh Dinas perhubungan. Efektifitas pendapatan dari Dinas Perhubungan yang bersumber dari retribusi daerah dapat diartikan sebagai kemampuan dari instansi pemerintah tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari tingkat pendapatan retribusi daerah. Dengan adanya laporan rekomendasi yang dibuat oleh Badan Pengawasan Daerah mengenai hasil pemeriksaannya, dapat membantu Dinas Perhubungan tersebut untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi pada tingkat pendapatan retribusi seperti adanya penyelewengan pendapatan retribusi yang dilakukan oleh aparat Dinas perhubungan sehingga tingkat pendapatan retribusi tersebut dapat semakin efektif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengawasan daerah, maka peningkatan pendapatan retribusi daerah pada Dinas perhubungan dapat semakin tercapai. Menurut peneliti terdahulu Imam Perbawa Mudjizat (2006) selaku mahasiswa Universitas Widyatama menyimpulkan, bahwa berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang dia buat dapat dapat diketahui bahwa pelaksanaan Badan Pengawasan Daerah sangat berperan, dalam menunjang peningkatan izin mendirikan bangunan pada Dinas Permukiman Dan Bangunan Kabupaten Sukabumi. Objek peneliti terdahulu adalah pada Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Sukabumi dan Dinas Permukiman dan Bangunan. Penulis melakukan penelitian ini pada dasarnya sama saja yaitu ingin mengetahui peranan Badan Pengawasan Daerah dalam menunjang peningkatan pendapatan retribusi daerah. Data yang diperoleh, kemudian dianalisis untuk mencapai suatu kesimpulan. Penulis melakukan suatu pengujian hipotesis, yaitu membandingkan antara data primer dengan data kriteria yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan dan teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Pelaksanaan Badan Pengawasan Daerah sangat berperan dalam menunjang peningkatan retribusi daerah pada Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta.. Perbedaan penulis dengan peneliti terdahulu adalah objek penelitiannya yaitu pada Badan Pengawas Daerah Kabupaten Purwakarta dan Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta serta tahun penelitian yang dilakukan dan penulis lebih menekankan kepada bagaimana fungsi Badan Pengawasan Daerah dalam menunjang pendapatan retribusi daerah, sehingga dapat diketahui bagaimana fungsi Badan Pengawasan Daerah berdasarkan peraturan yang berlaku.

1.6 Metodologi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian yang meniliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir (1999: 63). Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis sebagai berikut: A. Penelitian lapangan (field reseach) yang terdiri dari: 1) Wawancara (interview), penulis mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan data dan informasi yang penulis perlukan. 2) Kuesioner, dilakukan dengan cara mengisi daftar pertanyaan terstruktur dari setiap bagian yang berhubungan dari setiap bagian yang berhubungan. 3) Pengamatan (observation), penulis mengamati atau meninjau secara langsung kegiatan-kegiatan dilapangan yang berhubungan dengan topik pembahasan skipsi ini B. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan cara membaca buku-buku (literature), majalah-majalah dan sumber-sumber data yang lainnya yang berhubungan dengan topik pembahasan skripsi ini. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka mendapatkan data yang digunakan untuk menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Purwakarta yang berlokasi di jalan Gandanegara No.25 Purwakarta dan Dinas Perhubungan yang berlokasi di jalan Veteran No.1 Purwakarta. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang penulis gunakan adalah bulan November 2008 sampai dengan selesai.