BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

I. METODE PENELITIAN. normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN UU NO.23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. pesat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program kerja Kementerian Dalam Negeri adalah memperbaharui

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Ilmu Hukum. Oleh:

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Fokus Media UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 028 TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sertifikat ganda..., Joshua Octavianus, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan tanah dalam kehidupan di dunia sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar sebagai sumber penghidupan dan mata pencaharian, Bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan dari semenjak manusia lahir hingga manusia meninggal dunia. Manusia hidup dan berkembang biak serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah. Pentingnya tanah bagi manusia menyebabkan tanah mempunyai nilai dan manfaat untuk pembangunan jangka panjang kedua peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. 1 Sehubung dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan. Pemberian jaminan hukum dibidang pertanahan, pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan-ketentuannya. 1 Begitu urgennya tanah dalam hubungannya dengan kehidupan manusia, maka oleh Ter Haar dijelaskan bahwa tanah merupakan tempat tinggal, tanah memberikan kehidupan dan penghidupan, tanah dimana manusia dimakamkan dan hubungannya bersifat magisreligius, dalam Sri Susyanti, BANK TANAH Alternafif penyelesaian masalah Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Tanah kota Berkelanjutan,(Makassar: Penerbit As Publishing,2010), hlm.1. 1

Selain itu dalam menghadapi kasus-kasus kongkrit diperlukan juga terselenggaranya akta jaul beli tanah, khususnya tanah pertanian yang menjanjikan untuk berlangsungnya kegiatan usaha sebagai mata pencaharian dibidang pertanian. Hal ini juga terutama bagi mereka yang menjadikan tanah pertaniannya sebagai mata pencaharian melalui usaha pertanian. Terhadap pemberian atau penetapan hak-hak atas tanah termasuk dalam setiap penyelesaian masalah pertanahan tersebut, dimaksudkan sebagai upaya untuk pemberian jaminan kepastian hukum bagi pemegang haknya. Untuk dapat diberikan jaminan kepastian hukum dan legitimasi dari negara, maka setiap penguasaan dan pemanfaatan atas tanah pertanian termasuk dalam penanganan masalah pertanahan harus didasarkan pada hukum dan diselesaikan secara hukum (yuris-teknis) serta berpijak pada landasan konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebagai berikut 2 : Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. dan juga dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan pengaturan dan pemanfaatan tanah pertanian dalam konteks sebesar-besar kemakmuran rakyat termasuk melaksanakan akta jual beli tanah pertanian di seluruh Indonesia dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dengan cara mendaftarkanya ke Notaris. 2 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 (3) 2

Sehubung dengan perkembangan penduduk yang meningkat seperti saat sekarang ini, di samping terbatasnya ketersediaan lahan/tanah yang ada, karena tanah yang tersedia dari waktu ke waktu tidak pernah bertambah, membuat kebutuhan akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah sekarang ini juga bukanlah hal yang mudah ditengah tingginya kebutuhan akan tanah. Cara yang digunakan untuk mendapatkan tanah sekarang ini penulis membatasi dalam penelitian ini adalah melalui jual beli. Jual beli dalam masyarakat dengan objek jual beli hak atas tanah, juga dilakukan dengan perjanjian untuk lebih memberikan kepastian hukum, karena hak atas tanah, termasuk objek perjanjian yang secara khusus diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di mana setiap perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah terikat atau harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Maksudnya pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah, harus tunduk terhadap aturan hukum yang mengatur atau berkaitan dengan pengaturan tentang hak atas tanah atau dengan kata lain pihak yang melakukan perbuatan hukum tertentu tentang hak atas tanah, maka ia tidak bebas untuk melakukannya, akan tetapi dia terikat dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang hak atas tanah. Jual beli dalam masyarakat dengan objek jual beli hak atas tanah, juga dilakukan melalui kesepakatan terlebih dahulu kemudian ke Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk lebih memberikan kepastian hukum, karena hak atas tanah, termasuk objek perjanjian yang secara khusus diatur dalam peraturan 3

perundang-undangan yang berlaku, di mana setiap perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah terikat atau harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Maksudnya pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah, harus tunduk terhadap aturan hukum yang mengatur atau berkaitan dengan pengaturan tentang hak atas tanah atau dengan kata lain pihak yang melakukan perbuatan hukum tertentu tentang hak atas tanah, maka ia tidak bebas untuk melakukannya, akan tetapi dia terikat dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang hak atas tanah. Padahal jual beli hak atas tanah seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah (PPAT) harus dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), yang daerah kerjanya meliputi daerah tempat tanah yang diperjualbelikan itu berada. Selain itu akta pemindahan haknya (akta jual belinya) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan tanah masyarakat, dimana bentuk dan isinya telah ditentukan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku, sehingga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) hanya mengisi blanko akta yang tersedia. Disamping itu juga terhadap masyarakat yang berkeinginan mempunyai tanah sawahnya lebih dari satu, meskipun dengan domisili diluar kecamatan tinggalnya yang berbeda ( tanah absentee ). Tanpa adanya larangan dari pihak BPN sebagai badan yang menaungi masalah pendaftaran 4

tanah. Karena dalam kenyataannya masih diberlakukan dengan menggunakan identitas sementara (KTP Musiman) yang berlaku pada awalnya hanya dalam jangka waktu tiga bulan akan tetapi setelah adanya program pemerintah berupa e-ktp, pemberlakuan KTP sementara diperpanjang menjadi 6 bulan sejak Januari 2012. Hal ini dilakukan selama proses rekam data KTP elektronik (e-ktp) berlangsung, sehingga mengantisipasi molornya pelaksanaan rekam data. Nomor NIK yang ada di e-ktp nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Sertifikat atas Hak Tanah (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk). 3 Kenyataan real dilapangan tidak diberlakukan kembali dengan munculnya Undang-undang kependudukan. Penerapan KTP berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan) telah sesuai dengan Pasal 6 Perpres No.26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan. Setelah dikeluarkannya e-ktp Hal ini menjadi permasalahan di wilayah ataupun kecamatan diluar domisili tempat tinggal, ketika akan membuat akta jual beli tanah pertanian di PPAT Masih dapat menggunakan identitas sementara atau dapat disebut KTP musiman. KTP musiman ini hanya berlaku dalam pendaftaran di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan peraturan yang berlaku sebelumnya. 3 Http/www.google.com.disdukcapil.cirebonkota.go.id/ 5

Penulis dalam hal ini tertarik untuk menganalisa dan meneliti pada hal tersebut serta ingin menjadikan sebuah pembaharuan guna penyusunan skripsi dengan judul : ANALISIS YURIDIS AKTA JUAL BELI TANAH PERTANIAN BERKAITAN DENGAN PEMBERLAKUAN PROGRAM E-KTP. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah implementasi yuridis sebagai konsekuensi logis dari penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam pelaksanaan akta jual beli tanah pertanian? 2. Bagaimanakah konsekuensi yuridis dari penerbitan sertifikat tanah-tanah pertanian yang terbit sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Kependudukan? C. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari pembuatan proposal seminar usulan penelitian atau penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui implementasi yuridis sebagai konsekuensi logis dari penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam pelaksanaan akta jual beli tanah pertanian. 2. Untuk mengetahui konsekuensi yuridis dari penerbitan sertifikat tanahtanah pertanian yang terbit sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Kependudukan. 6

D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis, sebagai berikut : a. Secara Teoretis 1. Kegunaan teoretis (bagi pengembangan hukum) penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berarti bagi ilmu pengetahuan hukum khususnya hukum pertanahan serta masyarakat umumnya mengenai pelaksanaan larangan penggunaan identitas kartu tanda penduduk sementara di BPN guna mendapatkan akta jual beli tanah pertanian yang dilakukan dihadapan PPAT. 2. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah khasanah kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati. 3. Dapat dijadikan bahan acuan penulisan hukum mahasiswa Fakultas Hukum selanjutnya dan bahan pertimbangan dalam pembinaan dan perkembangan hukum-hukum nasional. b. Kegunaan Praktis 1. Bagi peneliti untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Strata 1 (S1) pada program Studi Ilmu Hukum. 2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat umumnya dan khususnya bagi masyarakat yang aktifitasnya berkecimpung dalam dunia hukum khususnya hukum pertanahan. 7

E. Kerangka Pemikiran Jual beli merupakan perbuatan hukum yang paling banyak berlangsung di masyarakat, terjadi di pasar tradisional, toko-toko, sampai ke mall dengan aneka macam tawaran. Jenis barang yang diperjual belikan sangat beragam, sembilan bahan pokok, sandang, barang-barang elektronik modern sampai tanah dan bangunaan dapat menjadi barang yang menjadi objek jual beli. Mengacu kepada ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jual Beli Adalah Perjanjian. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 4 menyebutkan : Perjanjian juga diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Adapun suatu syarat sah perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk melakukan perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal. Perbuatan jual beli ini adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas sesuatu barang, sedang pihak lainya menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai 4 Subekti, Hukum Perjanjian,Cet.9, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa,1984), hlm. 1. 8

harganya. 5 Perbuatan jual beli dalam hal ini adalah lebih dikhususkan kepada jual beli tanah pertanian. Kebijaksanaan pembangunan bidang pertanahan di Indonesia pada intinya bersumber pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3). Di dalam Undang-Undang ini juga sudah menjelaskan tentang penguasaan dan pemanfaatan tanah yang dipergunakan untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria adalah undang-undang yang memuat dasar-dasar pokok di bidang agraria yang merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum agraria guna dapat diharapkan memberikan jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Tanah merupakan sumber daya yang penting bagi masyarakat, baik sebagai media tumbuh tanaman, maupun sebagai ruang atau wadah tempat melakukan berbagai kegiatan. Sebagai pelaksanaan dari Undangundang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) pemerintah mengeluarkan UU No. 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian, dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 jo Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964 diatur adanya Larangan Pemilikan Tanah Secara Absentee/guntai, yang 5 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet.29,(Jakarta : Penerbit PT Intermasa, 2001), hlm.161. 9

menyatakan bahwa pemilikan tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya dilarang yaitu agar petani bisa aktif dan efektif dalam mengerjakan tanah pertanian miliknya, sehingga produktivitasnya bisa lebih optimal. Kenyataannya masih banyak terdapat orang yang memiliki tanah pertanian secara absentee/guntai, sehingga dalam praktek adanya peraturan mengenai larangan tanah absentee/guntai belum bisa diterapkan secara efektif. Berkaitan dengan akta jual beli tanah pertanian harus menggunakan identitas kependudukan yang sesuai dengan domisili tempat tinggalnya. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6 F. Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati- hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip- 6 UU No 23 Tahun 2006 Pasal (2) (1) (14) Tentang Administrasi Kependudukan 10

prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. 7 1. Metode Pendekatan Pendekatan penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada adalah pendekatan yuridis-empiris. Pendekatan yuridis-empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Implementasi secara in action tersebut merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Negara atau oleh pihak-pihak dalam kontrak. Implementasi secara in action diharapkan akan berlangsung secara sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas dan tegas serta lengkap. 8 7 8 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit UI Press,1986), hl.6. Abdmul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum,(Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti,2004),hlm. 134. 11

Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan implementasi dari konsekuensi logis terhadap penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan. 9 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu memaparkan, menggambarkan atau mengungkapkan tentang penerapan e-ktp dalam akta jual beli tanah pertanian di Notaris. Hal tersebut kemudian dibahas atau dianalisis menurut ilmu dan teori-teori atau pendapat peneliti sendiri, dan terakhir menyimpulkannya. 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lebih menitik beratkan terhadap: 1. Data primer adalah data yang diambil berdasarkan tinjauan lapangan melalui hasil wawancara yang didapat langsung dari sumber yang relevan dengan penelitian. 9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo,2003),hlm.43. 12

2. Data sekunder adalah data yang diproses dari bahan-bahan pustaka yang relevan dengan penelitian : - Data sekunder bahan hukum primer yaitu : undang-undang, keputusan presiden, peraturan pemerintah hasil deskripsi. - Data sekunder bahan hukum sekunder adalah hasil penelitian yang di peroleh dari skripsi-skripsi. 4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dilakuakan melalui teknik wawancara (depth interview) dan bentuk wawancara ini dapat berupa : a. Wawancara terstruktur, dalam melakukan bentuk wawancara ini peneliti telah mempersiapkan permasalahan dan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. b. Wawancara tidak terstruktur, pada jenis wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. c. Tinjauan study kepustakaan yaitu melakukan kepustakaan khususnya yang ada hubungannya dengan ruang lingkup penelitian ini mempelajari teori-teori dari buku-buku ilmiah atau dari materi pembahasan guna memperluas gambaran secara teoretis dan sistematis. d. Field reseacht yaitu sumber data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingaan dalam 13

hal ini Badan Pertanahan Pertanahan Nasional (BPN) dan Dinas Catatan Sipil guna memperoleh informasi yang selengkaplengkapnya mengenai akta jual beli tanah pertanian dengan menggunakan KTP sementara terhadap keberadaan program e- KTP dalam kaitanya dengan Undang-Undang Kependudukan. 5. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif normatif, artinya data yang diperoleh sejauh mungkin disusun secara sistematis dan lengkap. Untuk itu pada tahap analisis data akan diawali dengan tahap kodifikasi fakta-fakta baik fakta yang bersifat yuridis maupun fakta yang bersifat non yuridis. Fakta-fakta yuridis tersebut disusun berdasarkan tingkat relevansi dengan permasalahan hukumnya. Selanjutnya, akan dilakukan pembahasan atau analisis terhadap putusan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, asas-asas hukum, teori-teori hukum, serta doktrin-doktrin hukum yang relevan, dengan memperhatikan penafsiran dan konstruksi hukum. G. Lokasi Penelitian Penulis dalam hal ini melakukan penelitian di Kantor Notaris dan PPAT Solichin SH,.MKn, untuk mengetahui pemberlakuan KTP sementara terhadap akta jual beli tanah pertanian dalam Akta Notaris dengan adanya pemberlakuan program e-ktp. 14

H. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitiaan, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi penelitian dan sistematika penulisan BAB II, landasan teoretik, bab ini berisikan landasan teoretik terhadap akta perjanjian jual beli tanah pertaian dalam dimensi yuridis yang menyajikan landasan teori tentang tinjauan secara umum terhadap akta jual beli tanah pertanian, gambaran umum tentang landreform, dan regulasi undang-undang kependudukan berkaitan dengan implementasi program E-KTP dalam transaksi jual beli tanah pertanian. BAB III, dalam bab ini akan memaparkan tentang implementasi perjanjian jual beli tanah pertanian dalam konteks pemberlakuan program E-KTP yang menyajikan tentang fungsi PPAT dalam pembuatan akta jual beli tanah pertanian dan program E-KTP berkaitan dengan akta perjanjian jual beli tanah pertanian. BAB IV, Hasil penelitian, analisis dan pembahasan aspek-aspek yuridis dalam penerbitan akta jual beli tanah pertanian melalui penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam implementasi yuridis sebagai konsekuensi logis dari penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam pelaksanaan akta jual beli tanah pertanian dan konsekuensi yuridis dari penerbitan sertifikat tanah-tanah pertanian yang terbit sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Kependudukan. 15

BAB V Penutup, dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dari masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian, setelah mengambil kesimpulan dari seluruh data yang diperoleh dari penelitian dapat pula memberikan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan. 16