Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 1 Januari 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

Volume 08, Nomor 01, Juni 2017 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP LAMA PENGELUARAN PLASENTA PADA KALA III PERSALINAN DI RB PATEN REJOWINANGUN UTARA KOTAMADIA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1 Februari-Juli 2016: 30-36

INISIASI MENYUSU DINI MEMPENGARUHI PERDARAHAN KALA IV PADA PRIMIPARA DI PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

PERBEDAAN LAMA KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN YANG DILAKUKAN DAN YANG TIDAK DILAKUKAN PIJAT ENDORPHIN DI RB MARGO WALUYO SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) BUNDA ARIF PURWOKERTO

Uterine Involution Process in The Mothers Who Take and Do Not Take Postpartum Exercise in Independent Practice Midwife

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS PADA NY P DI BPS MAULINA HASNIDA SURABAYA OLEH : VIKY ARUM SARI

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI PADA KONTRAKSI UTERUS IBU BERSALIN DI BPS KECAMATAN BLUTO

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN ANEMIA SAAT HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMUH 01 KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KECEPATAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DIBPM DWI INGGRINI SAMARINDA

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

1

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. partum.dari data WHO menunjukan 25% kematian maternal disebabkan. oleh perdarahan post partum dan di perkirakan 100.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

KORELASI LAMA INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP PENGELUARAN ASI DI PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

Kondisi Pembeda Volume Perdarahan Kala IV

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2015 Vol. 2(3)

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Transkripsi:

The Differences of time Release of Placenta and the Amount of Bleeding in the Mother with and without Implement the Early Initiation of Breastfeeding (EIB) Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta dan Jumlah Perdarahan pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bahiyatun Titi Suherni Melyana Nurul Widyawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang E-mail: bahiyatunibu@gmail.com Abstract This study aims to determine the time difference of detachment of the placenta and the amount of bleeding in women who carry out the Early Initiation of Breastfeeding (IMD) and those who donot. The design of the research is quasy experimental design. Whereas the methods used in this research is the Posttest Only Control Group Method. The results show that mothers who implement Early Initiation of Breastfeeding can deliver the placenta quicker. Keywords: Peer Educations, Condoms, HIV/AIDS Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama pelepasan plasenta dan jumlah perdarahan pada ibu yang melaksanakan & tidak melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental design, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Posttest Only Control Group Design. Sampel penelitian terdiri dari 20 ibu post partum pada tiap grupnya. Data dikumpulkan dengan menggunakan check list. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney u-test Hasil penelitian menunjukkan pada Ibu yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pelepasan plasenta lebih cepat. Kata kunci: IMD, Kondom, HIV/AIDS 1. Pendahuluan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Semarang menurut Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2009 sebesar 85,47 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 73,80 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2011 sebesar 119,9 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut mengalami fluktuatif, pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan namun pada tahun 2011 kembali meningkat sehingga masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran 681 Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta

hidup (Dinkes, 2011). Penyebab kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah karena preeklampsia (35,26 %), perdarahan (16,44%), infeksi (4,74%), abortus (0,30%), partus lama (0.30%) dan lain-lain (42,96%) (Dinkes Provinsi Jateng, 2012). Perdarahan masih menduduki peringkat tertinggi, perdarahan yang bertanggung jawab atas sekitar 28% kematian ibu, sering tidak bisa diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Berdasarkan penelitian, Maryunani (2009), diperoleh informasi bahwa angka kematian ibu di Indonesia karena perdarahan post partum. Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah atonia uteri 60%, plasenta restan 24 %, retensio plasenta 17 %, laserasi jalan lahir 5%, dan kelainan darah 0,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% kematian ibu terjadi pada waktu nifas, dan 50% kematian nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Salah satu penyebab perdarahan setelah melahirkan adalah lemahnya kontraksi uterus, yang terjadi karena ibu kelelahan saat meneran selama persalinan berlangsung, faktor lain yang mempengaruhi kontraksi uterus adalah tertinggalnya jaringan plasenta di dalam uterus (Manuaba, 1998). Perdarahan post partum bisa dikurangi dengan menyusui sedini mungkin atau dengan melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam kurun waktu kurang dari 30 menit setelah bayi lahir, karena isapan bayi pada payudara akan menstimulasi produksi oksitosin secara alami. Oksitosin membantu uterus untuk berkontraksi, sehingga pelepasan plasenta dapat lebih cepat serta dapat mengontrol perdarahan setelah kelahiran (Manuaba, 1998). Dinas Kota Semarang mempunyai 13 Puskesmas perawatan, Puskesmas Halmahera merupakan salah satu Puskesmas yang telah menerapkan program IMD sejak tahun 2010 sampai sekarang dan mempunyai cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (linakes) dari 37 Puskesmas tertinggi pada tahun 2011 yaitu 102%. Berdasarkan data dari Puskesmas Halmahera jumlah kunjungan ibu bersalin tahun 2011 adalah 442 orang, jumlah persalinan sebanyak 227 (51,36%), dan yang dirujuk sebanyak 215 (48,64 %). Tahun 2012 di Puskesmas Halmahera jumlah kunjungan ibu bersalin adalah 365 orang dan yang dirujuk sebanyak 188 (51,51%), 8 kasus (4,26 %) karena perdarahan post partum dan retensio plasenta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama pelepasan plasenta dan jumlah perdarahan pada ibu yang melaksanakan and tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama pelepasan plasenta dan jumlah perdarahan pada ibu yang melaksanakan dan tidak melaksanakan IMD. 2. Metode Desain menggunakan true experimental design, dengan metode Posttest Only Control Group Design karena dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Besar sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin primigravida persalinan normal di wilayah kerja Puskesmas Halmahera yang melaksanakan IMD sebanyak 20 ibu dan di BPM U Kota Semarang yang tidak melaksanakan IMD sebanyak 20 ibu sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun pengambilan data menggunakan ceklist. Teknik Pengolahan dan Analisis data adalah uji Mann Whitney u-test. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil Responden dalam penelitian Bahiyatun, Titi Suherni, Melyana Nurul Widyawati 682

ini adalah ibu bersalin primigravida yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian di Puskesmas Halmahera sebanyak 20 ibu dan di BPM U Kota Semarang sebanyak 20 ibu. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi pada ibu bersalin dan bayinya dengan menggunakan lembar ceklist ibu bersalin kala III dan inisiasi menyusu dini. Sampel diambil dari populasi, sejumlah empat puluh responden yang terbagi atas dua puluh responden melaksanakan inisiasi menyusu dini dan dua puluh responden tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini. berdasarkan lama pelepasan yang melaksanakan IMD. Nilai minimal lama pelepasan plasenta adalah 5 menit dan nilai maksimal lama pelepasan plasenta adalah 14 menit dan nilai rata-rata (mean) yaitu 8 menit 42 detik. berdasarkan lama pelepasan yang tidak dilakukan IMD. Nilai minimal lama pele-pasan plasenta adalah 8 menit dan nilai maksimal lama pelepasan plasenta adalah 20 menit dan nilai rerata (mean) yaitu 12 menit 51 detik. Perbedaan lama pelepasan yang melaksanakan dan tidak melaksanakan IMD. Nilai mean rank pada kelompok intervensi yaitu pada kelompok ibu bersalin kala III yang diberikan perlakuan IMD adalah 18.00 dan pada kelompok kontrol atau ibu bersalin kala III yang tidak dilakukan IMD mempunyai nilai mean rank sebesar 23.00. Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney Asymp sig (2-tailed) sebesar p=0.018 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara lama pelepasan yang melaksanakan IMD dengan yang tidak melaksanakan IMD. berdasarkan jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang melaksanakan IMD. Nilai minimal jumlah perdarahan adalah 200 cc dan nilai maksimal jumlah perdarahan adalah 450 cc dan nilai rata-rata (mean) yaitu 335 cc. berdasarkan jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang tidak dilakukan IMD. Nilai minimal jumlah perda-rahan adalah 250 cc dan nilai maksimal jumlah perdarahan adalah 550 cc dan nilai rata-rata (mean) yaitu 427.50 cc. Perbedaan jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang melaksanakan dan tidak melaksanakan IMD. Nilai mean rank pada kelompok intervensi yaitu pada kelompok ibu bersalin yang diberikan perlakuan IMD adalah 17.00 dan pada kelompok kontrol atau ibu bersalin yang tidak dilakukan IMD mempunyai nilai mean rank sebesar 24.00. Dari hasil analisis meng-gunakan uji Mann Whitney Asymp sig (2-tailed) p=0.004 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang 683 Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta

melaksanakan IMD dengan yang tidak melaksanakan IMD. Pembahasan Hasil menunjukkan bahwa lama pelepasan plasenta pada ibu bersalin kala III yang tidak melaksanakan IMD memiliki lama pelepasan minimal adalah 8 menit dan lama pelepasan plasenta maksimal adalah 20 menit. Sedangkan pada ibu bersalin kala III yang melaksanakan IMD memiliki lama pelepasan plasenta minimal adalah 5 menit dan lama pelepasan maksimal adalah 14 menit. Berdasarkan hasil analisa tentang perbedaan lama pelepasan plasenta pada ibu bersalin kala III yang dilaksanakan IMD dan tidak dilaksanakan IMD yang didapat menggunakan uji Mann Whitney Asymp sig (2-tailed) sebesar 0.018 < (α) 0.05 yang berarti ada perbedaan antara lama pelepasan plasenta pada ibu bersalin kala III yang melaksanakan IMD dengan yang tidak melaksanakan IMD. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Roesli Utami (2008) yang mengatakan bahwa IMD atau kontak kulit segera setelah bayi lahir kemudian bayi menyusu sendiri selama satu jam dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin dimana hormon oksitosin akan membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta). Hasil penelitian mengenai jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang melaksanakan IMD memiliki jumlah perdarahan minimal adalah 200 cc dan jumlah perdarahan maksimal adalah 450 cc. Sedangkan pada ibu bersalin yang tidak melaksanakan IMD memiliki jumlah perdarahan minimal adalah 200 cc dan jumlah perdarahan maksimal 550 cc. Hasil analisa tentang perbedaan jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang melaksanakan IMD dan tidak melaksanakan IMD yang didapat menggunakan uji Mann Whitney Asymp sig (2-tailed) sebesar p=0.004 yang berarti ada perbedaan antara jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang melaksanakan IMD dan tidak melaksanakan IMD. Berbagai cara dilakukan untuk memperbaiki kontraksi rahim sehingga pada akhirnya bertujuan mengurangi jumlah perdarahan. Adanya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi menyebabkan oksitosin dalam darah akan meningkat. Setelah beberapa kali menyusui, kadar oksitosin akan terus meningkat seiring dengan frekuensi menyusui, tingginya kadar oksitosin ini akan menyebabkan kontraksi myometrium sehingga dapat mengurangi jumlah perdarahan postpartum secara bermakna. Oksitosin akan merangsang kontraksi otot polos uterus dengan ritme tertentu tergantung dari besar dosis yang diberikan. Respon otot uterus terhadap oksitosin tergantung dari banyak faktor, salah satunya adalah hormon estrogen dan progesteron. Estrogen meningkatkan aktifitas uterus terhadap oksitosin. Pada kehamilan, kadar oksitosin rendah karena produksi estrogen dan progesteron juga rendah. Pada akhir kehamilan, Bahiyatun, Titi Suherni, Melyana Nurul Widyawati 684

estrogen diproduksi dalam jumlah tinggi oleh plasenta. Hal ini menyebabkan meningkatnya kepekaan uterus terhadap oksitosin. Setelah melahirkan puting susu sangat sensitif terhadap rangsang. Peningkatan sensitifitas ini akan bertahan selama masa nifas walaupun ibu tidak menyusui. Proses inisiasi menyusu dini membantu bayi mendekati puting susu dengan adanya stepping reflex. Pijakan kaki bayi di perut ibu akan membantu pelepasan plasenta dan menurunkan risiko perdarahan pascasalin. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu saat IMD akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dimana hormon oksitosin akan menyebabkan rahim berkontraksi dan membantu mengurangi perdarahan (Derek, 2005). 4. Simpulan dan Saran Simpulan Setelah dilakukan perlakuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada 20 ibu bersalin normal, rata-rata lama pelepesan plasenta pada kala III yaitu 8 menit 42 detik. Sedangkan pada 20 ibu yang tidak dilaksanakan IMD pada kala III persalinannya memerlukan waktu rata rata 12 menit 51 detik. Antara Ibu Bersalin Kala III yang mendapatkan perlakuan IMD dengan yang tidak mendapat perlakuan IMD didapatkan hasil dari Uji Mann Whitney yaitu Asymp sig (2-tailed) sebesar p=0.018 yang berarti ada perbedaan. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperiman dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan perlakuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada 20 ibu bersalin normal, rata-rata lama jumlah perdarahan pada ibu bersalin yaitu 335 cc. Sedangkan pada 20 ibu yang tidak dilaksanakan IMD rata-rata jumlah perdarahan yaitu 427,5 cc. Antara jumlah perdarahan pada ibu bersalin yang mendapatkan perlakuan IMD dengan yang tidak mendapat perlakuan IMD didapatkan hasil dari Uji Mann Whitney yaitu Asymp sig (2-tailed) sebesar p=0.018 yang berarti ada perbedaan. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperiman dan kelompok kontrol. Saran Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan harus melakukan IMD secara tepat yaitu 1 jam dalam setiap persalinan normal yang ditangani, IMD adalah program dari pemerintah yang harus dilaksanakan oleh bidan sebagai tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dan bidan juga hendaknya aktif memberikan pendidikan kesehatan baik pada masyarakat umum atau pada ibu hamil saat antenatalcare, sehingga masyarakat dan ibu mengetahui manfaat IMD. Konseling tentang IMD pada antenatalcare untuk mempersiapkan psiologis ibu dalam pelaksanaan IMD pada saat persalinan. Perlu penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui pengaruh dari IMD dengan proses pelepasan plasenta dan jumlah perdarahan pada persalinan sehingga lebih bermanfaat untuk Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta 685

kedepannya. 5. Ucapan Terimakasih Ucapan banyak terimakasih disampaikan atas kesempatan yang diberikan untuk mendapatkan Dana Risbinakes DIPA Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 6. Daftar Pustaka Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI Dinas Kesehatan. 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang 2011. Semarang: Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan. 2012 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Falden, Linda. 2000. Love Hormone. Retrieved at March, 2009. form www. Horman Oksitosin.com Garner, dkk. 2003. more fresh HEALTHIER and free Retrieved at May, 2009. form http://trimanjuniarso.files.wo rdpress.com/ Jane Coad. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan.Jakarta: ECG JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR Jones Derek L. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: Dela Pratasa Leveno. 2007. Obstetric Williams: Panduan Ringkas ed:21. Jakarta: ECG Manuaba, I. B. 2002. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YPB-SP Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusi Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Pratiwi,Devita. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta di RSUD A.Yani Metro http://delvita-pratiwi. blogspot. com /2012/06/ retensio-plasenta.html Rosita. 2008. Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Saifudin. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Sulistyawati. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakata: Fitramaya Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Yuliana.anik. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta di Rs Permata Bunda Purwodadi, http://digilib.unimus.ac.id Bahiyatun, Titi Suherni, Melyana Nurul Widyawati 686