BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan. Karya sastra dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan sehingga bisa dibaca oleh banyak orang. Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenarankebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni. Terkait dengan pendapat bahwa karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012: 77). Karya sastra yang ditulis oleh seorang pengarang merupakan cerminan dari keadaan masyarakat sekitar. Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karya pengarang yang dituangkan melalui tulisan dengan menggunakan bahasa kepada pembaca. Dalam karya sastra biasanya berisi luapan jiwa, pemikiran, semangat, keyakinan pengarang berdasarkan pengalaman pribadi atau hasil rekaan (fiksi). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan. Seperti permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2005: 2 3). 1
2 Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Oleh sebab itu, menurut Aristoteles (Nurgiyantoro, 2012: 7) sastra merupakan perpaduan antara mimetik dan kreasi, khayalan dan realitas. Mimetik memberikan pemaknaan bahwa sastra merupakan peniruan atau pencerminan terhadap realitas kehidupan. Sebagai hasil dari proses kreatifitas, karya sastra merupakan hasil perenungan dari objek realitas yang dianggap menjadi karya. Pada intinya sebuah proses kreasi merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang yang dituangkan dalam karyanya. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel menceritakan tentang gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada saat novel itu ditulis. Novel biasanya mengangkat kehidupan individu atau masyarakat, selain itu juga mengangkat masalah sosial dalam masyarakat (Mashita, 2013: 85 86). Novel mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam serta disajikan luar biasa, karena kejadian itu tercipta dari suatu konflik atau pertikaian yang ada dalam kehidupan manusia. Konflik atau pertikaian tersebut membuat sebuah novel menjadi cerita yang menarik sehingga dapat membuat pembacanya ingin terus melanjutkan membaca novel tersebut hingga halaman terakhir. Hal tersebut semakin didukung ketika pengarang menceritakan permasalahan hidup yang dialami oleh tokoh utama. Salah satu aspek yang menonjol dalam novel adalah perjalanan hidup tokoh utamanya. Tokoh utama menjadi pusat perhatian ketika membaca sebuah novel. Konflik yang dialami tokoh utama akan membuat cerita di dalam novel semakin hidup. Konflik bisa terjadi antara tokoh satu dan tokoh lainnya atau dengan diri tokoh itu sendiri. Konflik tokoh dengan diri sendiri dikenal dengan konflik batin. Konflik batin atau kejiwaan yang dialami tokoh tersebut tampak pada perilaku para tokoh. Pengarang melukiskan gambaran dari kehidupan tokoh utama sebagai manusia yang dapat diamati, seperti masalah psikologi atau kejiwaan. Manusia memiliki karakter dengan gejala psikologi yang berbeda-beda. Dengan demikian, untuk menganalisis konflik batin atau kejiwaan tokoh dalam novel dapat
3 menggunakan pendekatan psikologi sastra. Menurut Ratna (2012: 17) tokoh atau penokohan merupakan hal yang paling sering dibicarakan dalam psikologi sastra. Pengkajian psikologi sastra berfokus pada penokohan yang merujuk pada aspek kejiwaan tokoh, konflik dan karakter para tokoh disajikan saling berkaitan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh, baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2012 : 350). Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan yaitu pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan. Selain itu, pendekatan psikologi sastra dapat memberi umpan balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan. Penelitian psikologi sastra sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah psikologis menurut Endraswara (Minderop, 2011: 2). Novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari novel Ayat Ayat Cinta yang terbit sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ada kerinduan pembaca atas kehadiran novel ini. Bukan hanya novel agama, namun ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh para pembaca ketika mereka membacanya tanpa merasa digurui oleh penulis. Begitupun dengan kelanjutan kisahnya di novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini. Ketika pembaca membaca novel ini serasa menemukan kembali ruh karya sastra yang bernilai tinggi. Bukan hanya rangkaian kata-kata yang ditata indah. Namun juga satu demi satu ajaran Islam kembali Kang Abik sapaan Habiburrahman el Shirazy hadirkan untuk menunjukkan bahwa Islam rahmatan lil'alamiin. Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Pemilihan novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy sebagai bahan kajian dilatarbelakangi keinginan untuk memahami perwatakan tokoh utama, konflik batin pada tokoh utama, nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel serta relevansinya dengan pembelajaran apresiasi sastra di SMA/SMK. Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini menceritakan Fahri yang kini tinggal di Edinburgh. Fahri telah menjadi dosen di University of Edinburgh, terpaksa menjalani kehidupan sehari-harinya sendirian. Bersama dengan Paman Hulusi, asisten rumah tangganya yang berdarah Turki. Fahri melanjutkan kehidupannya
4 tanpa istrinya Aisha. Terkadang Fahri masih saja menangis saat mengingat kenangan-kenangannya bersama Aisha. Kenyataan bahwa istri yang sangat dicintainya itu kini menghilang entah kemana, membuatnya nelangsa dan hampir putus asa. Maka ia menghabiskan hari-harinya dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaan, penelitian, mengajar, dan bisnis yang dulu dikelola berdua bersama Aisha. Aisha menghilang dalam sebuah perjalanan ke Palestina bersama teman wanitanya saat ingin membuat cerita dan reportase tentang kehidupan di sana. Teman Aisha ditemukan dalam keadaan sudah kehilangan nyawa dengan kondisi tubuh yang mengenaskan dan mungkin saja nasib Aisha juga sama meski jasadnya belum ditemukan. Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha pencarian istri yang sangat dicintainya itu. Ia pun pindah ke Edinburgh kota yang sangat disukai Aisha di dataran Inggris. Dengan menyibukkan dirinya, ia berusaha menyingkirkan rasa sedihnya sekaligus memperbaiki citra Islam dan muslim di negeri dunia pertama itu. Ia berbuat baik pada tetangganya, menyebarkan ilmu agama pada berbagai pihak, dan membantu orang-orang yang butuh bantuannya tanpa pandang bulu. Novel ini menyajikan berbagai konflik, salah satunya konflik batin yang dialami oleh Fahri sebagai tokoh utama. Di samping itu, novel sebagai gambaran kehidupan tentu saja mengandung nilai-nilai yang mendidik. Dengan demikian, karya tersebut menjadi berbobot dan bermutu, serta memberikan manfaat bagi pembacanya. Selain berfungsi sebagai sarana hiburan yang menyenangkan, novel juga harus memiliki fungsi sebagai sesuatu yang dapat diambil manfaatnya atau mampu memberikan inspirasi bagi pembacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Makmur Haji Harun, Dosen Sastra Melayu dan Peradaban Islam, UPSI Malaysia tentang novel ini yaitu: Konsistensi dan kualitasnya terjaga. Alurnya meliuk-liuk tak terduga. Deskipsinya detail dan kaya wawasan. Pesannya menelusup jiwa. Ayat-Ayat Cinta 2 ini akan menginspirasi anak-anak muda Indonesia berorientasi mondial dan berprestasi di tingkat global. Selain itu juga terdapat pendapat dari Ganjar Widhiyoga, Kandidat Doktor Hubungan Internasional, Durham University, Inggris yaitu : Ini novel cinta dan
5 pejuangan! Cinta kemanusiaan dan perjuangan sehari-hari Fahri bersama jutaan umat Islam di Barat. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa novel Ayat-Ayat Cinta 2 banyak mengandung nilai-nilai yang dapat dipetik oleh pembacanya. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 dapat direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA/SMK. Khususnya dalam Kurikulum 2013 pada kelas XII terdapat kompetensi dasar yaitu memahami struktur dan menganalisis novel. Guru bisa menggunakan novel ini sebagai materi ajar dalam menganalisis unsur intrinsik maupun nilai pendidikan karakter. Selain itu, siswa dapat meneladani watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Watak atau karakter yang diteladani tentunya adalah watak yang baik saja sehingga peran guru sangat diperlukan untuk mengarahkan siswa dan mendampinginya. Pada akhirnya, selain memahami tentang analisis novel, siswa juga bisa mengambil manfaat dan nilai pendidikan karakter dari novel tersebut yang dapat diimplementasikan dalam kehidupannya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran sastra dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap novel Ayat-Ayat Cinta 2 dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan mendeskripsikan relevansinya sebagai materi ajar di SMA/SMK. Penelitian ini berjudul Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dan Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy Kajian Psikologi Sastra serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Siswa SMA/SMK Kelas XII. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perwatakan tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy? 2. Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy?
6 3. Nilai pendidikan karakter apa sajakah yang terdapat dalam novel Ayat- Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy? 4. Bagaimanakah relevansi novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy sebagai materi ajar apresiasi sastra di SMA/SMK? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diperoleh tujuan penelitian: 1. Mendeskripsikan perwatakan tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy. 2. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy. 3. Mendeskripsikan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy. 4. Mendeskripsikan relevansi novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy sebagai materi ajar apresiasi sastra di SMA/SMK. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Menambah khazanah keilmuan dalam penelitian sastra, khususnya dalam bidang analisis novel dengan pendekatan psikologi sastra. b. Menjadi sarana untuk memahami dan mendalami karya sastra pada umumnya dan karya sastra novel-novel karya Habiburrahman el Shirazy. c. Memberi sumbangan untuk penelitian sastra khususnya dalam pengkajian novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang cukup populer. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bahasa Indonesia Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el
7 Shirazy baik digunakan sebagai bahan atau materi pembelajaran di sekolah. b. Bagi Siswa Siswa dapat memahami dan menganalisis novel dalam usaha meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap sebuah novel, terutama apresiasi mengenai novel dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Siswa dapat mengambil nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam karya sastra serta relevansinya terhadap pembelajaran bahasa di sekolah. Selain itu siswa dapat lebih memahami pesan-pesan moral yang disampaikan oleh pengarang lewat novel Ayat-Ayat Cinta 2. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra dengan permasalahan sejenis..