METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKTIVITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI

Oleh : Dwi Sri Wiyanti. Abstrack

PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA PADA DINDING RUMAH TINGGAL. Oleh : Iwan Rustendi

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perencanaan proyek. Besarnya nilai upah dari pekerja ditentukan

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang tidak pernah lepas dari sumber

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

KAJIAN PENERAPAN HARGA SATUAN SNI DAN HARGA SATUAN JADI DI KOTA MANADO

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pasangan dinding

Kata kunci : harga satuan pekerjaan pasangan bata,sni, Work Study.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tujuan Instruksional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dinding merupakan salah satu komponen penting dalam konstruksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggantian Material Bata Merah Dengan Batako Terhadap Biaya Bangunan

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

PRODUKTIVITAS KELOMPOK TENAGA KERJA PADA GEDUNG BERTINGKAT (PEKERJAAN PLESTERAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMPLESTER PROFIL HIAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Revisi SNI Daftar isi

BAB II LANDASAN TEORI. masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Seminar Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

BAB I PENDAHULUAN. proyek terdiri dari man, materials, machine, money dan method.

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

6.16 Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 3 PP Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 4 PP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paving block (bata beton) banyak digunakan dalam bidang konstruksi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING PROYEK PERUMAHAN DI KOTA PEKANBARU

MEMPLESTER BIDANG RATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi Untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

DAFTAR ISI. 6.9 Memasang 1 m 2 plesteran 1 PC :

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

ANALISIS PRODUKTIVITAS JUMLAH TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN PASANGAN BATA DENGAN METODE WORK STUDY

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan akan bersaing dalam

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor Lapangan (On-Site Factors) Yang Mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RSNI T C. Daftar isi

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING PADA PEKERJAAN KOLOM DAN BALOK MEGA TRADE CENTER MANADO. Ronny Walangitan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang)

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF, VOLUME 01, NOMOR 01

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam perusahaan, apapun jenis organisasi yang dilakukan oleh

Perbandingan Antara Biaya Nyata Dengan Biaya Teliti Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Gedung Indomaret Sam Ratulangi, Manado)

6.38 memasang 1m² lantai mosaik ukuran (33 x 33) cm, campuran spesi 1pc: 3 PP...12

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENENTUAN HARGA SATUAN PEKERJAAN DITINJAU DARI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA SETIAP JENJANG KEAHLIAN DI LAPANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

III. TINJAUAN PUSTAKA

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan sekarang, yaitu dengan pesatnya perkembangan pembangunan.

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI DINDING BATA MERAH DENGAN DINDING BATA RINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PRODUKTIVITAS JUMLAH TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN PLESTERAN DINDING DENGAN METODE WORK STUDY NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.10 Oktober 2016 ( ) ISSN:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA

SNI 7395:2008 Standar Nasional Indonesia

JURNAL TEODOLITA. VOL. 15 NO. 2, Desember 2014 ISSN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. adalah tercapainya produktivitas tenaga kerja yang baik. operasional perusahaan, bukan hanya perusahaan besar saja tetapi bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tersebut anatara lain manpower, material, machines, method, money.

Transkripsi:

METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN Oleh: Taufik Dwi Laksono Abstraksi Pelaksanaan pekerjaan tidak terlepas dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikannya. Semakin cepat seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut maka dapat diartikan orang tersebut memiliki produktivitas yang tinggi. Salah satu yang mempengaruhi produktivitas adalah metode kerja yang dipergunakannya. Karenanya telaah metode kerja ini perlu dilakukan untuk mengetahui rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam metode kerja tersebut sehingga apabila ada langkah-langkah yang tidak perlu dapat ditiadakan sehingga produktivitas dapat meningkat. Pada pekerjaan plesteran terdapat 6(enam) metode kerja yang dilakukan oleh tukang batu dan diantaranya ada yang menghasilkan prouduktivitas yang paling tinggi. Kata kunci : Metode kerja, produktivitas, tukang bat, plesteran I. PENDAHULUAN Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi setiap tenaga kerja dalam penyelesaian pekerjaannya. Kurangnya kesadaran tenaga kerja akan pentingnya produktivitas menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas yang dimiliki tenaga kerja di Indonesia. Padahal tenaga kerja yang berkompetensi dan memiliki produktivitas tinggi sangat dibutuhkan perusahaan-perusahaan untuk bersaing dan tetap eksis, apalagi tenaga kerja merupakan faktor penting untuk kelangsungan usaha. Tingkat produktivitas kerja di Indonesia pada tahun 2007 menduduki peringkat ke 59 dari 60 negara. Rendahnya produktivitas kerja di Indonesia dikarenakan kualitas Sumber daya manusia yang tidak mampu bersaing, mutu pendidikan rendah, kurikulum pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, fasilitas Balai Latihan Kerja tidak optimal, perhatian pemerintah daerah rendah dan minimnya penghargaan dan intensif bagi pekerja yang memiliki prestasi (Besar, 2007). Bahkan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Erman Soeparno pada tanggal 2 November 2007 akan mengusulkan kepada pemerintah bahwa tahun 2008 dijadikan sebagai tahun mutu dan produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas memang merupakan hal yang harus diperhatikan oleh Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 1

semua kalangan usaha baik itu swasta maupun pemerintah agar dapat memenangi persaingan di era globalisasi sekarang ini Proyek konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang hasil dari pekerjaannya dipengaruhi oleh produktivitas. Kegiatan pada proyek konstruksi sangat banyak dimana antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain saling mempengaruhi, bila suatu kegiatan mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya maka akan berpengaruh pada kegiatan yang lain sehingga tidak menutup kemungkinan pekerjaan tersebut akan terlambat secara keseluruhan dan berakibat ketidaksuaian waktu penyelesaian sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelum proyek konstruksi tersebut berjalan. Sebaliknya semakin cepat suatu kegiatan diselesaikan maka kegiatan yang lain akan dapat diselasaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan sehingga secara keseluruhan penyelesaian proyek konstruksi tersebut tidak mengalami keterlambatan. Pekerjaan plesteran merupakan salah satu kegiatan yang terdapat pada proyek konstruksi terutama proyek bangunan gedung. Produktivitas pekerjaan plesteran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis pekerjaan plesteran yang akan dilakukan, tenaga kerja yang terlibat, peralatan yang digunakan, kondisi lingkungan kerja dan metode kerja yang dipakai. Tukang batu sebagai tenaga kerja yang mengerjakan pekerjaan plesteran dituntut untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien sehingga produktivitas yang diperoleh menjadi tinggi. Pada masa sekarang ini dimana untuk mendapatkan suatu proyek konstruksi tingkat persaingannya sangat tinggi menuntut perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi harus dapat menunjukkan suatu kelebihan dari perusahaan yang dimilikinya sehingga pemilik proyek merasa yakin akan kemampuan perusahaan tersebut. Tukang batu yang melakukan pekerjaan plesteran harus pula dapat menunjukkan produktivitas yang tinggi sehingga akan selalu dipekerjakan manakala perusahaan konstruksi mendapatkan proyek. Upaya untuk meningkatkan produktivitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu pekerjaan, sehingga setiap pekerjaan akan mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas yang berbeda-beda. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan metode kerja yang lebih produktif sehingga tenaga kerja hanya melakukan 2 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12

kegiatan-kegiatan yang diperlukan. Dengan demikian maka akan dapat mempersingkat waktu kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan Tukang batu sebagai tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan plesteran perlu kiranya melakukan langkah-langkah konkret dalam memperbaiki metode kerja yang dilakukan sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja yang dihasilkan. II. METODE KERJA Metode kerja merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sekumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai tambah (added value). Pengolahan ataupun perubahan yang terjadi bisa secara fisik atau non fisik, dimana perubahan tersebut bisa terjadi terhadap bentuk, dimensi, maupun sifat-sifatnya. Nilai tambah yang dimaksud adalah nilai dari keluaran yang bertambah dalam pengertian nilai fungsional (kegunaan) dan atau nilai ekonomisnya (Sritomo, 1995) Metoda kerja adalah cara kerja atau cara untuk melaksanakan pekerjaan. Metoda kerja yang baik adalah yang sederhana, mudah, dan dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Sedangkan metoda kerja yang tidak baik, dapat menimbulkan kesalahan dalam pekerjaan yang dilaksanakan.(sni-dt-91) Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa metode kerja merupakan suatu cara kerja atau kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien sehingga didapatkan suatu output yang optimal III. PRODUKTIVITAS Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang (Sjafri, 2007) Menurut DPN APINDO (2007), Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama di dalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas adalah : Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 3

1. Efisiensi, merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya dilaksanakan 2. Efektivitas, merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas ataupun waktu 3. Kualitas, merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan atau harapan konsumen Adapun hasil akhir dari Produktivitas dapat berupa : 1. Keuntungan atau laba bagi para pemegang saham dan para investor 2. Pekerjaan dan upah bagi para pekerja 3. Barang-barang dan jasa-jasa yang berkualitas untuk para konsumen Dari uraian diatas, maka secara teknis produktivitas dapat dikatakan sebagai perbandingan antara output yang dhasilkan dengan input yang digunakan, secara rumus sebagai berikut : Output Produktivitas = -------------- Input Dari rumus produktivitas diatas dapat dibuat suatu wujud peningkatan produktivitas yaitu : 1. Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya tetap 2. Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya naik 3. Produktivitas dikatakan naik apabila input tetap, outputnya naik 4. Produktivitas dikatakan naik apabila input naik, outputnya naik tetapi jumlah kenaikan output lebih besar daripada kenaikan input 5. Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya turun tetapi jumlah penurunan output lebih kecil daripada turunnya input Produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara output dengan input, atau ratio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material dan alat. Sukses dan tidaknya proyek konstruksi tergantung dari efektifitas penggunaan sumber daya (Wulfram, 2004) 4 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12

Dari beberapa pengertian tentang produktivitas diatas, maka pada kegiatan pengukuran produktivitas pekerjaan plesteran digunakan hasil kerja sebagai outputnya sedangkan inputnya adalah waktu kerjanya. Secara rumusan dapat dibuat sebagai berikut: hasil pekerjaan plesteran (m2) Produktivitas pekerjaan plesteran = waktu yang diperlukan (detik) IV. PEKERJAAN PLESTERAN Terdapat beberapa macam pekerjaan plesteran, antara lain pekerjaan plesteran dinding vertikal, pekerjaan plesteran lantai dan pekerjaan plesteran batako. Dari beberapa macam pekerjaan plesteran diatas maka akan mempunyai produktivitas yang berbedabeda. Hal ini dikarenakan pada setiap pekerjaan akan mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerjanya sendiri-sendiri. Pekerjaan plesteran dinding vertikal merupakan pekerjaan menutup pasangan bata dengan plester sehingga akan di peroleh bidang muka dinding yang rata dan halus serta bidang muka dinding yang lurus dan vertikal atau tegak. Alat-alat yang dipakai pada pekerjaan plesteran antara lain cetok, alat lepa, bilah perata, benang, martil, alat sipat datar, unting-unting, ember, cangkul dan kotak. Adapun bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan plesteran adalah bahan yang terdiri dari semen portland, kapur dan pasir atau dapat pula hanya semen portland dan pasir saja. Sedangkan untuk tenaga kerja yang digunakan dapat terdiri dari beberapa komposisi, diantaranya komposisi untuk 1tukang dibantu oleh 1 orang laden atau pekerja dan komposisi untuk 1 tukang dibantu oleh 2 orang laden atau pekerja. Dari kedua komposisi tersebut tukang memegang peranan yang penting dalam penyelesaian pekerjaan plesteran karena tukang yang melaksanakan pekerjaan plesteran tersebut sedangkan laden atau pekerja hanya membantu tugas tukang, misalnya dalam menyediakan campuran yang akan digunakan V. PENELITIAN TENTANG METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS Krisna (1998) melakukan penelitian dengan menggunakan metode MPDM (Method Productivity Delay Modul) untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja dan hasil yang dicapai adalah dalam menyelesaikan suatu item pekerjaan (mix Concrete) terjadi keterlambatan yang paling besar disebabkan oleh tenaga kerja sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap produktivitas tenaga kerja tersebut Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 5

Henny (2005) dalam penelitiannya mencoba untuk mengukur produktivitas tenaga kerja proyek konstruksi gedung pada pekerjaan beton dengan menggunakan bantuan alat pencatat data camcorder. Metode yang dipakai adalah Time And Motion Study. Motion Study digunakan untuk mempelajari dan menganalisis metoda kerja untuk selanjutnya memilih rangkaian proses kerja yang paling baik. Sedangkan Time Study digunakan untuk pengukuran waktu dalam melakukan suatu kegiatan yang selanjutnya ditentukan waktu standar definitif dari suatu kegiatan yang telah terinci mengenai standar proses pengerjaannya. Dari penentuan waktu standar tersebut diukur pula volume kerja yang selanjutnya dapat ditentukan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu maka dalam usaha untuk mengetahui metode kerja suatu pekerjaan terdapat dua hal yang dilakukan, yaitu : 1. Study gerakan atau motion study, merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat mengurangi gerakan-gerakan agar lebih efektif untuk meningkatkan produktivitasnya 2. Pengukuran waktu kegiatan, maksud dari pengukuran waktu kegiatan adalah untuk mengetahui waktu yang digunakan untuk melakukan tiap-tiap kegiatan guna menghasilkan suatu produk tertentu. Dengan pengukuran waktu kegiatan ini akan diketahui waktu yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan VI. METODE PENGUKURAN PRODUKTIVITAS Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur produktivitas suatu pekerjaan, diantaranya adalah dengan cara Work Sampling dan Time and Motion Study. a. Work Sampling Metode Work Sampling merupakan metode pengukuran produktivitas berdasarkan data yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk mendata bagaimana tenaga kerja menghabiskan waktu kerjanya selama selang waktu tertentu. Informasi yang diperoleh dari metode ini adalah efektifitas tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya selama selang waktu tertentu. Kelebihan dari metode ini adalah biaya yang dikeluarkan relatif murah, waktu yang diperlukan relatif 6 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12

pendek, sedangkan kekurangannya adalah hanya dapat dilihat waktu kerjanya saja tanpa memperhatikan metode kerja yang digunakan b. Time and Motion Study Pada metode Time and Motion Study, pengukuran produktivitas dilakukan dengan mengambil gambar terhadap objek kegiatan yang diteliti dengan menggunakan kamera video atau handycam. Maksud dari pengambilan gambar ini adalah untuk mendapatkan rekaman dari seluruh aktivitas tertentu yang diukur. Informasi yang diperoleh dari metode ini adalah rangkaian kegiatan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan masing-masing kegiatan tersebut hingga terselesaikan pekerjaan secara menyeluruh. Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengetahui setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu metode kerja yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan serta waktu secara keseluruhan dari suatu pekerjaan. Sedangkan kelemahannya adalah biaya yang dikeluarkan relatif mahal dan keterbatasan alat yang dipakai. VII. METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN Penelitian yang pernah penulis lakukan terhadap tukang batu yang sedang melaksanakan pekerjaan plesteran menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam metode kerja yang dilakukan oleh tukang batu-tukang batu tersebut. Secara garis besar terdapat 6(enam) metode kerja yang dilakukan oleh tukang batu dalam melaksanakan pekerjaan plesteran, yaitu : 1. Tukang plester mengambil ditempat, menempelkan pada dinding lalu menghaluskan secara bertahap Tabel 1. Metode kerja 1(satu) Tukang Plester Nomor Kegiatan Uraian Kegiatan K1 Mula-mula tukang plester menuju tempat K2 Tangan tukang plester mengolah di tempat K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K4.1 Membawa tersebut langsung ke dinding K5 Menempelkan tersebut ke dinding K8 Tangan tukang plester kembali ketempat untuk mengambil lagi Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 7

Kegiatan K2 s/d K8 dilaksanakan secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dilakukan secara bertahap K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju ke tempat bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai K14 Tangan kembali ke tempat Kegiatan K2 s/d K14 dilakukan sebanyak 2(dua) kali karena proses menempelkan campuran ke dinding dilakukan secara bertahap 2. Tukang plester mengambil ditempat, menempelkan pada dinding dengan setiap langkah kegiatan dihaluskan lalu menghaluskan secara bertahap Tabel 2. Metode kerja 2(dua) Tukang Plester Nomor Kegiatan Uraian Kegiatan K1 Mula-mula tangan tukang plester menuju tempat K2 Tangan tukang plester mengolah di tempat K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K4.1 Membawa tersebut langsung ke dinding K5 Menempelkan tersebut ke dinding K8 Tangan tukang plester kembali ketempat untuk mengambil lagi Kegiatan K2 s/d K8 dilaksanakan secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dilakukan secara bertahap K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju ke tempat bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai K14 Tangan kembali ke tempat Kegiatan K2 s/d K14 dilakukan sebanyak 2(dua) kali karena proses menempelkan campuran ke dinding dilakukan secara bertahap 3. Tukang plester mengambil ditempat, menaruh pada alat lepa dan menempelkan pada dinding secara bertahap untuk kemudian menghaluskan secara keseluruhan 8 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12

Tabel 3. Metode kerja 3(Tiga) Tukang Plester Nomor Kegiatan Uraian Kegiatan K1 Mula-mula tangan tukang plester menuju tempat K2 Tangan tukang plester mengolah di tempat K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K4.2.1 Tangan yang membawa menuju ke tangan lain yang memegang alat lepa K.4.2.2 Kemudian menaruh ke alat lepa tersebut K.4.2.3 Selanjutnya mengambil pada alat lepa untuk dibawa ke dinding K5 Menempelkan tersebut ke dinding K6 Tangan tukang plester kembali ke tangan yang memegang alat lepa K7 Mengambil pada alat lepa Kegiatan K.4.2.3 s/d K7 dilaksanakan 2-3 kali karena tergantung banyaknya campuran yang ditaruh diatas ala lepa K8 Tangan tukang plester kembali ke tempat untuk mengambil lagi Kegiatan K.2 s/d K.8 dilakukan berulang untuk menempelkan kedinding terlebih dahulu K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai Pekerjaan 1 m2 plesteran yang dilakukan tukang plester telah selesai 4. Tukang plester mengambil ditempat, menaruh pada alat lepa dan menempelkan pada dinding secara bertahap untuk kemudian menghaluskan secara bertahap pula Nomor Kegiatan K1 K2 K3 K4.2.1 K.4.2.2 K.4.2.3 K5 Tabel 4. Metode kerja 4(Empat) Tukang Plester Uraian Kegiatan Mula-mula tangan tukang plester menuju tempat Tangan tukang plester mengolah di tempat Tangan tukang plester mengambil dari tempat Tangan yang membawa menuju ke tangan lain yang memegang alat lepa Kemudian menaruh ke alat lepa tersebut Selanjutnya mengambil pada alat lepa untuk dibawa ke dinding Menempelkan tersebut ke dinding Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 9

K6 Tangan tukang plester kembali ke tangan yang memegang alat lepa K7 Mengambil pada alat lepa Kegiatan K.4.2.3 s/d K7 dilaksanakan 2-3 kali karena tergantung banyaknya campuran yang ditaruh diatas ala lepa K8 Tangan tukang plester kembali ke tempat untuk mengambil lagi Kegiatan K.2 s/d K.8 dilakukan berulang untuk menempelkan kedinding terlebih dahulu K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai K14 Tangan kembali ketempat Kegitan K.2 s/d K.14 dilakukan sebanyak 2(dua) kali karena proses menempelkan campuran ke dinding dilakukan secara bertahap 5. Tukang plester mengambil ditempat, menaruh pada alat lepa dan menempelkan pada dinding secara langsung seluruhnya untuk kemudian menghaluskan keseluruhan Tabel 5. Metode kerja 5(Lima) Tukang Plester Nomor Kegiatan Uraian Kegiatan K1 Mula-mula tangan tukang plester menuju tempat K2 Tangan tukang plester mengolah di tempat K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K4.2.1 Tangan yang membawa menuju ke tangan lain yang memegang alat lepa K.4.2.2 Kemudian menaruh ke alat lepa tersebut K.4.2.3 Selanjutnya mengambil pada alat lepa untuk dibawa ke dinding K5 Menempelkan tersebut ke dinding K8 Tangan tukang plester kembali ke tempat untuk mengambil lagi Kegiatan K.2 s/d K.8 dilakukan berulang untuk menempelkan kedinding terlebih dahulu K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai 10 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12

6. Metode ini merupakan kombinasi antara metode yang menempelkan langsung yang telah diambil dari tempat dan menaruh terlebih dahulu pada alat lepa untuk kemudian dihaluskan secara keseluruhan Tabel 6. Metode kerja 6 (Enam) Tukang Plester Nomor Kegiatan Uraian Kegiatan K1 Mula-mula tangan tukang plester menuju tempat K2 Tangan tukang plester mengolah di tempat K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K4.1 Membawa tersebut langsung ke dinding K5 Menempelkan tersebut ke dinding K8 Tangan tukang plester kembali ke tempat untuk mengambil lagi Kegiatan K.2 s/d K.8 dilakukan berulang untuk menempelkan kedinding terlebih dahulu K3 Tangan tukang plester mengambil dari tempat K.4.2.1 Tangan yang membawa menuju ke tangan lain yang memegang alat lepa K.4.2.2 Kemudian menaruh ke alat lepa tersebut K.4.2.3 Selanjutnya mengambil pada alat lepa untuk dibawa ke tembok K.5 Menempelkan tersebut ke tembok K.8 Tangan tukang plester kembali ke tempat untuk mengambil lagi Kegiatan K2 s/d K8 dilakukan secara berulang-ulang K9 Selanjutnya tangan tukang plester menuju ke bilah perata K10 Mengambil bilah perata K11 Membawa bilah perata ke dinding yang akan dihaluskan K13 Menaruh bilah perata bila penghalusan telah selesai Dari 6(enam) metode kerja yang ada, terlihat bahwa kegiatan yang dilakukan pada masing-masing metode kerja ada perbedaannya. Disamping itu terdapat pengaruh metode kerja terhadap produktivitas yang dihasilkan tukang plester, karena semakin sedikit kegiatan yang dilakukan maka produktivitasnya akan semakin meningkat. VIII. PENUTUP Berdasarkan uraian diatas, jelas tampak bahwa metode kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas yang dihasilkan dalam suatu pekerjaan plesteran. Secara garis besar dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam melaksanakan suatu pekerjaan Metode Kerja Dan Produktivitas Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran 11

sebisa mungkin lakukan langkah-langkah yang efektif sehingga waktu yang diperlukan akan semakin cepat, salah satunya adalah dengan menghilangkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak perlu. DAFTAR PUSTAKA Besar Setyoko, 2007, Produktivitas Kerja di Indonesia Sangat Rendah, Tempo Interaktif, Jakarta DPN APINDO, 2007, Gambaran Umum Produktivitas, Knowledge Sharing Forum, Jakarta Henny S, 2005, Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja Proyek Konstruksi pada Pekerjaan Beton dengan Metode Motion and Time Study, Laporan Penelitian, ITB, Bandung Krisna Suryanto P, 1998, Model Produktivitas Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat di Indonesia, ITB, Bandung Sjafri M, 2007, Manajemen Mutu SDM, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta SNI-DT-91-0010-2007, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan, SIMS, DPU, Jakarta Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Guna Widya, Jakarta Wulfram Ervianto, 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta 12 Teodolita Vol.12, No.1., Juni 2010:1-12