RINGKASAN. Pulang Pisau STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan ekonomi hijau

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

PULANG PISAU. Strategi Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Pulang Pisau Kalimantan Tengah, Indonesia

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

REVITALISASI KEHUTANAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

MEMERANGI KETIMPANGAN UNTUK PERTUMBUHAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK

Membangun Kolaborasi Peningkatan Ekonomi dan Perlindungan Lingkungan Melalui Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. Permasalahan yang Dihadapi

KSN Mamminasata. Menuju Pertumbuhan Ekonomi Hijau

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAPPEDA Planning for a better Babel

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

Analisis Isu-Isu Strategis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

2.1. Peraturan Pemerintah Terkait Pengembangan Produk Unggulan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KALIMANTAN TENGAH MENUJU PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Transkripsi:

Kalimantan Tengah, Indonesia Publikasi Mei 2015 RINGKASAN STRATEGI Gambaran umum kabupaten berada di Bagian Tenggara Provinsi Kalimantan Tengah, dan tepat di Bagian Selatan dari Pulang Kalimantan. (h.02-03) Sektor terpilih untuk pertumbuhan Strategi ini fokus pada empat sektor: kehutanan, perikanan budidaya, perkebunan, dan energi terbarukan. (h.07) Tindak lanjut untuk pelaksanaan Strategi ini fokus pada empat sektor: kehutanan, perikanan budidaya, perkebunan, dan energi terbarukan. (h.08) Tujuan dari strategi pertumbuhan adalah menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sambil tetap menjaga lingkungan dari dampak pembangunan. H. EDY PRATOWO, S.Sos., MM. Bupati Visi pertumbuhan HUMASPRO PULANG PISAU Strategi ini akan menjadi dokumen referensi internal bagi Pemerintah saat pelaksanaan pembangunan ke depan, penyusunan rencana kerja dan pengalokasian sumber daya finansial. Selain itu, strategi ini diharapkan bisa menarik minat pihak lain, seperti lembaga donor, sektor swasta, dan lembaga swadaya masyarakat untuk bersama-sama melakukan investasi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di. Ekonomi yang berkelanjutan yang memberikan kemakmuran secara merata bagi masyarakat dengan meminimalkan emisi gas rumah kaca dan tetap menjaga modal alam kita untuk generasi mendatang. Uraian lengkap, termasuk catatan kaki dan referensi, bisa dibaca dalam laporan. Ikon berikut ( ) akan memandu anda menemukan uraian terkait di dalam laporan tersebut.

HALAMAN 02 2015 Edisi Bahasa Indonesia Strategi pertumbuhan HALAMAN 03 Lima capaian yang diharapkan dari pertumbuhan Gunung Mas Kabupaten Capaian yang diharapkan ini diidentifikasi melalui proses konsultasi sebagai bagian dari pelaksanaan Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau Pemertintah Indonesia-GGGI. 01. EKONOMI YANG BERKELANJUTAN 02. EKOSISTEM YANG SEHAT DAN PRODUKTIF MENYEDIAKAN JASA LINGKUNGAN 03. EKONOMI YANG INKLUSIF DAN ADIL 04. 05. KETAHANAN SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA Palangka Raya Bawan PENDAHULUAN h.04 PENJELASAN UMUM Strategi pertumbuhan ini menjelaskan tentang peluang yang dimiliki untuk beralih ke model pertumbuhan ekonomi baru yang mendatangkan kesejahteraan, sekaligus mengurangi kemiskinan dan melestarikan lingkungan. Hal ini dicapai dengan mengidentifikasi dan menguraikan intervensi pertumbuhan di empat sektor kunci, yaitu: kehutanan, perikanan budidaya, perkebunan, dan energi terbarukan. Setiap intervensi bertujuan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang efisien dan produktif, penciptaan lapangan kerja, dan inklusi sosial, dengan tetap mengurangi resiko lingkungan. LATAR BELAKANG Strategi ini merupakan hasil dari kerja sama antara Pemerintah Kabupaten dan Global Green Growth Institute (GGGI), sebuah lembaga internasional yang berkantor pusat di Seoul, Republik Korea, serta bagian dari kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dengan GGGI, yang dikenal dengan Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau Pemerintah Indonesia-GGGI. Tujuan dari program ini adalah mempromosikan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia yang menghargai modal alam, meningkatkan ketahanan, serta membangun ekonomi lokal yang inklusif dan berkeadilan. Kerja sama antara pemerintah kabupaten dan GGGI diluncurkan Bulan September 2014 saat pelaksanaan Lokakarya Visi Pertumbuhan Ekonomi Hijau untuk. GAMBARAN UMUM KABUPATEN h.10 KONDISI BIOFISIK abupaten berada di Bagian Tenggara Provinsi K Kalimantan Tengah, tepat di Bagian Selatan dari Pulau Kalimantan. Luasnya hampir mencapai 900,000 ha yang sebagian besar terdiri atas hutan dataran rendah dan ekosistem gambut. Sekitar 60% diantaranya merupakan lahan gambut. Di bagian paling Selatan terdapat pesisir yang tediri atas mangrove, muara, dan pantai berpasir. Lalu, di Utara terdapat dataran yang lebih tinggi (sekitar 100 m di atas permukaan laut). Meskipun sebagian besar lahan gambutnya sudah terdegradasi, hutan lahan gambut yang tersisa memiliki biodiversitas yang tinggi. KONDISI SOSIAL EKONOMI Pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten ini tahun 2013 mencapai 6.98%, dengan nilai atas dasar harga konstan sebesar Rp897,379 milyar. Sektor paling dominan adalah yang berbasis lahan, seperti: perkebunan, tanaman pangan, perikanan, peternakan dan kehutanan, dengan kontribusi keseluruhan mencapai 53.7% atas PDRB tahun 2013. Tingkat pengangguran relatif rendah (2,59% pada tahun 2012) dan lebih dari separuh penduduknya bekerja di sektor pertanian. Meskipun jarak pusat kabupaten relatif dekat dari ibu kota provinsi (150 km dari Palangka Raya), masih ada penduduknya yang tinggal di wilayah terpencil dan cukup terisolasi. KALIMANTAN TENGAH Katingan JAVA SEA TJILIK RIWUT AIRPORT PALANGKA RAYA Sebangau Permai Bukit Rawi Sebangau River PULANG PISAU Bahaur Basantan Jabiren Kahayan River Kahayan Hilir Maliku Baru Pangkoh Hilir Kapuas KALIMANTAN SELATAN Negara Indonesia Provinsi Central Kalimantan Ibu Kota Luas daerah 899,700 ha Kecamatan 8 Desa 95 Populasi 123,300 Jiwa/km 2 13.70 Kontribusi sektor pembangunan terhadap PDRB Kabupaten Tahun 2013 Pertanian 53.7% Ibu Kota Bandara Ibu Kota Kabupaten Pelabuhan Provinsi Kecamatan Sungai Hutan bakau Perdagangan, hotel dan restoran 17.9% Konstruksi 10% Jasa-jasa 8.7% Kehutanan 3.7% Pertanian 3.7% Perkebunan 22% Kehilangan hutan di Kabupaten Pulang Pisau (2001-2012) Industri pengolahan 5.8% Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1.9% Transportasi dan komunikasi 1.7% Pertambangan dan penggalian 0.2% Perikanan 8.1% Pertanian 53.7% Tanaman pangan 16.1% Area hilang (ha) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Listrik, gas dan air 0.2% 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BENJAMIN TULAR / GGGI Total 100% Tahun

HALAMAN 04 2015 Edisi Bahasa Indonesia Strategi pertumbuhan HALAMAN 05 VISI h.06 Dengan perekonomian yang bertumpu di sektor-sektor berbasis lahan, maka orientasi pembangunan kabupaten ke depan akan ditentukan oleh pola interaksi antara ekonomi dan lingkungan. Pengelolaan lahan gambut, sebagai ekosistem utama di kabupaten ini, akan menjawab pertanyaan apakah bisa mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan atau tidak. Praktek pengelolaan lahan yang keliru, serta perluasan perkebunan di lahan yang tidak sesuai, bisa menciptakan keuntungan jangka pendek, tapi dalam jangka menengah, justru menurunkan kualitas modal alam dan menciptakan resiko baru untuk kesejahteraan. Visi pertumbuhan dan hasil yang diinginkan dari empat sektor ekonomi utama Visi Pertumbuhan Ekonomi Hijau Perekonomian berkelanjutan yang memberi kesejahteraan bagi warga dan tetap mempertahankan modal alam agar bisa dimanfaatkan untuk generasi masa depan 1 2 3 4 BENJAMIN TULAR / GGGI Kerja sama antara Pemerintah dan GGGI dimulai pada Bulan September 2014 saat dilakukan Lokakarya Visi Pertumbuhan Ekonomi Hijau untuk. Lokakarya ini bersifat interaktif dan banyak menggunakan proses visualisasi untuk mengeksplorasi pertumbuhan ekonomi hijau dalam konteks yang spesifik bagi. Kehutanan Perikanan budidaya Perkebunan Energi terbarukan Sistem pengelolaan hutan dan lahan gambut yang bisa mengoptimasi fungsi-fungsi ekonomi, sosial dan ekologis dari hutan dan pengurangan kejadian kebakaran Budidaya perikanan yang efisien dan berkelanjutan di wilayah yang sesuai untuk menghasilkan produk bernilai dan berkualitas tinggi Budidaya perkebunan yang efisien dan berkelanjutan di wilayah yang sesuai untuk menghasilkan produk bernilai dan berkualitas tinggi Peningkatan sumber-sumber energi terbarukan melalui pemanfaatan biogas dari limbah pabrik sawit dan peternakan Lingkungan bisnis yang kondusif dan transparan diciptakan melalui pengurangan konflik sosial dari tumpang tindih kepemilikan Lintas sektor Modal alam kabupaten dan jasa ekosistemnya diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dan investasi Pengeringan lahan gambut bisa mengakibatkan kebakaran dan banjir, yang pada gilirannya akan menurunkan kualitas lingkungan, kesehatan dan ekonomi. Saat CO2 yang tersimpan di lahan gambut Kalimantan Tengah menjadi pusat perhatian masyarakat global, terungkap bahwa ekosistem rapuh ini menyediakan beragam jasa untuk mendukung kegiatan ekonomi di, misalnya filtrasi air dan pencegahan banjir, yang justru sangat penting untuk kelangsungan kegiatan ekonomi. Memastikan bahwa sektor-sektor berbasis lahan bisa menghasilkan komoditas berkualitas tinggi secara efisien tanpa merusak jasa ekosistem, adalah tindakan utama untuk mewujudkan pertumbuhan. Hal ini termasuk optimalisasi lahan terdegradasi melalui rehabilitasi untuk mengembalikan lahan ke kondisi awal. Sungai Kahayan dan Sebangau adalah urat nadi kehidupan bagi sebagian masyarakat melalui penyediaan akses transaksi perdagangan, selain mendukung ekosistem perairan dan hutan di sekitarnya. Semua sektor yang bergantung pada sumber daya air, seperti pertanian dan perikanan, harus dikelola secara bertanggung jawab agar mencegah kerusakan sistem hidrologi ini. Seiring dengan masih adanya masyarakat yang belum bisa mengakses listrik atau sumber energi bersih, maka semua potensi limbah untuk energi terbarukan harus dimanfaatkan agar bisa mendukung pembangunan ekonomi perdesaan yang adil. Investasi pada sumber daya manusia, perencanaan, teknologi dan modal alam juga diperlukan untuk mewujudkan pertumbuhan. Sebagai kabupaten yang tidak memiliki deposit batubara, batuan, minyak bumi dan gas alam dalam jumlah besar, maka kemakmuran harus dicapai dengan memaksimalkan potensi lahan, melalui pengambilan keputusan berbasis informasi dan pengetahuan terkini, serta pengembangan nilai tambah produk. Model bisnis yang fokus pada ekstraksi sumber daya alam harus ditinggalkan dan semua pihak harus bekerja sama mencapai tujuan pembangunan jangka panjang. CARE INTERNATIONAL INDONESIA Wilayah terletak di antara dua kubah gambut; Namun, ekosistem yang rapuh ini sudah terdegradasi oleh sejumlah konversi lahan skala besar. Pertumbuhan di kabupaten ini harus memasukkan upaya rehabilitasi dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan akibat kerusakan yang ditimbukan oleh Proyek Pengembangan Lahan Gambut di era tahun 1990-an, industri perkayuan dan perkebunan kelapa sawit di lahan yang tidak sesuai.

HALAMAN 06 2015 Edisi Bahasa Indonesia Strategi pertumbuhan HALAMAN 07 SEKTOR KEHUTANAN h.16 Revitalisasi sektor kehutanan membutuhkan upaya terkoordinasi untuk mengatasi dampak dari praktek penebangan yang tidak berkelanjutan di masa lalu. Ketidakjelasan status kawasan dan pengelolaan hutan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, menjadi dua tantangan utama bagi upaya perbaikan pengelolan lahan ke depan. Kabupaten ini mengadopsi sistem lokal untuk mengelola hutan dan lahan gambut yang mengoptimalkan fungsi ekonomi, sosial dan ekologi hutan untuk generasi mendatang, sekaligus mengurangi kejadian kebakaran. H1 Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) H2 Fasilitasi pembangunan Hutan Berbasis Masyarakat PERIKANAN BUDIDAYA BANDENG PUSPITA h.26 Pemerintah kabupaten berharap sektor perikanan akan menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan menjamin ketahanan pangan. Di wilayah pesisir, konversi hutan mangrove menjadi tambak harus dicegah karena bisa menyebabkan dampak lingkungan serius, baik secara lokal maupun global. Sektor perikanan budidaya yang efisien dan berkelanjutan yang bisa menghasilkan produk kualitas dan bernilai tinggi di lokasi yang tepat. I1 Membangun sistem silvofishery di ekosistem mangrove yang sesuai I2 Membuat kebijakan tentang budidaya perikanan yang berkelanjutan I3 Mengenalkan praktek pengelolaan yang baik (BMP) untuk komoditas perikanan telah berkontribusi secara signifikan untuk produksi perikanan Provinsi Kalimantan Tengah. Sehingga, pemerintah kabupaten melihat perikanan budidaya sebagai sektor strategis. Namun, perluasan tambak dengan mengkonversi mangrove juga berdampak negatif untuk lingkungan lokal maupun global. Aspek keberlanjutan harus diperhitungkan untuk pembangunan perikanan budidaya ke depan. PERKEBUNAN h.38 Pertanian yang dikelola secara langsung oleh masyarakat menempati posisi penting dalam pembangunan ekonomi kabupaten. Potensi komoditas karet, kelapa dan kopi bisa ditingkatkan melalui intensifikasi, praktek pengelolaan yang baik, dan perbaikan rantai pasokan komoditas. Selain itu, pembangunan perkebunan kelapa sawit harus dipastikan untuk menargetkan lahan kritis dan menghindari gambut dalam. Sektor perkebunan yang efisien dan berkelanjutan untuk menghasilkan produk pertanian berkualitas tinggi di lokasi yang tepat. K1 Meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat untuk komoditas karet, kelapa dan kopi K2 Mendukung perluasan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan ENERGI TERBARUKAN h.48 Energi sebagian besar dipasok dari luar wilayah kabupaten. Terbatasnya akses masyarakat terhadap energi telah membatasi peluang mereka untuk membangun perekonomiannya sendiri. Untuk mengatasinya, Kabupaten punya potensi besar untuk menghasilkan energi dari limbah pertanian. Ambisi strategi ini adalah untuk meningkatkan sumber energi berkelanjutan dengan memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) dan limbah ternak. E1 Menyediakan listrik dari biogas limbah pabrik sawit (POME) E2 Menghasilkan energi dari biogas limbah ternak LINTAS SEKTOR KFCP Perekonomian didominasi sektor-sektor berbasis lahan. Namun, produksi komoditas oleh masyarakat umumnya masih bersifat ekstensif ketimbang intensif, selain memang masih ada petani yang kurang memiliki kecakapan teknis dan masih menggunakan bibit berkualitas rendah. Artinya, peluang optimalisasi produksi pertanian masih tinggi, yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan mereka, sekaligus mengurangi laju konversi hutan untuk lahan pertanian baru. h.58 Pencapaian pertumbuhan ekonomi hijau juga membutuhkan sejumlah upaya lintas sektor yang mendukung kegiatan yang produktif dan berkelanjutan di semua sektor ekonomi. Lingkungan bisnis yang transparan dan kondusif bagi investor dibangun sambil mengurangi potensi konflik sosial yang berasal dari tumpang tindihnya konsesi. Modal alam dan jasa ekosistem kabupaten bisa diintegrasikan ke dalam kebijakan dan proses pengambilan keputusan terkait investasi. Meningkatkan sistem perijinan Melakukan pengkajian kawasan bernilai konservasi tinggi Melakukan penilaian dampak lingkungan strategis dari rencana tata ruang

HALAMAN 08 2015 TINDAK LANJUT UNTUK PELAKSANAAN h.62 Pelaksanaan strategi ini membutuhkan tindakan yang terkoordinasi antara pemerintah kabupaten, perusahaan swasta, masyarakat dan organisasi non-pemerintah (LSM). Kegiatan-kegiatan yang disarankan akan membutuhkan dukungan finansial dari sumbersumber pendanaan publik dan investasi sektor swasta. ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN 1. Melalui proses perencanaan dan penganggaran pembangunan tahunan Setiap tahun proses musrenbang memungkinkan penduduk setempat untuk membahas masalah yang dihadapi masyarakat dan memutuskan berbagai prioritas pembangunan yang dibutuhkan. Proses dari bawah ke atas ini memungkinkan kegiatan pertumbuhan ekonomi hijau didiskusikan dengan masyarakat dan dimasukkan dalam rencana kerja dan anggaran pemerintah. 2. Melalui proses revisi anggaran pemerintah kabupaten Setiap tiga bulan pemerintah kabupaten mengadakan pertemuan untuk melihat dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan RKPD. Setiap bulan Agustus, satuan kerja perangkat daerah dapat mengubah kegiatan dan alokasi anggaran di instansi masing-masing dan memungkinkan adanya pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan pertumbuhan ekonmi hijau dalam skala yang terbatas. 3. Adopsi ke dalam rencana pembangunan jangka menengah dan rencana strategis Pada saat RPJMD berikutnya sedang dikembangkan, strategi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memastikan bahwa prioritas pembangunan kabupaten selaras dengan pertumbuhan. Visi pertumbuhan dan latar belakangnya dapat dimasukkan ke dalam bagian analisis isu-isu strategis, sementara kerangka logisnya bisa digunakan untuk menyusun indikator dan target untuk pertumbuhan kabupaten. SUMBER PENDANAAN LAINNYA 1. Donor internasional dan mitra pembangunan pertumbuhan dan kegiatannya yang dimuat dalam strategi ini dapat dikemas ke dalam usulan program dan diusulkan kepada mitra pendukung pertumbuhan, seperti pemerintah beberapa negara maju, kerja sama multilateral, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Kerangka logis strategi menyediakan titik awal untuk membuat usulan program operasional. 2. Perusahaan swasta Penerapan strategi ini, akan membutuhkan komitmen perusahaan swasta yang beroperasi di, terutama di bidang kehutanan, pertambangan, perkebunan dan energi, terkait dengan keahlian dan sumber daya yang mereka miliki. Ini hanya akan terjadi jika peluang pertumbuhan menyajikan pengembalian investasi yang menarik dengan kelayakan dan manajemen resiko yang sesuai. 3. Pemerintah pusat dan provinsi Ada banyak peluang dari mekanisme pendanaan internal Pemerintah Indonesia untuk mendukung kegiatan pertumbuhan kabupaten, di luar dari alokasi anggaran pemerintah kabupaten. MENGUKUR h.07 Sistem pemantauan pertumbuhan untuk menilai kinerja kabupaten dalam mencapai visi sangat penting untuk dibuat. Kerangka penilaian yang digunakan harus memadukan lima hasil yang diharapkan dari pertumbuhan dan indikator kinerja kabupaten untuk mengecek kemajuan yang sudah dicapai. Instrumen untuk menilai kinerja pertumbuhan No. 1 Indikator Pertumbuhan tahunan PDRB (%) Tabel di sebelah kanan menggambarkan instrumen yang terdiri dari 12 indikator pertumbuhan tingkat 2 PDRB per Kapita (Rupiah) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Strategi ini juga mengidentifikasi indikator untuk menilai kinerja setiap sektor. Indikator ini 3 Pembentukan Modal Bruto (Rupiah) bisa dilihat di bagian penjelasan setiap sektor. Lampiran 1 dari dokumen strategi ini juga memuat definisi dari setiap indikator dan kerangka logis strategi pertumbuhan ekonomi hijau kabupaten, termasuk inidkator untuk setiap sektor, 4 5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (%) Angka Kemiskinan (%) Pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan intervensi dan kegiatan. 6 Koefisien Gini INFORMASI LEBIH LANJUT: 7 8 Emisi per Kapita (ton CO 2 e) Perubahan Bersih Tahunan untuk Cadangan Karbon Atas dan Bawah Tanah (ton CO 2 e) Pengurangan emisi gas rumah kaca Pemerintah A Jl. Oberlin Metar No. 7, 74811 Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia 9 10 Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi/KBKT (ha) Indeks Kualitas Lingkungan Hidup/IKLH Ekosistem yang sehat dan produktif P +62-513-61205 / +62-513-61208 F +62-0513-61212 (Attention to BAPPEDA ) W www.pulangpisaukab.go.id Sekretariat Bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan GGGI 11 12 Indeks Kapasitas Fiskal/IKF Indeks Kerentanan Penghidupan Rumah Tangga/HVI Ketahanan sosial, ekonomi dan lingkungan A Kantor BAPPEDA Provinsi Kalimantan Tengah Jl. Diponegoro No. 60, Palangka Raya 73111 Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia P +62-536-3221715 / +62-536-3221645 W www.gggi.org