KAMPANYE TAK BERKUALITAS, POLITIK UANG MENGANCAM

dokumen-dokumen yang mirip
MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

Fokus Malam Edisi Rabu, 24 Juni 2009 Tema : Politik Topik : Mencermati Iklan-iklan politik capres di Media

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. lagi, ternyata dalam prakteknya partai politik ini kurang mampu menjawab

Korupsi Pemilu Legislatif 2014 Pemantauan Atas Politik Uang, Politisasi Birokrasi dan Penggunaan Sumber Daya Negara Dalam Pemilu 2014

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

KARTELISASI POLITIK PILKADA LANGSUNG

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan bagaian dari impact dari

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAWASLU. Dana Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Advokasi Kebijakan Publik. Divisi Investigasi dan Publikasi Indonesia Corruption Watch

HASIL SURVEI ASPIRASI WARGA DEPOK MENGENAI PERMASALAHAN KOTA MENJELANG PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DEPOK 2015

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis, dan membahas hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Luar Negeri. Pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha

LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG. MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran.

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. jadwal yang telah ditetapkan oleh penyelenggara pemilu yaitu Komisi Pemilihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

DAFTAR ISI... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Ambiguitas Pengaturan Politik Uang

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

1II PROFIL RESPONDEN...

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

DEKLARASI GURU JAKARTA TOLAK POLITISASI GURU UNTUK PILKADA BERSIH, DAMAI DAN BERINTEGRITAS

BAB VII PENUTUP. pendeskripsian, uji Chi-square dan uji koefisien kontingensi maka peneliti dapat

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Pasangan Bakal Calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT Pilihan Netizen NTT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

I. Latar Belakang KAMPANYE TAK BERKUALITAS, POLITIK UANG MENGANCAM Pimilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan salah satu bagian penting guna mewujudkan demokrasi yang substantif. Demokrasi yang mengarah pada ketercapaian kesejahteraan dan keadilan sosial. Bukan, malah sebaliknya. Hakikatnya, pilkada adalah manifestasi dari kekuasaan rakyat yang diberikan kepada pemimpinnya untuk menjalankan amanat sesuai dengan cita-cita bangsa. Sehingga, Pilkada selalu dianggap sebagai peristiwa luar biasa sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Melaluinya, calon-calon pejabat publik memperkenalkan diri kepada khalayak untuk dipilih sebagai aktor pengambil kebijakan. Sebagai upaya untuk mendorong agar Pilkada kota Batu menjadi instrument yang dapat menghadirkan kesejahteraan dan kemakmuran, atau agar pilkada dapat berdampak terhadap kemajuan dan akses masyarakat kota Batu. Maka, perlu kiranya untuk dilakukan upaya pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat secara umum, maupun oleh organisasi masyarakat sipil yang berkepentingan untuk mengawal Pilkada kota Batu, agar Pilkada dapat terselenggara dengan menjunjung tinggi integritas, kualitas dan aspirasi public, sehingga proses Pilkada dapat menghasilkan paslon terpilih yang berkualitas, dedikatif dan antikorupsi Malang Corruption Watch sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang konsern terhadap persoalan demokrasi lokal dan korupsi pilkada. Maka, sebagai bentuk dari komitmen yang dimaksud, MCW melakukan monitoring terhadap semua proses penyelengaraan Pilkada. Adapun salah satu yang MCW lakukan adalah, meriset dan memetakan pengetahuan public tentang pemaknaan warga kota Batu terhadap pilkada,pengetahuan warga kota Batu mengenai profil dan program pasangan calon, dan kesadaran warga Batu terhadap ancaman politik uang dalam proses pilkada Untuk itu, maka perlu kiranya Malang Corruption Watch untuk menyampaikan hasil proses pemantauan yang dilakukan lewat riset dan pemetaan secara langsung kepada warga, hasil pemantau dan riset ini diharapan dapat menjadi : (i). Bahan evaluasi bagi penyelenggara pilkada untuk lebih serius dan mengoptimalkan fungsinya agar masyarakat tidak dibutakan dengan kampanye yang populis minus substansi, (ii). Pasangan calon agar tidak hanya mencitrakan dirinya dengan program populis tapi tidak menjawab kebutuhan warga batu, (iii), masyarakat kota Batu agar tidak salah memilih calon sehingga dapat mempertimbangkan pilihannya, (iv), masyarakat kota Batu menyadari bahaya politik uang dan dapat melaporkan praktik politik uang yang ditawarkan oleh pasangan calon

II. Temuan Maka, berikut adalah ringkasan terhadap hasil pemetaan dan riset yang dilakukan oleh Malang Corruption Watch (MCW) Diagram 1. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pilkada untuk kesejahteraan Pertama, mayoritas responden, 79%, menganggap bahwa hasil dari Pilkada akan sangat berpengaruh bagi kesejahteraan mereka lima tahun ke depan. Mereka setidaknya memahami bahwasannya proses Pilkada teramat vital bagi keseharian mereka. Sehingga kesalahan dalam memilih, akan berdampak fatal bagi kebijakan yang menimpa masyarakat. Sayangnya, masih cukup tinggi, 21%, masyarakat yang tidak mengetahui dampak pilkada bagi kesejahteraan mereka Diagram 2. Mengukur tingkat pengetahuan masyarakat pada profil dan program calon Kedua, berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas pemilih, 64%, tidak mengetahui profil calon yang akan mereka pilih. Profil merupakan hal dasar yang selayaknya diketahui oleh pemilih agar tidak keliru dalam menentukan pilihan. Bagaimana kemudian bisa tepat memilih, sedangkan profil calon saja tidak diketahui secara baik. Dari profil itu, ada informasi-informasi latar belakang kandidat yang layak diketahui pemilih. Sehingga, profil lengkap kandidat menjadi salah satu bahan pertimbangan. Hal ini menjadi penting agar public dapat mengetahui apakah ada pasangan calon yang memiliki afiliasi dengan pembisnis tertentu dan berpotensi dapat sokongan anggaran yang tidak terlaporkan

Ketiga, pengetahuan masyarakat akan program dan pasangan calon (paslon) juga sebagai dasar kenapa masyarakat memilih calon tersebut. Tingkat pengetahuan masyarakat pada program dan paslon yang dihasilkan oleh tim riset MCW menunjukkan 80% masyarakat tidak mengetahui program paslon yang akan diberikan pada masyarkat. Ironis, proses panjang kampanye dan sosialisasi ternyata tidak membuat masyarakat benar-benar mengerti program yang diusung kandidat. Padahal, program yang ditawarkan oleh kandidat bisa menjadi alasan utama untuk memastikan pilihan. Di mana nantinya, ketika kandidat itu terpilih, program itulah yang harus bisa ditagih oleh para pemilihnya. Diagram 3. Dasar masyarakat menentukan pilihan calon Disini menjadi amat kontradiktif, di sisi yang lain mayoritas responden, 74%, menyatakan bahwa dasar mereka menentukan pilihan adalah program yang ditawarkan kandidat. Program yang ditawarkan saja tidak tahu, lantas program yang mana yang kemudian akan dijadikan dasar memilih. Dalam konteks inilah kegagalan transformasi pengetahuan melalui proses pilkada menjadi amat nyata. Proses pilkada, nampak sebatas selebrasi atau karnaval politik minus diskursus dan tidak ada menjadi instrument pendidikan politik kepada warga. Buktinya, profil dan program saja masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui. Ini menjadi bukti kongkrit kegagalan kandidat dalam membumikan program yang mereka usung kedalam kognisi sosial masyarakat, akan berdampak pada penciptaan massa mengambang. Pemilukada, praktis hanya menjadi ajang mobilisasi massa untuk melegitimasi penguasa.

Diagram 3. Dasar masyarakat menentukan pilihan calon Diagram 4. Tingkat pengetahuan pada politik uang. Diagram 5. Tanggapan masyarakat jika terjadi praktik politik uang. Keempat, kaitannya dengan politik uang, 91%, mengatakan bahwa mereka mengetahui kalau politik uang itu sejatinya dilarang. Bahkan, 54% dari responden menyatakan menolak jika ada kandidat yang memberikan politik uang. Diantara responden, 24%, mengaku akan melaporkan jika politik uang terjadi. Hal ini menjadi kabar yang menggembirakan. Masyarakat yang diposisikan sebagai objek oleh para kandidat, masih memiliki harga diri untuk tidak mau dibeli. Hanya saja, mayoritas dari responden, 58%, memilih mendiamkan pelanggaran, dibanding melaporkannya ke penegak hukum atau panwas. Pendiaman oleh masyarakat menjadi kata kunci utama tentang seringnya para pelapor politik uang tidak direspon oleh Gakkumdu, bahkan para pelapor berpotensi mendapat ancaman kriminalisasi dari pasangan calon yang terdapati melakukan politik uang atau pelanggaran

III. Rekomendasi Pilkada sebagai salah satu faktor kunci untuk memastikan bahwa demokrasi dapat menjadi jalan untuk menghadirkan cita-cita kesejahteraan, keadilan sosial dan kemakmuran bagi public, nampaknya akan tereduksi dan hanya akan menjadi sandiwara politik kekuasaan jika kemudian momentum pilkada hanya menjadi salebrasi electoral, panggung hiburan politik, dan mobilisasi dukungan untuk memenangkan calon tertentu, khususnya penggunaan politik uang sebagai salah satu mantra tangguh untuk menggerakkan pilihan masyarakat kepada calon tertentu. Maka, kita tidak perlu heran jika kemudian semakin hari semakin banyak orang miskin, semakin hari semakin banyak sumberdaya alam yang habis dan semakin hari banyak birokrasi yang tidak bekerja optimal, dan tentu dampak paling jelas adalah kebijakan public hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu Maka, dengan melihat beberapa temuan seperti di atas perlu kiranya: 1. Penyelenggara Pilkada (KPU-Panwaslih) bekerja secara optimal untuk memastikan warga batu memilih pasangan calon berdasarkan program yang ditawarkan, bukan berdasarkan kampanye populis 2. Pasangan Calon agar tidak hanya menjadikan kampanye sebagai panggung sandiwara politik electoral yang tidak menawarkan program yang tepat untuk menjawab kebutuhan warga, Paslon baiknya memperhatikan tawaran program yang menjawab kebutuhan masyarakat 3. Pasangan calon dan Timses agar tidak menggerakkan warga dengan kampanye yang tidak mendidik dan tidak memberikan transformasi politik (termasuk jangan melakukan politik uang), karna sejatinya pilkada adalah pembelajaran politik kepada masyarakat 4. Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) agar pro aktif menyasar pelanggaran pilkada yang terjadi selama ini, sekaligus menjelang pelaksanaan pencoblosan. Gakkumdu agar menjamin dan memberikan kepastian kepada public yang melapor bahwa laporannya cepat ditangani dan tidak mendapat ancaman kriminalisasi 5. Malang Corruption Watch membuka pengaduan terhadap pelanggaran pilkada yang berupa penggunaan politik uang oleh pasangan calon. Masyarakat bisa mengadu ke : mcw.malang@gmail.com Kontak Person: Fausi 087701930928 Badan Pekerja Malang Corruption Watch