PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

dokumen-dokumen yang mirip

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB III BELAJAR TUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian

BAB III. Perbedaan individual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

Kata kunci: Intelegensi *Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBAHASAN. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pokok Bahasan 9 INTELIGENSI. Psikologi Umum By Hiryanto, M.si.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

Sulit Belajar 09:39:00 AM,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

Pembelajaran Remedial

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd Perbedaan individual pada peserta didik 1. Usia kronologis dipergunakan untuk menetapkan tingkat kematangan peserta didik menunjukkan kemungkinan untuk dapat dididik. Usia 3 tahun, bagaimanapun superiornya kondisi mental dan fisiknya tidak mungkin sanggup mengikuti kegiatan belajar untuk anak usia 16 tahun. 2. Konstitusi fisik Konstitusi fisik seperti kondisi panca indera, tinggi badan serta kondisi-kondisi anggota tubuh yang lain cukup berpengaruh terhadap jalannya proses pendidikan, apakah seorang peserta didik mampu menangkap pelajaran dengan baik atau tidak. 3. Aspek psikologis Aspek psikologis misalnya tingkat stabilitas emosi, temperamen/watak, motivasi, kreativitas, minat, dan sikap akan mempengaruhi kesuksesan belajar yang mungkin dicapai. 4. Kemampuan mental umum/inteligensi Kemampuan mental umum yang ditunjukkan oleh hasil tes inteligensi memiliki pengaruh sebesar 20 % terhadap hasil belajar. Misalnya anak moron (IQ 50-70) hanya mampu menyelesaikan pendidikan setingkat SD. Seorang siswa dapat berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah bila memiliki IQ 105 ke atas, dan untuk dapat berhasil pada pendidikan PT, mahasiswa harus memiliki IQ 115 ke atas. Beberapa kenyataan tentang hal ini adalah: Walaupun latar belakang lingkungan dan kondisi fisiknya menguntungkan, hal tersebut tidak cukup membantu siswa yang lambat dalam mencapai batas akhir pendidikan yang mungkin diikutinya secepat yang dilakukan oleh anak-anak normal atau superior. Pada kondisi yang baik dan menguntungkan siswa yang normal dapat diharapkan untuk sukses pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Jika kondisi-kondisinya baik dan menguntungkan, siswa yang superior dapat memperoleh sukses yang gemilang pada kegiatan belajarnya, sejauh ia berminat dan mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Jika kondisis-kondisinya tidak menguntungkan, termasuk sikap siswa terhadap situasi-situasi belajar, dapat menghalangi sukses yang mungkin dapat dicapai oleh setiap pelajar, baik yang cerdas maupun bodoh. 5. Kemampuan khusus/bakat. Bakat adalah sifat atau kualitas yang merupakan satu aspek dari keseluruhan kepribadian individu. Bakat seseorang dapat dilihat melalui tes bakat. Selama SD, siswa lebih diutamakan untuk menguasai alat-alat belajar. Baru pada tingkat sekolah menengahpertama, menengah atas dan perguruan tinggi, perlu disediakan kegiatan dan perlengkapat untuk mengembangkan bakat anak. 6. Kesiapan belajar Anak-anak pada usia yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan belajar yang sama. Perbedaan-perbedaan itu tidak saja disebabkan oleh bervariasinya kecepatan kematangan, tetapi juga oleh bermacamnya latar belakang yang mendahuluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual Perbedaan Individual/handout/PP 1

1. Faktor keturunan Lihat buku PP 2. faktor lingkungan faktor sosial ekonomi faktor ini meliputi tingkat pendidikan ortu, pekerjaan dan penghasilan ortu, fasilitas rumah, dsb faktor budaya yang termasuk di sini adalah peraturan, harapan, keyakinan dan nilai-nilai yang membimbing tingkah laku. Budaya meliputi gaya hidup keseluruhan. Pola asuh orangtua Penelitian White 91978) menunjukkan bahwa praktek-praktek tertentu dalam mendidik anak cenderung mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial dan kecakapan kognitif pada anak. Urutan kelahiran Anak sulung: pandai mengendalikan diri, berorientasi pada orang dewasa, mudah menyesuaikan diri, cemas, takut gagal, cenderung berprestasi tinggi di sekolah. Anak tunggal: mementingkan diri sendiri, tidak pandai bergaul Anak tengah: ekstrovert, kurrang mempunyai dorongan berprestasi, dsb. Masih perlu banyak bukti untuk hal ini. Perceraian orangtua Perceraian membawa perubahan-perubahan yang tidak menguntungkan bagi anak-anak. Faktor keturunan dan lingkungan saling berpengaruh, jalin menjalin dan sulit dipisahkan. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan tetapi juga menciptakan dan membentuk lingkungan. Pengaruh dari lingkungan itu bergantung pada berapa lama hal itu berlangsung, apa yang terjadi sesudah itu dan apa maknanya bagi seseorang. Selain itu juga penting untuk memperhatikan masalah waktu berlangsungnya interaksi. Implikasi perbedaan individual dalam pendidikan Fungsi sekolah Seringkali dalam kelompok-kelompok siswa dalam sebuah kelas, terdapat individu-individu yang menyimpang dari norma-norma umum yang berlaku dalam kelompok itu. Sehingga dalam hal ini kita mengajar untuk individu, bukan untuk kelompok. Di sini pula sekolah berfungsi untuk mencurahkan perhatiannya dalam menggunakan sumber belajarnya untuk selalu diarahkan pada batas-batas yang dapat diusahakan untuk mewujudkan pelayanan yang memadai bagi setiap siswa tidak peduli bagaimana besarnya ia berbeda dari tiap-tipa pelajar yang lain. So, sekolah/guru harus memperhatikan: Menggunakan alat pengukuran yang akan membantu menemukan perbedaanperbedaan seawal mungkin dan setepat-tepatnya. Siswa hanya akan memperoleh kesempatan untuk berhasil dengan sukses dalam batas-batas potensi mereka Faktor lingkungan fisik dan sosial merupakan penunjang bagi keberhasilan fungsifungsi perkembangan dan stimuli yang diberikan oleh faktor bawaan Sekolah harus melengkapi dengan: tenaga pengajar terlatih dengan baik, kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, metode mengajar yang sesuai serta bahan dan alat mengajar yang tepat. Perbedaan Individual/handout/PP 2

Program khusus untuk pengajaran individual Dalton Laboratory Plan Dicetuskan oleh Helen Parkhust dan dilaksanakan mulai tahun 1920 pada tingkat sekolah menengah, dengan menekankan pada dasar-dasar kebebasan, interaksi kelompok, motivasi dengan pengertian sehingga memiliki inisiatif sendiri. Menurut Dalton Plan, sekolah ibarat rumah. Ruang kelas dirubah menjadi laboratorium di mana fungsi guru ialah memelihara suasana belajar. Guru memberikan nasihat terhadap kegiatan yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan, memimpin diskusi dengan siswa untuk halhal yang diinginkan siswa. Tugas siswa disusun dalam bentuk kontrak untuk masa satu bulan penuh. Siswa bebas dalam menyelesaikan tugasnya itu menurut caranya sendiri dengan bantuan guru, memberikan bimbingan dan siswa membuat sendiri catatan kemajuan yang dicapainya sehari-hari. Siswa juga diberikan kesempatan untuk kegiatan kelompok dalam pelajaran-pelajaran lain Winnetka Plan Pencetusnya adalah Carlton Washburne pada tahun 1919. Dasar filosofinya adalah siswa dibebaskan untuk mengikuti pelajaran yang telah dipilihnya sendiri dalam tiap-tiap mata pelajaran yang meliputi keseluruhan kurikulum yang ditempuhnya. Alasannya adalah untuk menemukan tingkatan belajar secara individual untuk tiap mata pelajaran dan pembentukan lebih lanjut atas dasar yang sudah ada. Washburne memulai dengan mengeja. Atas dasar tes pendahuluan yang diberikannya ia menemukan batas pelajaran yang belum diketahui anak. Selanjutnya siswa diberi tanggung jawab untuk menguasai nya sampai batas waktu tertentu. Demikian untuk pelajaran-pelajaran yang lain juga sama. Berbeda dengan Dalton Plan yang menempatkan siswa pada tingkat yang sama untuk seluruh pelajaran, Winnetka Plan memberi kebebasan pada anak untuk belajar pada kelas-kelas yang berbeda-beda dalam mata pelajaran yang berbeda-beda pula. Ia mungkin saja pada satu tahun maju dalam berhitung, enam bulan lagi maju dalam membaca dan mata pelajaran lain. Unit pelajaran disusun dalam bentuk tugas atau tujuan, Kemajuan yang dapat dicapai diteliti oleh siswa sendiri, dengan mempergunakan tes untuk diri sendiri. Dengan cara ini ia dapat mengetahui apakah ia telah siap untuk menempuh tes yang akan diberikan guru. Menurut Winnetka Plan tidak akan terjadi kegagalan selama anak mengukur kemajuannya sendiri tidak menggantungkan pada hasil yang dicapai oleh siswa lain. Di sini tidak akan terjadi peloncatan bagi anak yang cerdas, hanya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang cepat, dan sebaliknya. Metode Proyek Sekelompok siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek, suasana belajar dapat diindividualisasikan untuk tiap anggota dalam batas-batas minat dan kesanggupannya. Saat ini sama dengan belajar dengan bekerja. Learning by doing. Activity Program Sistem belajar siswa aktif, mulai dari perencanaan sampai penilaian hasil. Pengelompokan menurut kemampuan Prinsipnya adalah bahwa anak dapat belajar lebih baik bila bersama-sama dengan peernya. Metode-metode individualisasi yang lain Metode lompatan Memperkaya kurikulum Remedial Perbedaan Individual/handout/PP 3

transparansi PERBEDAAN INDIVIDUAL Perbedaan individual pada peserta didik 7. Usia kronologis tingkat kematangan belajar peserta didik 8. Konstitusi fisik 9. Aspek psikologis Aspek psikologis misalnya tingkat stabilitas emosi, temperamen/watak, motivasi, kreativitas, minat, dan sikap akan mempengaruhi kesuksesan belajar yang mungkin dicapai. 10. Kemampuan mental umum/inteligensi Perbedaan Individual/handout/PP 4

Kemampuan mental umum yang ditunjukkan oleh hasil tes inteligensi memiliki pengaruh sebesar 20 % terhadap hasil belajar. Misalnya anak moron (IQ 50-70) hanya mampu menyelesaikan pendidikan setingkat SD. Seorang siswa dapat berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah bila memiliki IQ 105 ke atas, dan untuk dapat berhasil pada pendidikan PT, mahasiswa harus memiliki IQ 115 ke atas. Beberapa kenyataan tentang hal ini adalah: Walaupun latar belakang lingkungan dan kondisi fisiknya menguntungkan, hal tersebut tidak cukup membantu siswa yang lambat dalam mencapai batas akhir pendidikan yang mungkin diikutinya secepat yang dilakukan oleh anak-anak normal atau superior. Pada kondisi yang baik dan menguntungkan siswa yang normal dapat diharapkan untuk sukses pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Jika kondisi-kondisinya baik dan menguntungkan, siswa yang superior dapat memperoleh sukses yang gemilang pada kegiatan belajarnya, sejauh ia berminat dan mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Jika kondisi-kondisinya tidak menguntungkan, termasuk sikap siswa terhadap situasisituasi belajar, dapat menghalangi sukses yang mungkin dapat dicapai oleh setiap pelajar, baik yang cerdas maupun bodoh. 11. Kemampuan khusus/bakat. Bakat adalah sifat atau kualitas yang merupakan satu aspek dari keseluruhan kepribadian individu. Bakat seseorang dapat dilihat melalui tes bakat. Selama SD, siswa lebih diutamakan untuk menguasai alat-alat belajar. Baru pada tingkat sekolah menengahpertama, menengah atas dan perguruan tinggi, perlu disediakan kegiatan dan perlengkapat untuk mengembangkan bakat anak. 12. Kesiapan belajar Anak-anak pada usia yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan belajar yang sama. Perbedaan-perbedaan itu tidak saja disebabkan oleh bervariasinya kecepatan kematangan, tetapi juga oleh bermacamnya latar belakang yang mendahuluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual 3. Faktor keturunan Lihat buku PP 4. faktor lingkungan faktor sosial ekonomi faktor ini meliputi tingkat pendidikan ortu, pekerjaan dan penghasilan ortu, fasilitas rumah, dsb faktor budaya yang termasuk di sini adalah peraturan, harapan, keyakinan dan nilai-nilai yang membimbing tingkah laku. Budaya meliputi gaya hidup keseluruhan. Perbedaan Individual/handout/PP 5

Pola asuh orangtua Penelitian White 91978) menunjukkan bahwa praktek-praktek tertentu dalam mendidik anak cenderung mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial dan kecakapan kognitif pada anak. Urutan kelahiran Anak sulung: pandai mengendalikan diri, berorientasi pada orang dewasa, mudah menyesuaikan diri, cemas, takut gagal, cenderung berprestasi tinggi di sekolah. Anak tunggal: mementingkan diri sendiri, tidak pandai bergaul Anak tengah: ekstrovert, kurrang mempunyai dorongan berprestasi, dsb. Masih perlu banyak bukti untuk hal ini. Perceraian orangtua Perceraian membawa perubahan-perubahan yang tidak menguntungkan bagi anak-anak. Faktor keturunan dan lingkungan saling berpengaruh, jalin menjalin dan sulit dipisahkan. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan tetapi juga menciptakan dan membentuk lingkungan. Pengaruh dari lingkungan itu bergantung pada berapa lama hal itu berlangsung, apa yang terjadi sesudah itu dan apa maknanya bagi seseorang. Selain itu juga penting untuk memperhatikan masalah waktu berlangsungnya interaksi. Implikasi perbedaan individual dalam pendidikan Fungsi sekolah Seringkali dalam kelompok-kelompok siswa dalam sebuah kelas, terdapat individu-individu yang menyimpang dari norma-norma umum yang berlaku dalam kelompok itu. Sehingga dalam hal ini kita mengajar untuk individu, bukan untuk kelompok. Di sini pula sekolah berfungsi untuk mencurahkan perhatiannya dalam menggunakan sumber belajarnya untuk selalu diarahkan pada batas-batas yang dapat diusahakan untuk mewujudkan pelayanan yang memadai bagi setiap siswa tidak peduli bagaimana besarnya ia berbeda dari tiap-tipa pelajar yang lain. So, sekolah/guru harus memperhatikan: Menggunakan alat pengukuran yang akan membantu menemukan perbedaan-perbedaan seawal mungkin dan setepat-tepatnya. Siswa hanya akan memperoleh kesempatan untuk berhasil dengan sukses dalam batas-batas potensi mereka Faktor lingkungan fisik dan sosial merupakan penunjang bagi keberhasilan fungsi-fungsi perkembangan dan stimuli yang diberikan oleh faktor bawaan Sekolah harus melengkapi dengan: tenaga pengajar terlatih dengan baik, kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, metode mengajar yang sesuai serta bahan dan alat mengajar yang tepat. Program khusus untuk pengajaran individual Dalton Laboratory Plan Perbedaan Individual/handout/PP 6

Dicetuskan oleh Helen Parkhust dan dilaksanakan mulai tahun 1920 pada tingkat sekolah menengah, dengan menekankan pada dasar-dasar kebebasan, interaksi kelompok, motivasi dengan pengertian sehingga memiliki inisiatif sendiri. Menurut Dalton Plan, sekolah ibarat rumah. Ruang kelas dirubah menjadi laboratorium di mana fungsi guru ialah memelihara suasana belajar. Guru memberikan nasihat terhadap kegiatan yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan, memimpin diskusi dengan siswa untuk hal-hal yang diinginkan siswa. Tugas siswa disusun dalam bentuk kontrak untuk masa satu bulan penuh. Siswa bebas dalam menyelesaikan tugasnya itu menurut caranya sendiri dengan bantuan guru, memberikan bimbingan dan siswa membuat sendiri catatan kemajuan yang dicapainya sehari-hari. Siswa juga diberikan kesempatan untuk kegiatan kelompok dalam pelajaran-pelajaran lain Winnetka Plan Pencetusnya adalah Carlton Washburne pada tahun 1919. Dasar filosofinya adalah siswa dibebaskan untuk mengikuti pelajaran yang telah dipilihnya sendiri dalam tiap-tiap mata pelajaran yang meliputi keseluruhan kurikulum yang ditempuhnya. Alasannya adalah untuk menemukan tingkatan belajar secara individual untuk tiap mata pelajaran dan pembentukan lebih lanjut atas dasar yang sudah ada. Washburne memulai dengan mengeja. Atas dasar tes pendahuluan yang diberikannya ia menemukan batas pelajaran yang belum diketahui anak. Selanjutnya siswa diberi tanggung jawab untuk menguasai nya sampai batas waktu tertentu. Demikian untuk pelajaranpelajaran yang lain juga sama. Berbeda dengan Dalton Plan yang menempatkan siswa pada tingkat yang sama untuk seluruh pelajaran, Winnetka Plan memberi kebebasan pada anak untuk belajar pada kelas-kelas yang berbeda-beda dalam mata pelajaran yang berbeda-beda pula. Ia mungkin saja pada satu tahun maju dalam berhitung, enam bulan lagi maju dalam membaca dan mata pelajaran lain. Unit pelajaran disusun dalam bentuk tugas atau tujuan, Kemajuan yang dapat dicapai diteliti oleh siswa sendiri, dengan mempergunakan tes untuk diri sendiri. Dengan cara ini ia dapat mengetahui apakah ia telah siap untuk menempuh tes yang akan diberikan guru. Menurut Winnetka Plan tidak akan terjadi kegagalan selama anak mengukur kemajuannya sendiri tidak menggantungkan pada hasil yang dicapai oleh siswa lain. Di sini tidak akan terjadi peloncatan bagi anak yang cerdas, hanya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang cepat, dan sebaliknya. Metode Proyek Sekelompok siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek, suasana belajar dapat diindividualisasikan untuk tiap anggota dalam batas-batas minat dan kesanggupannya. Saat ini sama dengan belajar dengan bekerja. Learning by doing. Activity Program Sistem belajar siswa aktif, mulai dari perencanaan sampai penilaian hasil. Pengelompokan menurut kemampuan Perbedaan Individual/handout/PP 7

Prinsipnya adalah bahwa anak dapat belajar lebih baik bila bersama-sama dengan peernya. Metode-metode individualisasi yang lain Metode lompatan Memperkaya kurikulum Remedial Perbedaan Individual/handout/PP 8