LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

ZâuxÜÇâÜ cüéñ Çá WtxÜt{ ^{âáâá \uâ~éàt ]t~tüàt

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG DINAS KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.Q Tahun 2006

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KOTA MADIUN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.R Tahun 2008

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN DAN KANTOR DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 71 Tahun : 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO. NOMOR : 30,z TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 95 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 75 Tahun : 2016

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 08 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 59 Tahun : 2016

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.E TAHUN 2008

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 50 Tahun : 2016

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN S U M E D A N G NOMOR 18 TAHUN 1999 SERI D.13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN S U M E D A N G NOMOR 3 TAHUN 1999

1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 30 SERI : D NOMOR : 11

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI D

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 3 0. X TAHUN TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN : 2002 NOMOR : 31 KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 184 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penjabaran tugas pokok dan fungsi masingmasing Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ditetapkan dengan keputusan Gubernur; b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas dan dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna, perlu menetapkan organisasi dan tata kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan keputusan Gubernur. Mengingat 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 4. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; 7. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 3. Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 4. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 6. Asisten Sekretaris Daerah adalah Asisten Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 7. Kotamadya adalah Kotamadya di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 8. Badan Pemberdayaan Masyarakat adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 9. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

10. Sekretariat Badan Pemberdayaan Masyarakat adalah Sekretariat Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 11. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya yang selanjutnya disingkat BPM Kotamadya adalah BPM Kotamadya di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 12. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 2 (1) Badan Pemberdayaan Masyarakat merupakan unsur penunjang pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pemberdayaan masyarakat. (2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. (3) Badan Pemberdayaan Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat. Pasal 3 (1) Badan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang pemberdayaan masyarakat. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi : a. perumusan dan penyiapan kebijakan fasilitasi pelaksanaan ketahanan b. perumusan dan penyiapan kebijakan fasilitasi pelaksanaan norma sosial budaya c. perumusan dan penyiapan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pemberdayaan perempuan; d. perumusan dan penyiapan kebijakan fasilitasi pelaksanaan usaha ekonomi e. perumusan dan penyiapan kebijakan fasilitasi peteksanaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna; f. pengelolaan dukungan teknis dan administratif.

BAB III ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 4 (1) Badan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari : a. Kepada Badan; b. Sekretariat; c. Bidang Ketahanan Masyarakat; d. Bidang Sosial Budaya Masyarakat; e. Bidang Pemberdayaan Perempuan; f. Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat; g. Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna; h. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya; i. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Bagan susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. Bagian Kedua Kepala Badan Kepala Badan mempunyai tugas : Pasal 5 a. memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Bidang, Subbidang, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya dan Kelompok Jabatan Fungsional. Bagian Ketiga Sekretariat Pasal 6 (1) Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat, keuangan, kepegawaian, rumah tangga dan perlengkapan. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana dan program; b. pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan; c. pelaksanaan urusan keuangan;

d. pelaksanaan urusan kepegawaian; e. pelaksanaan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan; f. penyusunan laporan kegiatan. (3) Sekretariat dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. (1) Bagian Sekretariat terdiri dari : a. Subbagian Umum; b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Kepegawaian; d. Subbagian Perlengkapan. Pasal 7 (2) Tiap Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Sekretariat. Pasal 8 (1) Subbagian Umum mempunyai tugas : a. menghimpun dan menyusun rencana dan program kerja; b. melaksanakan pengurusan surat menyurat dan kearsipan; c. melaksanakan pengetikan penggandaan dan pendistribusian naskah dinas. (2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penyusunan anggaran; b. melaksanakan pengelolaan keuangan; c. memberikan bimbingan teknis pelaksanaan anggaran; d. menyusun laporan keuangan. (3) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengelolaan dan pembinaan pegawai; b. melaksanakan perencanaan dan pengembangan pegawai; c. melaksanakan mutasi dan disiplin pegawai; d. melaksanakan peningkatan kesejahteraan pegawai. (4) Subbagian Perlengkapan mempunyai tugas : a. melaksanakan urusan perlengkapan; b. melaksanakan urusan pemeliharaan barang-barang inventaris; c. melaksanakan urusan kerumahtanggaan. Bagian Keempat Bidang Ketahanan Masyarakat Pasal 9 * (1) Bidang Ketahanan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan ketahanan masyarakat.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Ketahanan Masyarakat mempunyai fungsi : a. pengelolaan data dan penyusunan program peningkatan peranan kelembagaan b. pembinaan dan peningkatan pengembangan sumber daya manusia; c. pembinaan pengembangan tata laksana pemberdayaan d. pemantauan dan evaluasi pemberdayaan masyarakat. (3) Bidang Ketahanan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Pasal 10 (1) Bidang Ketahanan Masyarakat terdiri dari : a. Subbidang Kelembagaan Masyarakat; b. Subbidang Pengembangan Sumber Daya Manusia; c. Subbidang Tata Laksana Pemberdayaan Masyarakat; d. Subbidang Evaluasi dan Pemantauan Pemberdayaan Masyarakat. (2) Tiap Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Ketahanan Masyarakat. Pasal 11 (1) Subbidang Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pembinaan kelembagaan b. memfasilitasi kebijakan tata laksana pemberdayaan c. melaksanakan pembinaan kelembagaan d. melaksanakan pengelolaan kelembagaan masyarakat. (2) Subbidang Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pembinaan dan peningkatan kelembagaan sumber daya b. memfasilitasi kebijakan pengembangan sumber daya manusia; c. melaksanakan pembinaan pengembangan sumber daya manusia; d. melaksanakan pengelolaan pengembangan sumber daya manusia. (3) Subbidang Tatalaksana Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas : a. Menyiapkan bahan pembinaan pengembangan tata laksana pemberdayaan b. memfasilitasi kebijakan tata laksana pemberdayaan c. melaksanakan pembinaan tata laksana pemberdayaan d. melaksanakan pengelolaan tata laksana pemberdayaan masyarakat. (4) Subbidang Evaluasi dan Pemantauan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas :

a. menyiapkan bahan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan b. memfasilitasi kebijakan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan c. melaksanakan pembinaan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan d. melaksanakan pengelolaan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan masyarakat. Bagian Kelima Bidang Sosial Budaya Masyarakat Pasal 12 (1) Bidang Sosial Budaya Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan norma sosial budaya masyarakat. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Sosial Budaya Masyarakat mempunyai fungsi : a. pengembangan dan penelitian pemberdayaan dan norma sosial budaya b. pengembangan dan peningkatan pemberdayaan anak dan remaja; c. pengembangan keterampilan dan sikap prilaku d. pelestarian budaya masyarakat. (3) Bidang Sosial Budaya Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Pasal 13 (1) Bidang Sosial Budaya Masyarakat terdiri dari : a. Subbidang Pengembangan dan Penelitian Pemberdayaan Masyarakat; b. Subbidang Pengembangan dan Peningkatan Anak dan Remaja; c. Subbidang Pengembangan Keterampilan dan Sikap Perilaku Masyarakat; d. Subbidang Pelestarian Budaya Masyarakat. (2) Tiap Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sosial Budaya Masyarakat. Pasal 14 (1) Subbidang Pengembangan dan Penelitian Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengembangan dan penelitian pemberdayaan b. memfasilitasi kebijakan pengembangan dan penelitian pemberdayaan c. melaksanakan pembinaan pengembangan pemberdayaan d. melaksanakan pengelolaan pengembangan pemberdayaan masyarakat. (2) Subbidang Pengembangan dan Peningkatan Anak dan Remaja mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengembangan dan peningkatan pemberdayaan anak dan remaja;

b. memfasilitasi kebijakan pengembangan dan peningkatan pemberdayaan anak dan remaja; c. melaksanakan pembinaan pengembangan dan peningkatan pemberdayaan anak dan remaja; d. melaksanakan pengelolaan pengembangan dan peningkatan pemberdayaan anak dan remaja. (3) Subbidang Pengembangan Keterampilan dan Sikap Perilaku Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengembangan keterampilan dan sikap perilaku b. memfasilitasi kebijakan pengembangan keterampilan dan sikap perilaku c. melaksanakan pembinaan pengembangan keterampilan dan sikap perilaku d. melaksanakan pengelolaan pengembangan keterampilan dan sikap perilaku masyarakat. (4) Subbidang Pelestarian Budaya Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pelestarian budaya b. memfasilitasi kebijakan pelestarian budaya c. melaksanakan pembinaan pelestarian budaya masyararakat; d. melaksanakan pengelolaan pelestarian budaya masyarakat. Bagian Keenam Bidang Pemberdayaan Perempuan Pasal 15 (1) Bidang Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemberdayaan perempuan. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pemberdayaan Perempuan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan peningkatan peranan perempuan; b. pelaksanaan perlindungan perempuan; c. pelaksanaan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan; d. pelaksanaan pendataan dan evaluasi pemberdayaan perempuan. (3) Bidang Pemberdayaan Perempuan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Pasal 16 (1) Bidang Pemberdayaan Perempuan terdiri dari : a. Subbidang Peningkatan Peranan Perempuan; b. Subbidang Perlindungan Perempuan;

c. Subbidang Penguatan Lembaga dan Kesejahteraan perempuan; d. Subbidang Pendataan dan Evaluasi Pemberdayaan Perempuan. (2) Tiap Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan. Pasal 17 (1) Subbidang Peningkatan Peranan Perempuan mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan peningkatan peranan perempuan; b. memfasilitasi kebijakan peningkatan peranan perempuan; c. melaksanakan pembinaan peningkatan peranan perempuan; d. melaksanakan pengelolaan peningkatan peranan perempuan. (2) Subbidang Perlindungan Perempuan mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan perlindungan perempuan; b. memfasilitasi kebijakan perlindungan perempuan; c. melaksanakan pembinaan perlindungan perempuan; d. melaksanakan pengelolaan perlindungan perempuan. (3) Subbidang Penguatan Lembaga dan Kesejahteraan Perempuan mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan; b. memfasilitasi kebijakan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan; c. melaksanakan pembinaan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan; d. melaksanakan pengelolaan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan. (4) Subbidang Evaluasi dan Pemantauan Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas: a. melaksanakan evaluasi dan pemantauan pemberdayaan perempuan; b. memfasilitasi kebijakan evaluasi dan pemantauan pemberdayaan perempuan; c. melaksanakan pembinaan pendataan dan evaluasi pemberdayaan perempuan; d. melaksanakan pengelolaan pendataan dan evaluasi pemberdayaan perempuan. Bagian Ketujuh Bidang usaha Ekonomi Masyarakat Pasal 18 (1) Bidang Usaha Ekonomi masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan usaha ekonomi masyarakat. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat mempunyai fungsi : a. pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan bantuan; b. pelaksanaan pembinaan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan c. pelaksanaan pembinaan produksi dan jaringan pemasaran; d. pelaksanaan pembinaan kewirausahaan masyarakat.

(3) Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Pasal 19 (1) Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat terdiri dari : a. Subbidang Pengelolaan Bantuan; b. Subbidang Perkreditan Usaha Ekonomi Keluarga dan Masyarakat; c. Subbidang Produksi dan Jaringan Pemasaran; d. Subbidang Kewirausahaan Masyarakat. (2) Tiap Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat. Pasal 20 (1) Subbidang Pengelolaan Bantuan mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengelolaan bantuan; b. memfasilitasi kebijakan pengelolaan bantuan; c. melaksanakan pembinaan pengelolaan bantuan; d. melaksanakan pengelolaan bantuan. (2) Subbidang Perkreditan, Usaha Ekonomi Keluarga dan Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan b. memfasilitasi kebijakan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan c. melaksanakan pembinaan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan d. melaksanakan pengelolaan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat. (3) Subbidang Produksi dan Jaringan Pemasaran mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan produksi dan jaringan pemasaran; b. memfasilitasi kebijakan produksi dan jaringan pemasaran; c. melaksanakan pembinaan produksi dan jaringan pemasaran; d. melaksanakan pengelolaan produksi dan jaringan pemasaran. (4) Subbidang Kewirausahaan Masyarakat mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan kewirausahaan b. memfasilitasi kebijakan kewirausahaan c. melaksanakan pembinaan kewirausahaan d. melaksanakan pengelolaan kewirausahaan masyarakat. Bagian Kedelapan Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pasal 21 (1) Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemanfaatan teknologi tepat guna.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna mempunyai fungsi : a. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan teknologi tepat guna; b. pelaksanaan pembinaan penataan lingkungan dan pemukiman; c. pelaksanaan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna. (3) Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Pasal 22 (1) Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna terdiri dari : a. Subbidang Penataan Lingkungan dan Permukiman; b. Subbidang Pengembangan Pengkajian Kerjasama Teknologi Tepat Guna. (2) Tiap Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Pasal 23 (1) Subbidang Penataan Lingkungan dan Permukiman mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penataan lingkungan dan permukiman; b. memfasilitasi kebijakan penataan lingkungan dan permukiman; c. melaksanakan pembinaan penataan lingkungan dan permukiman; d. melaksanakan pengelolaan penataan lingkungan dan permukiman. (2) Subbidang Pengembangan Pengkajian Kerjasama Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna; b. memfasilitasi kebijakan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna; c. melaksanakan pembinaan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna; d. melaksanakan pengelolaan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna. Bagian Kesembilan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Pasal 24 (1) Di setiap Kotamadya dibentuk Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya. (2) Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya.

(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Badan Propinsi dan secara taktis operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Pasal 25 (1) Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya mempunyai tugas melaksanakan pembinaan ketahanan masyarakat, sosial budaya masyarakat, pemberdayaan perempuan, usaha ekonomi masyarakat, pemanfaatan teknologi tepat guna. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya mempunyai fungsi : a. perumusan, penyiapan dan pelaksanaan kebijakan operasional program pembinaan ketahanan masyarakat. b. perumusan, penyiapan dan pelaksanaan kebijakan operasional program pembinaan norma sosial budaya; c. perumusan, penyiapan dan pelaksanaan kebijakan opersional program pembinaan pemberdayaan perempuan; d. perumusan, penyiapan dan pelaksanaan kebijakan operasional program pembinaan usaha ekonomi e. perumusan, penyiapan dan pelaksanaan kebijakan operasional program pembinaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna. Pasal 26 (1) Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha; b. Seksi Ketahanan Masyarakat; c. Seksi Sosial Budaya Masyarakat; d. Seksi Pemberdayaan Perempuan; e. Seksi Usaha Ekonomi Masyarakat; f. Seksi Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. (2) Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya. Pasal 27 (1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program; b. melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipan; c. melaksanakan urusan keuangan; d. melaksanakan urusan kepegawaian; e. melaksanakan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan; f. melaksanakan urusan laporan kegiatan.

(2) Seksi Ketahanan Masyarakat mempunyai tugas : a. melaksanakan pembinaan kelembagaan b. melaksanakan pengembangan sumber daya manusia; c. melaksanakan pembinaan tata laksana pemberdayaan d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan masyarakat. (3) Seksi Sosial Budaya Masyarakat mempunyai tugas : a. melaksanakan pengembangan dan penelitian pemberdayaan norma sosial budaya b. melaksanakan pengembangan dan peningkatan anak dan remaja; c. melaksanakan pengembangan keterampilan dan sikap perilaku d. melaksanakan pelestarian budaya masyarakat. (4) Seksi Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas : a. melaksanakan peningkatan peranan perempuan; b. melaksanakan perlindungan perempuan; c. melaksanakan penguatan lembaga dan kesejahteraan perempuan; d. melaksanakan pendataan dan evaluasi pemberdayaan perempuan. (5) Seksi Usaha Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas : a. melaksanakan pembinaan pengelolaan bantuan; b. melaksanakan pembinaan perkreditan usaha ekonomi keluarga dan c. melaksanakan pembinaan produksi dan jaringan pemasaran; d. melaksanakan pembinaan kewirausahaan masyarakat. (6) Seksi Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas : a. melaksanakan pembinaan pemanfaatan teknologi tepat guna; b. melaksanakan pembinaan penataan lingkungan dan permukman; c. melaksanakan pembinaan pengembangan pengkajian kerjasama teknologi tepat guna. Bagian Kesepuluh Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 28 (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan dalam menunjang tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan keahliannya masing-masing. (2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. (3) Sesuai dengan kebutuhan Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi ke dalam subsub kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.

(4) Jumlah subkelompok maupun tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, sifat, jenis dan beban kerja. (5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB IV TATA KERJA Pasal 29 (1) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pemberdayaan Masyarakat menyelenggarakan hubungan fungsional dengan instansi terkait yang berhubungan dengan fungsinya. (2) Kepala Badan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di lingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat maupun dalam hubungan dengan instansi lain baik Pemerintah maupun swasta. Pasal 30 (1) Tiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Tiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing serta memberikan bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas. (3) Tiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. (4) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kepada atasan dan petunjuk kepada bawahan. BAB V KEPEGAWAIAN Pasal 31 Kepegawaian Badan Pemberdayaan Masyarakat diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

BAB VI KEUANGAN Pasal 32 Keuangan untuk pembiayaan kegiatan Badan Pemberdayaan Masyarakat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber dana lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Dengan berlakunya keputusan ini, maka ketentuan pelaksanaan yang mengatur organisasi dan tata kerja Kantor Pembangunan Masyarakat Desa dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 34 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Januari 2002 GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, SUTIYOSO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 29 Januari 2002 SEKRETARIS DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, H. FAUZI BOWO NIP 470044314