BAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

BAB III KESIMPULAN & SARAN. menjabarkan keterkaitan antara perjalanan sang hero dengan jiwa bebas yang

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi hal yang lazim ditemukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James)

Periode Renaissance. awal kebangkitan kembali aktivitas ilmiah dari belenggu agama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT EKSISTENSIALISME Oleh: Rukiyati Jurusan FSP- FIP UNY. Kata kunci: eksistensialisme, otonomi manusia, pendidikan

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. saling menghormati serta dapat menerima semua perbedaan yang ada, sehingga dapat

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS. Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

ETIKA. : Rudy Wawolumaja

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pendidikan Islam sudah diajarkan bagaimana bergaul yang benar

Deskripsi Mata Kuliah

Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

PENYANGKALAN ADANYA TUHAN DALAM PANDANGAN ATEIS DAN SAINS MODERN. Herwansyah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB 1: MASALAH YANG TERUTAMA: PARADOKS BERNAMA KESADARAN. Cogito, Ergo Sum (Aku berpikir, maka aku ada)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I PENDAHULUAN. kepada seluruh makhluk hidup di jagad raya ini, termasuk pula manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB II LANDASAN TEORI. kelakuan baik yang keluar karena adanya dorongan jiwa untuk melakukan hal

MENCIPTAKAN IKLIM PENDIDIKAN YANG MURNI BERBASIS IDEALISME. Istinganatul Ngulwiyah 1. Abstrak

Filsafat Ilmu dan Logika

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2011, Hlm. 13.

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

Renaissance. Encep Supriatna

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu sebagian besar manusia memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. unutk mencapai tujuan pembangunan, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera,

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

EKSPLORASI PEMIKIRAN TENTANG PARADIGMA, KONSEP, DALIL, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kelam kehidupan manusia pernah dialami di dunia barat hingga mendapat sebuatan dark age 1. Kebebasan di dunia barat pernah mendapat belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran dalam versinya. Bahkan, pemaksaan itu semakin membrutal manakala terdapat kebenaran ilmiah datang. Di saat pihak gereja berkeyakinan bahwa bumi adalah pusat tata surya, datang pengetahuan lain dari para ilmuan yang sangat bertentangan. Pengetahuan itu mengatakan bahwa, pusat tata surya adalah matahari. Sehingga banyak Para ilmuan yang sepakat bahwa pusat tatasurya adalah matahari. Sontak ilmu pengetahuan itu sangat mencibir pihak gereja kala itu. Maka tak segan pihak gereja memanggil sang ilmuan, saat itu Copernicus 2, supaya mencabut pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan gereja itu. Singkat kata, manusia sangat terkekang pada saat itu. Al hasil, peradaban barat tidak berkembang, hingga mendapat sebutan zaman kegelapan pada waktu itu. Ini merupakan salah satu bukti bahwa 1 Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 30 2 Paul Strathern, 90 Menit Bersama Sokrates, Terj. Frans Kowa (Jakarta;Erlangga,2001), 65 1

kebebasan atau eksistensi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menemukan jatidirinya dan memaksimalkan potensi diri. Hingga akhirnya, Galileo-galilei menemukan sebuah bukti yang tak terbantahkan lagi. Melalui teleskop, ilmuan tersebut mampu membuktikan secara empiris bahwa matahari memang pusat dari tatasurya. Semenjak itu, pemikiran-pemikiran agama yang kerdil, mendapat kecaman keras bahkan muncul paham eksistensialis. Eksistensialisme merupakan paham yang sudah tidak asing lagi dalam dunia akademis, terlebih lagi bidang filsafat. Eksistensialisme yang menitikberatkan pada pemahaman kebebasan manusia ini nampaknya memiliki daya tarik tersendiri. Manusia yang pada hakikatnya ingin bebas menambah dukungan terhadap suksesnya gerakan ini. Manusia adalah makhluk yang sedang dalam proses menjadi pribadi. Seorang yang berpribadi berarti mempunyai kemampuan untuk menentukan kemana arah dirinya sendiri, dan ini berarti kebebasan. 3 Kebebasan dapat memunculkan eksistensi diri. Hal tersebut senada dengan fitrah manusia. Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berfikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya. 4 Kemampuan untuk berkehendak inilah yang menimbulkan hasrat untuk bebas. Manusia memiliki kesadaran aktif. Maka tak heran jika pada abad modern, eksistensialisme mengudara dengan begitu cepat. Hingga muncul quote yang sangat familiar, Tuhan telah 3 Franz Magnis Suseno, Sesudah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 4 Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi,2007), 5 2

Mati. Manusia berusaha membunuh segala sesuatu yang ada indikasi untuk mengerucutkan kebebasan manusia. Filsafat eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapid an pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu diantaranya adalah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Apa artinya semua ini? Artinya ialah bahwa manusia adalah subjek, subjek artinya menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut objek. 5 Kesadaran sebagai subjek ini menjadikan manusia berkehendak bebas, tidak mau diikat dalam suatu aturan. Pada kondisi seperti itu, masalah besar muncul terutama bagi orang-orang beragama. Agama syarat dengan aturan-aturan yang selalu terkesan mengekang manusia. Kebebasan manusia dapat terbelenggu dengan hadirnya agama. Di sisi lain, agama adalah kebutuhan mutlak manusia. Agama dapat dikatakan terdiri dari seperangkat keyakinan. Sedangkan keyakinan adalah sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran. 6 Namun masalahnya adalah agama syarat dengan aturan. Ketika manusia beragama, maka manusia akan diwajibkan untuk memamatuhi segala yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi larangan yang diperintahnya. Inilah yang memunculkan tanda Tanya besar terkait bagaimana bereksistensi bagi orang beragama. 5 A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 6 Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu, 11 3

Melalui pendekatan filosofis terhadap pemikiran Soren Kierkeegard, penelitian ini berusaha untuk menemukan eksistensi manusia dalam agama. Manusia yang beragama namun tanpa kehilangan jati dirinya sebagai manusia yang berkehendak bebas. Manusia yang masih memiliki kesadaran aktif dalam beragama. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian Eksistensi secara umum? 2. Bagaimana pemikiran Eksistensi Soren Kierkeegard? 3. Bagaimana pemikiran Soren Kierkeergard dalam 3 Tahap beragaman dapat memberikan penjelasan tentang keberagamaan manusia? C. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan pengertian Eksistensi secara umum 2. Menjelaskan pemikiran Eksistensi Soren Kierkeegard 4. Menganalisis pemikiran Eksistensi Soren Kierkeegard tentang 3 Tahap beragaman, yang dapat memberikan penjelasan tentang keberagamaan manusia? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis yang dapat menambah wawasan tentang eksistensialisme 2. Manfaat praktis adanya kesadaran dalam keberagamaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. 4

E. Kajian Pustaka Banyak akademisi yang membahas permasalahan eksistensi. Diantaranya adalah Muhammad Shofa. Ia menyimpulkan bahwa eksistensi terdiri dari beberapa tahap. Kesimpulan itu dicapai dari analisis pemikiran Soren Kierkegaard dan Ali Syariati. 7 Menurut Soren Kierkegaard ada 3 tahapan manusia dalam bereksistensi. Pertama, tahap estetis. Tahap ini manusia hanya berorientasi pada kesenangan semata. Manusia mengarah pada kesenangan-kesenangan seksual, hedonis dan bersifat kontemporer. Kedua adalah tahap etis. Pada tahap ini manusia lebih mendalami nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi. Ketiga, tahap religious. Tahap ini merupakan tahap puncak. Manusia menjadi subjek, Sedangkan, menurut Ali Syariati terdapat 4 pasung yang menghalangi manusia untuk menjadi makhluk yang otentik. Pertama adalah determinisme natural. Hal tersebut mengandung pengertian, hukum alam yang dipahami secara deterministic akan menghambat terjadinya evolusi manusia. Kedua, determinitas historisisme, yakni memandang manusia sebagai hasil sejarah. Ketiga, determinisme sosiologisme, yakni manusia dianggap mengambil semua identitasnya dari masyarakat, masyarakat menjadi penentu manusia. Keempat adalah ego manusia. Auhaena juga membahas Eksistensi Jean Paul Sartre. Dikatakan sartre manusia itu kebebasan. Akan tetapi, kebebasan tanpa batas sungguh tak dapat dibayangkan. Manusia bebas namun justru akan berbenturan dengan kebebasan 7 Muhammad Shofa, Tahapan-tahapan Eksistensi Manusia (Surabaya, UIN Sunan Ampel,2012), 104 5

orang lain. Manusia juga harus mementingkan kepentingan orang lain. Sehingga, kebebasan harus dibarengi dengan tanggung jawab moral. Kewajiban moral itulah yang disebut humanism. Humanisme merupakan pandangan hidup yang dipusatkan pada kepentingan nilai kemanusiaan. Humanisme dibutuhkan supaya tindakan manusia terkontrol. Dengan harapan, manusia tidak bersifat reaktif dan berimbas negatif. Dari ukuran humanism tersebut, muncul sebuah konsep dan ukuran baik dan buruk. Ini dilakukan karena perbuatan manusia (individu) memiliki pengaruh pada kemanusiaan dalam suatu lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa humanisme secara prinsip adalah sebagai pertimbangan manusia dalam melakukan kehendak. 8 Sehingga keseimbangan masyarakat dalam suatu lingkungan dapat tercapai. Selain itu, Wulan Kusumawardani juga membahas tentang eksistensi Jean Paul Sartre. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut adalah identifikasi manifestasi pemikiran eksistensialisme Sartre terhadap tokoh Meursault yang didalamnya juga menganalisis: (1) konsep dua cara berada melalui l être-en-soi dan l être-pour-soi, (2) bentuk kebebasan Meursault menurut konsep Sartre, (3) konsep Ketiadaan yang berupa mauvaise foi yang terjadi dalam diri Meursault, (4) relasi antar manusia yang terwujud melalui; emosi, rasa benci, sikap acuh tak acuh, cinta, dan nafsu seksual. 9 8 Auhaena, Humanisme Jean Paul Sartre (Telaah Filosofis) (Yogyakarta, UIN SUnan Kalijaga, 2012), 9 Wulan Kusumawardani, pokok-pokok pemikiran eksistensialisme Jean-Paul Sartre yang termanifestasikan pada tokoh meursault dalam roman l étranger karya albert camus. (semarang:unnes, 2012), viii 6

Sedangkan, dalam penelitian ini, akan membahas pemikiran eksistensi Soren Kierkeegard dari sisi kebebasan dalam menentukan pilihan dan tanggung jawab. Manusia memiliki kebebasan penuh untuk memutuskan segala sesuatu. Eksistensi Soren ini memberikan keseimbangan antara kebebasan individu dengan kebebasan individu lain. Pembahasan ini diharapkan dapat menemukan titik di mana letak dan bagaimana bereksistensi dalam beragama. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini akan menginterpretasikan pemikiran seseorang, dalam hal ini adalah pemikiran Soren Kierkiegard. Pemikiran Soren Kierkeegard akan dipelajari sedalam mungkin kemudian menganalisisnya dan memberikan kesimpulan terkait eksistensi bagi orang yang beragama. Penelitian ini termasuk dalam penelitian individual, penelitian yang dikerjakan oleh perseorangan. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan menggunakan referensi. Dalam hal ini, peneliti membagi sumber referensi menjadi 2 yakni, referensi primer dan sekunder 10. Referensi primer adalah dari buku-buku langsung karya Soren Kierkeegard. Sedangkan, referensi sekunder 10 Bagya Waluya, Sosiologi; Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung:PT Setia Purna Inves,2006), 79 7

berasal dari buku-buku karangan orang lain yang membahas tentang Soren Kierkeegard. Selain itu, data juga akan diperoleh dari hasil penelitian-penelitian terdahulu. Data yang berasal dari berbagai sumber ini diharapkan benar-benar dapat menghasilkan sebuah pengetahuan yang otentik. 3. Metode Analisis Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deduktif. Cara analisis deduktif ialah cara analisis yang berangkat dari hal yang umum (general) kepada hal-hal yang khusus (spesifik). Hal-hal yang umum ialah teori (dalil/hukum), sedangkan yang bersifat khusus (spesifik) tidak lain adalah masalah yang diidentifikasi itu. 11 Pemikiran Soren Kierkeegard akan dianalisis sehingga memberikan kesimpulan-kesimpulan tentang eksistensi. Dari kesimpulan-kesimpulan itu akan ditarik sebuah pengetahuan baru tentang eksistensi manusia dalam agama. Adapun untuk memperoleh pengetahuan yang otentik. Penelitian ini juga akan menelusuri jejak-rekam dari Soren Kierkeegard. Latar belakang Soren Kierkeegard yang akan sangat membantu dalam menganalisis pemikiran Soren Kierkeegard. Latar belakang tersebut akan meliputi pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. 11 Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu, 159 8

G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab. Kesemuanya adalah sebagai berikut. Bab satu adalah pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal ini akan berguna sebagai kerangka awal berfikir. Bab dua berisi penjelasan tentang biografi Soren Kierkeergard. Ini akan sangat berguna dalam membantu menganalisis pemikiran Soren Kierkeegard sehingga didapat pengetahuan yang otentik. Bab tiga akan memuat sejarah kemunculan eksistensialisme yaitu penjelasan sejarah awal kemunculan pemikiran eksistensi. Dan akan membahas pengertian eksistensi dari beberapa pemikiran tokoh. Hal tersebut akan membantu dalam menentukan tipologi pemikiran eksistensi daripada Soren Kierkeegard. Bab empat akan membahas analisis pemikiran Soren Kierkeegard tentang eksistensialisme. Dalam bab ini akan dibahas eksistensi bagi orang yang beragama dari analisis pemikiran Kierkeegard tersebut. Dan bab lima berisi tentang kesimpulan dan saran. 9