BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

Skripsi. Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh : BAYU SANTOSO NIM : S MUHAMMAD ALI NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

MANUSKRIP. Oleh: INDAH RAHMAWATI NPM

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

Yurida Olviani 1, Mahdalena 2, Indah Rahmawati. *Korespondensi Penulis. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

KEEFEEKTIFAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke terjadi di negara yang sedang berkembang (Feigin, 2006). Stroke dibagi menjadi stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (iskemik). Sebagian besar (80%) dari pasien stroke merupakan stroke non hemoragik (Price & Wilson, 2005). Stroke non hemoragik merupakan suatu gangguan yang disebabkan hampir 85% oleh sumbatan oleh bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak atau embolus yang terlepas dari jantung atau arteri ekstra-kranial (Mutaqin, 2008). Unsur patofisiologi yang utama pada stroke adalah terdapatnya defisit motorik berupa hemiparese atau hemiplegia yang dapat mengakibatkan kondisi immobilitas. Disfungsi pada tangan yang dialami oleh klien stroke merupakan gangguan fungsional yang paling umum terjadi, yaitu sebanyak 88% dari penderita stroke (Zeferino & Aycock, 2010). Stroke merupakan suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Dinkes Jateng, 2011). Stroke dapat juga diartikan sebagai suatu

sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan perdarahan otak non traumatik (Wartonah, 2007). Stroke terdapat beberapa sindrome yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2008). Stroke non hemoragik (penyumbatan) memiliki presentase terbesar, yaitu sekitar 80%. Insiden penyakit stroke hemoragik antara 15% - 30% dan untuk stroke non hemoragik 70% (Junaidi, 2011). Kejadian stroke non hemoragik memiliki proporsi lebih besar dibandingkan dengan stroke hemoragik. Rehabilitasi stroke merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pemulihan pada pasien pasca stroke. Rehabilisasi stroke dapat membantu pasien stroke dalam banyak hal yaitu membangun kekuatan, koordinasi, daya tahan atau ketahanan dan rasa percaya diri. Pada rehabilisasi stroke pasien akan mempelajari beberapa hal seperti cara bergerak, berbicara, berpikir dan bagaimana melakukan perawatan diri sendiri (Admin, 2009). Kelemahan yang terjadi pada jari-jari tangan menyebabkan ketergantungan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti berpakaian, makan, mengambil benda dan menggunakan kamar mandi (Warlow et al, 2007). Gangguan pada tangan seperti kelemahan yang terjadi pada pasien stroke non hemoragik dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien (disabilitas). Sebesar 70% pasien stroke non hemoragik akan mengalami ketidak mampuan (disabilitas), sehingga akan membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan secara maupun anggota masyarakat (Gofir, 2009).

Latihan untuk menstimulasi gerak pada jari- jari tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam dimana gerakan mengepalkan/ menggenggam tangan rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot tersebut (Levine, 2009). Latihan gerakan ROM dengan bola bergerigi akan merangsang serat-serat otot untuk berkontraksi. Latihan ROM terutama pada jari-jari tangan yang penting untuk aktivitas keseharian meliputi latihan-latihan seperti adduksi, abduksi, fleksi, serta ekstensi. Latihan ini diberikan 2 kali sehari selama 8 hari. Teknik ini akan melatih reseptor (nosiseptor) - sensorik dan motorik. Korteks yang menuju ke otot lain juga membesar ukurannya jika pembelajaran motorik melibatkan otototot ini (Irfan, 2010). Menurut Perry & Potter, 2006 ; Kozier, et al., 2008, latihan ROM minimal dilakukan 2 kali dalam sehari minimal 3 hari sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2008) latihan ROM dapat dilakukan 4-5 kali/hari. Berdasarkan data rekam medik tahun 2012 sampai 2015 di RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto diperoleh jumlah data jumlah pasien stroke sebagai berikut: tahun 2012 ditemukan pasien sebanyak 1061 pasien yang terdiri dari 819 stroke hemoragik dan 242 stroke non hemoragik. Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 1225 pasien yang terdiri dari 799 stroke hemoragik dan 426 stroke non hemoragik. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 1253 pasien yang terdiri 1012 stroke hemoragik dan 241 stroke non hemoragik. Pada tahun 2015 dari Januari-Oktober terdapat 1262 pasien yang terdiri dari 1101 stroke hemoragik dan 161 stroke non hemoragik. Tingkat kejadian stroke non hemoragik di tahun 2012 sampai dengan 2015 cenderung meningkat, dengan

rata-rata setiap bulan ada 26 pasien rawat inap. Rata-rata pasien stroke non hemoragik dirawat selama 4 hari. B. Rumusan Masalah Gangguan pada tangan seperti kelemahan yang terjadi pada pasien stroke non hemoragik dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien (disabilitas). Sebesar 70% pasien stroke non hemoragik akan mengalami ketidak mampuan (disabilitas), sehingga akan membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan secara maupun anggota masyarakat (Gofir, 2009) dengan latihan gerakan ROM dengan bola bergerigi akan merangsang seratserat otot untuk berkontraksi. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari peneliti sebelumnya yaitu Pamuji Utami (2014) dengan judul Pengaruh Terapi Latihan Bola Tenis Terhadap Kekuatan Genggam Tangan Pasien Stroke non Hemoragik di RSUD Goeteng Taroenadibrata purbalingga. Peneliti ini lebih memfokus kan pada latihan kekuatan genggam tangan dengan intervensi yang akan di coba yaitu terapi menggenggam bola tenis. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana kekuatan genggam tangan dengan latihan bola bergerigi dan tumpul pada stroke non hemoragik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum peneliti ini yaitu untuk perbandingan kekuatan otot tangan dengan latihan bola bergerigi dan tumpul pada stroke non hemoragik di RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk mengetahui: a. Kekuatan genggam tangan pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah melakukan latihan terapi bola bergerigi. b. Kekuatan genggam tangan pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah melakukan latihan terapi bola tumpul. c. Pengaruh latihan terapi bola bergerigi dan bola tumpul terhadap respon kekuatan genggam tangan pasien stroke non hemoragik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. D. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini yaitu: 1. Bagi Profesi Keperawatan Perawat dapat membantu proses pemulihan pasien stroke non hemoragik dalam program rehabilitasi dengan melakukan tindakan mandiri keperawatan, khusus nya dengan memberikan terapi latihan bola bergerigi dan bola tumpul untuk meninkatkan kekuatan genggam tangan sehingga dampak negatif kelemahan

genggam pasien dengan stroke non hemoragik dapat di cegah sedini mungkin. 2. Bagi Institusi Rumah Sakit Pihak rumah sakit membuat standar operating procedures (SOP) penerapan terapi latihan bola bergerigi dan bola tumpul yang akan diberikan pada pasien stroke non hemoragik dan di terapkan pada semua pasien rawat inap dengan gangguan kardiovaskuler khususnya stroke non hemoragik secara kontinue, sehingga ada keseragaman tindakan keperawatan mandiri yang bertujuan membantu mempercepat proses pemulihan pasien. E. Penelitan Terkait Penelitian yang relevan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Pamuji (2014). Berjudul Pengaruh Terapi Latihan Bola Tenis Terhadap Kekuatan Genggam Tangan Pasien Stroke non Hemoragik di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian menggunakan metode Quasi Eksperiment (eksperimen semu) pada pasien stroke non hemoragik dewasa di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2014. Jumlah sample sebanyak 20 orang di ambil dengan teknik purposive sampling. Tenknik analisis data menggunakan uji t dependent. Jumlah responden yang berjenis laki-laki (55,0%) lebih banyak di bandingkan yang perempuan (45,0%). Umur responden sebagian besar lebih dari 59 tahun (35,0%),

berpendidikan SMA (45,0%), jenis hemiparese sebagian besar pada dextra (65%) serta bekerja swasta dan petani masing (25,0%). Terapi yang dilaksanakan selama 4 hari dan frekuensi 2 kali sehari pada pagi dan siang hari selama 10 menit, setiap sesi latihan dilakukan berulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan bola tenis. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kekuatan genggam tangan kanan pasien stroke sebelum terapi bola yaitu 20,36 ± 9,48 dan untuk tangan kiri yaitu 17,67 ± 6,67. Kekuatan genggam tangan kanan pasien stroke sesudah terapi bola yaitu 22,22 ± 10,13 dan untuk tangan kiri yaitu 19,30 ± 6,80. Persamaan penelitian ini dengan Pamuji (2014) sama-sama menggunakan metode Quasi Eksperiment (eksperimen semu), dan persamaan penelitian ini dengan penelitian Pamuji (2014) adalah pada sample yang di teliti yaitu pasien stroke non hemoragik. Perbedaan yang lainnya yaitu terdapat pada intervensi yang di lakukan di peneitiaan ini dengan membandingkan ke efektifan latihan bola bergerigi dengtan bola tumpul terhadap kekuatan genggam tangan, sedangkan pada penelitian Pamuji (2014) hanya meneliti ke efektifan satu bola yaitu bola tenis. Perbedaan penelitian ini dengan Pamuji (2014) terletak pada tool nya yaitu dengan menggunakan dua bola yang berbeda bola tumpul dan bola bergerigi, sedangkan pada penelitian Pamuji (2014) menggunakan satu bola yaitu bola tenis.

2. Desi K (2014) berjudul Pengaruh Latihan ROM dengan Bola Karet Bergerigi Terhadap Kekuatan Otot Jari-jari Tangan Pasien Stroke non Hemoragik Studi Observasional di RSUD Sanjiwani Gianyar Bali Periode 1 Juni 1 Juli 2014. Penelitian menggunakan metode Quasi Eksperiment (eksperimen semu) desain penelitian yang di gunakan adalah pre-test and post-test with control group design dengan pendekatan kohort prospektif. Sample pada penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan di beri tes awal untuk mengetahui kekuatan otot pasien (pre-test) kemudian di beri latihan Range of Motion (ROM) dengan bola karet bergerigi dengan frekuensi 2 kali sehari dan di lakukan selama & menit setiap sesi latihan selama 8 hari, setelah itu di beri tes akhir (post-test) sedangkan pada kelompok kontrol, akan di berikan tes awal untuk mengetahui kekuatan otot pasien (pre-test) kemudian di berikan latihan range of motion (ROM) tanpa bola karet bergerigi dan setelah itu di berikan tes akhir (post-test. Jumlah sample sebanyak 20 orang di pilih dengan purposive sampling, instrument yang di gunakan berupa prosedur latihan ROM dengan bola karet bergerigi dan standar operasional prosedur handgrip dynamometer.berdasarkan uji analisis dengan paired T test pada kelompok perlakuan di peroleh hasil p = 0,000 < α (α = 0,05) dan kelompok kontrol dengan hasil p = 0,15 > α (α

= 0,05). Hasil analisis Independent T test di peroleh nilai p = 0,005 < 0,05. Persamaan penelitian ini dengan Desi K (2014) sama-sama menggunakan penelitian quasi eksperiment, dan yang diteliti adalah pasien stroke. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Desi K (2014) terletak pada intervensi yang dilakukan yaitu latihan bola bergerigi, sedangkan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan ke efektifan latihan bola bergerigi dengan bola tumpul. 3. Ika R. (2009). Berjudul Pengaruh fisioterapi terhadap kekuatan otot ekstermitas pada pasien stroke non hemoragik di RSI sultan agung semarang. Jenis penelitian menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan studi kohort retrospektif selama 1 bulan. Sample yang di gunakan dalam penelitian berjumlah 31 orang (laki-laki 18 orang dan perempuan 13 orang, usia 41-60 tahun), lama penderita melakukan fisioterapi yaitu 20-30 menit selama satu minggu dengan frekuensi 3 kali, terapi yang di gunakan berupa positioning dan ROM exercise. Hasil penelitian yaitu kekuatan ekstermitas baik atas maupun bawah pada pasien setelah terapi mengalami peningkatan, dengan hasil ekstermitas atas sebelum terapi 3,19±1,327 dan hasil sesudah terapi 4,19±1,214, ekstermitas bawah sebelum terapi 3,42±1,308 dan sesudah terapi 4,32±1,045. Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan yang significan pada kekuatan ekstermitas sebelum

dan sesudah terapi. Persamaan penelitian ini dengan Ika R (2009) adalah pada sample yang di teliti yaitu pasien stroke. Perbedaan penelitian ini dengan Ika R (2009) terletak pada intervensi yang di lakukan yaitu fisioterapi ekstermitas, sedangkan pada penelitian ini adalah ke efektifan terapi bola bergerigi dan bola tumpul. Jenis penelitian yang di gunakan juga berbeda dimana penelitian Ika R (2009) merupakan penelitian kohort retrospektif sedangkan penelitian ini adalah penelitian quasi experiment.