BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan terjadi sangat cepat pada masa anak-anak. Tiga

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP. TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari bayi hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, 2008). Derajat

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (keadaan jasmani, panca

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

PENGARUH BERMAIN CONGKLAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Anneahira, 2012). Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Menurut UU RI No. 4 tahun 1979 anak merupakan seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditetapkan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. Anak adalah potensi serta penerus bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Anak adalah masa dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangannya. Tahap perkembangan dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu masa anak kecil atau masa bermain, tahap masa anak atau masa sekolah rendah atau dasar, dan tahap remaja dimana masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa. 1

2 Perkembangan dan pertumbuhan anak berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir,akan berpengaruh kepada proses tumbuh kembang anak diantaranya adalah kemiskinan, penyakit infeksi sistematik, trauma, penyakit kronis, anemia, defisiensi vitamin, serta cedera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan berdampak pada perkembangan mental anak. Salah satu yang berhubungan dengan gangguan perkembangan mental pada anak ada Retardasi Mental (Soetjiningsih, 2012). Retardasi Mental adalah suatu keadaan dimana anak mengalami suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam ketrampilan konseptual, sosial dan praktis (Hendra.U, 2013). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama adalah inteligensi yang terbelakang (Maramis, 2004). Menurut penelitian Word Health Organization (WHO) tahun 2009, jumlah anak Retardasi Mental seluruh dunia adalah 3% dari total populasi. Tahun 2006-2007 terdapat 80.000 lebih penderita Retardasi Mental di Indonesia. Jumlah ini mengalami kenaikan yang pesat pada tahun 2009, dimana terdapat 100,000 penderita Retardasi Mental.Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sekitar 25% (Depkes RI 2009). Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih banyak pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan (Maramis, 2004). Menurut Dinas Sosial

3 Provinsi Bali pada tahun 2014 jumlah anak yang mengalami retardasi mental di bali adalah 2.754 penderita. Pada anak dengan Retardasi Mental umumnya akan mengalami keterlambatan dalam fungsi kognitifnya yaitu IQ (Intelligence Quotient). IQ anak dengan Retardasi Mental <70 yang menyebabkan ketidakmampuan anak untuk belajar dan beradaptasi di lingkungan masyarakat (DepKes RI, 2005). Penilaian tentang tingkat daya ingat ataupun tentang kecerdasan pada anak dengan Retardasi Mental, harus berdasarkan informasi yang tersedia termasuk temuan klinis, perilaku adaptif dan hasil tes psikomotorik. Walaupun anak dengan Retardasi Mental memiliki keterlambatan dalam IQ, tetapi IQ anak Retardasi Mental masih dapat dilatih meskipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar (Farheen, Dixit, & Bansal, 2013). Merawat anak dengan Retardasi Mental tidak semudah seperti merawat anak-anak normal pada umumnya. Keterbatasan yang dimiliki hampir semua aspek perkembangan baik kognitif, bahasa, motorik maupun sosial membuat mereka bergantung pada lingkungan sekitar terutama keluarga. Oleh karena itu, penerimaan dan dukungan dari lingkungan terutama keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak dalam menjalani kehidupannya. Penerimaan keluarga terutama orang tua menjadi sangat penting mengingat mempunyai anak dengan Retardasi Mental bukan merupakan suatu kegiatan, tetapi keberadaan mereka adalah nyata dan mereka mempunyai hak untuk mendapat pendidikan layaknya anak normal.

4 Anak dengan Retardasi Mental membutuhkan institusi sekolah baik tingkat TK, SD, SMP dan SMA yang bertujuan sebagai media untuk memfasilitasi dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Pendirian institusi Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan upaya pemerataan pendidikan disemua lapisan masyarakat dan setiap warga negara Indonesia yang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Retardasi Mental diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Retardasi Mental Ringan, Sedang, Berat. Berdasarkan ketiga klasifikasi anak dengan Retardasi Mental tersebut, hanya anak dengan retardasi ringan dan sedang yang dapat diminimalkan tingkat ketergantungannya. Dalam penanganan anak-anak Retardasi Mental tersebut, tentunya dibutuhkan sistem pengajaran khusus yang berbeda dengan sekolah umum dimana pada anak Retardasi Mental, selain mengalami gangguan pada motorik halusnya mereka juga mengalami gangguan pada kognitifnya yang salah satunya daya ingat yang lemah (Davision, 2006). Daya ingat merupakan kemampuan mengingat kembali pengalaman yang telah lampau. Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas meural sebelumnya (Rostikawati, 2008). Ingatan seseorang dipengaruhi oleh tingkat perhatian,daya konsentrasi, emosi dan kelelahan (Nursalam, 2007). Daya ingat dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu daya ingat jangka pendek dan jangka panjang. Daya ingat jangka pendek

5 merupakan sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas beberapa detik. Ini merupakan bagian daya ingat yang menjadi tempat informasi yang saat itu dipikirkan. Sedangkan daya ingat jangka panjang dianggap sebagai suatu penyimpanan yang kapasitasnya besar dan berdaya ingat dalam waktu yang panjang (Slavin, 2008). Dalam meningkatkan perkembangan daya ingat pada anak Retardasi Mental bisa menggunakan metode bermain yang dapat bersifat menghibur, mendidik, dan meningkatkan ketrampilan anak dengan Retardasi Mental serta tidak melukai atau membahayakan diri sendiri dan orang lain. Permainan yang dapat dilakukan adalah bermain puzzle. Prinsip lain dalam permainan puzzle adalah untuk membantu meningkatkan daya ingat serta untuk membantu percapaian tumbuh kembang (Nursalam, 2005). Permainan puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam (Damay, 2012). Permainan puzzle sangat bermanfaat bagi anak-anak karena dapat melatih koordinasi mata dan tangan, melatih kesabaran dan memperluas pengetahuan, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar dan memecahkan masalah, meningkatkan ketrampilan motorik halusnya dengan cara melihat perkembangan daya ingat anak dan meningkatkan ataupun meningkatkan taraf kecerdasan anak dalam belajar secara kelompok maupun mandiri, menciptakan suasana rileks, kreatif serta keakraban dalam berinteraksi satu sama lain (Mollie & Rusell S, 2010).

6 Hal ini didukung dalam penelitian Danawati Safitri Peningkatan Kemampuan Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kendawangan berdasarkan penelitian ini setelah anak-anak usia 5-6 tahun diberikan terapi bermain puzzle kemampuan daya ingatnya baik sekali dikatakan perkembangan daya ingat anak berkembang sangat baik sebesar 75%-80%. Hasil studi pendahuluan di SLBN-Gianyar dengan melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah di SLBN-Gianyar menyebutkan bahwa di SLBN- Gianyar hanya terdapat anak-anak Retardasi Mental Ringan dan Sedang. Jumlah anak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD yang mengalami Retardasi Mental sebanyak 146 Siswa. Anak Retardasi Mental di SLBN- Gianyar sulit untuk mengingat 1 sampai 2 huruf bahkan sangat susah untuk menggabungkan satu sampai dua huruf hingga menjadi satu kosa kata. Dalam kegiatan belajar, upaya yang telah dilakukan oleh guru-guru di SLBN-Gianyar untuk meningkatkan daya ingat siswa adalah mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan sebanyak 2 sampai 3 kali sehingga siswa dapat mengingat materi yang telah diberikan. Dari hasil observasi, peneliti akan melakukan penelitian pada siswa kelas 4 sampai kelas 6 SD yang berjumlah 44 siswa, Alasan peneliti memakai kelas 4 sampai kelas 6 SD dikarenakan siswa lebih kooperatif dibandingkan dengan siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD. Terdapat 5 siswa dari 8 siswa yang telah diobservasi dengan menggunakan skala intelegensi yaitu Tes Digit Span (alat untuk mengukur memori jangka pendek yang terdiri 2 komponen yaitu deretan huruf maju dan deretan huruf

7 mundur). Didapatkan hasil setelah observasi yaitu pada anak Retardasi Mental kelas 4 sampai dengan kelas 6 di SLBN-Gianyar mengalami tingkat daya ingat yang rendah. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik melakukan penelitian Pengaruh Terapi Bermain Dengan Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap daya ingat pada anak retardasi mental di SLBN-Gianyar? 1.3. Tujuan 1.3.1 Tujuan Umun Untuk mengetahui pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap daya ingat pada anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sebelum pemberian permainan puzzle di SLBN-Gianyar. 2. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sesudah pemberian permainan puzzle di SLBN-Gianyar.

8 3. Menganalisis perbedaan daya ingat sebelum dan sesudah diberikan permainan puzzle. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Secara Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada anak Retardasi Mental dalam mengembangkan daya ingatnya. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kerangka pemikiran yang berbeda pada peneliti yang akan melakukan penelitian, agar menggunakan terapi yang lain dalam meningkatkan daya ingat pada anak Retardasi Mental. 1.4.2 Manfaat Secara Praktis 1. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar menggunakan terapi bermain puzzle sebagai salah satu metode terapi untuk meningkatkan daya ingat pada anak Retardasi Mental. 2. Sebagai masukan bagi guru dan orang tua agar menggunakan terapi bermain puzzle sebagai salah satu medote pembelajaran bagi anak Retardasi Mental untuk meningkatkan daya ingatnya. 3. Membantu anak-anak Retardasi Mental untuk meningkatkan daya ingatnya.