Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

ENERGI SEBAGAI PENUNJANG PERADABAN. Oleh. Prof. Dr. Ir. Prayoto M.Sc. Disajikan pada Acara Dies Natalis ke-i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

Menyoal Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia * Oleh: Prayoto Fakultas Teknik, UNIKOM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.1

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

Beberapa Pertimbangan dalam Mengembangkan Energi Alternatif

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu pada pemanfaatan energi. Pengertian energi dapat dikaitkan dengan sesuatu yang diperlukan untuk melakukan kerja dan ini dapat diperoleh dari bahan bakar yang pada hakekatnya merupakan simpanan energi. Sejak zaman purba, sebelum peradaban manusia mulai berkembang, manusia sudah memanfaatkan energi dalam bentuk makanan karena makanan juga merupakan simpanan energi. Pada zaman purba, kerja dilakukan manusia dengan kerja otot, baik otot manusia sendiri maupun otot hewan. Dengan makin berkembangnyaa peradaban, energi bahan bakar mulai digunakan untuk memasak makanan, menghangatkan rumah, menggerakkan alat-alat pertanian, menjalankan pabrik, kendaraan, kapal, pesawat terbang dan sebagainya. Oleh karena itu dapat kita lihat perkembangan pemakaian energi yang sangat mencolok dengan berkembangnya peradaban manusia terutama dalam kurun waktu abad terakhir. Pertumbuhan pemakaian energi yang sangat mencolok ini adalah karena pertumbuhan jumlah penduduk di bumi yang meningkat secara exponensial terutama selama abad terakhir. Disamping itu pemakaian energi per kapita juga meningkat karena peningkatan taraf hidup dan juga terdorong oleh perubahan peri kehidupan manusi. Ditemukannya api oleh manusia primitif di zaman purba, kemudian pemanfaatan tenaga binatang, pengembanan kegiatan pertanian, diikuti dengan penemuan mesin uap, dan pemanfaatan bahan bakar batu bara dan minyak, semuanya merupakan tonggak sejarah yang penting dalam peri kehidupam manusia. Boleh dikatakan, peradaban manusia telah dibangun atas dasar anggapan bahwa pasti ada sumber energi yang melimpah, Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 1

2 sehingga oleh karenanya kehidupan manusia sekarang sudah menjadi sangat tergantung pada kebutuhan energi ini. Pertumbuhan Pesat Konsumsi Energi dengan Peradaban Pada zaman purba, pemakaian energi manusia primitif satu juta tahun yang lalu hanya terbatas pada pemakaian bahan makanan saja yaitu sekitar 2000 kalori tiap orang tiap hari. Perlu dicatat bahwa jumlah penduduk di bumi satu juta tahun yang lalu baru sekitar satu juta orang saja. Sesudah manusia mulai mengembangkan kemampuam berburu sekitar 100.000 tahun yang lalu, pemakaian energi meningkat menjadi 4000 kalori. Mulai sekitar 5000 tahun sebelum Masehi (7000 tahun yang lalu) sudah mulai dikembangkan kegiatan pertanian terutama di daerah-daerah subur walaupun masih primitif. Saat itu pemakaian energi sudah mencapai 8000 kalori dalam bentuk makanan, energi untuk rumah tangga dan kegiatan bercocok tanam. Sesudah kegiatan pertanian berkembang lebih maju, terutama didaerah Eropa mulai 3500 tahun yang lalu, pemakaian energi sudah mencapai 10000 kalori untuk bahan makanan, rumah tangga, pertanian dan sedikit untuk transportasi Mulai abad 18, di Inggris telah berkembang masyarakat industri dimana pemakaian energi telah menapai 30000 kalori, hanya sebagian kecil untuk makanan, lebih banyak lagi yang untuk rumah tangga, industri, pertanian dan juga transportasi. Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah bahwa pemakaian energi di masyarakat industri maju yang mulai berkembang dalam 3 dasa warsa terakhir, terutama di Amerika Utara, Eropa dan Jepang. Pemakaian energi untuk masyarakat indsutri maju ini telah mencapai 230000 kalori tiap orang tiap hari, hanya sebagian kecil dalam bentuk bahan makanan selebihnya kurang lebih sama besarnya untuk rumah tangga, industri dan transportasi. Perkiraan Perkembangan Masa Depan. Memang harus diingat bahwa ada perbedaan yang cukup besar dalam tingkat pemakaian energi per kapita antara negara-negara maju yang biasanya juga merupakan negara kaya, dengan negara-negara yang berpenghasilan rendah termasuk Indonesia. Tetapi secara umum terlihat adanya peningkatan pemakaian energi rata-rata secara global. Peningkatan pemakaian energi per kapita ini masih harus dilihat bersama dengan peningkatan jumlah penduduk secara global pula yang telah berlangsung Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 2

3 secara exponensial. Kalau satu juta tahun yang lalu jumlah penduduk di bumi diperkirakan baru sekitar satu juta orang, awal abad 16 telah menjadi 0,5 milyar, awal abad 17 menjadi 1 milyar, awal abad 18 menjadi 1,5 milyar, pada tahun 1975 telah menjadi 4 milyar, dan pada tahun 2000 yang lalu telah menjadi 6 milyar. Perkiraan optimistik akan menjadi 8 milyar tahun 2025. Kajian-kajian yang dilakukan PBB pada tahun 1990 memperkirakan populasi bumi akan mencapai 10 milyar pada 2100 dan dapat mencapai antara 15 dan 28 milyar pada tahun 2150. Angka-angka pertumbuhan pemakaian energi per kapita dan jumlah penduduk di bumi seperti dikutip diatas dapat memberikan gambaran yang nyata bahwa dalam beberapa dasa warsa mendatang dunia akan dihadapkan pada masalah yang sangat mendasar yaitu pemenuhan kebutuhan energi yang sejak sekarang perlu direnungkan secara seksama. Masalah kebutuhan energi untuk menunjang peradaban ini bukan masalah sesaat saja, tetapi masalah yang akan terus berkembang dan bersifat global. Tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang tidak akan tersentuh ataupun dapat menyelesaikannya secara sendirian tanpa kerjasama dengan bangsabangsa lainnya. Karena masalahnya bersifat jangka panjang dan lintas batas antar negara, kadang kadang kita belum menyempatkan diri untuk berfikir jauh ke masa depan. Gambaran kedepan ini mengharuskan kita untuk memikirkan pemanfataan sumber daya energi yang masih tersedia dan jenis teknologi yang akan diperlukan atau harus dikembangkan untuk ini. Perlu dicatat bahwa dalam kurun waktu abad 21 ini, banyak negara berkembang yang pada umumnya juga negara miskin yang padat penduduknya, masih akan berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya dari negara maju, dengan akibat ikutannya yaitu peningkatan tingkat pemakaian energi secara global. Skenario peningkatan pemakaian energi dan kebutuhan pengembangan teknologi untuk jangka waktu 50 tahun kedepan kiranya sangat perlu dipikirkan untuk mengusahakan terjaminnya penyediaan energi secara berkesinambungan untuk masa mendatang. Tantangan bagi Indonesia Pemikiran jangka jauh kedepan tentang masalah pemenuhan kebutuhan energi untuk menunjang peradaban manusia tidak akan terlepas dari tinjauan tentang ketersediaan sumber daya alam energi di bumi serta bentuk-bentuknya, pertumbuhan jumlah penduduk seperti digambarkan Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 3

4 diatas, masalah teknologi, serta masalah-masalah ikutan lainnya seperti dampak pemakaian energi secara besar-besaran terhadap kelestarian lingkungan, masalah keselamatan, ketimpangan antara kebutuhan dan pemenuhannya, dan sebagainya. Bumi Indonesia memang dianugerahi dengan sumber daya alam energi yang cukup, tetapi bukannya sangat melimpah, bahkan harus dikatakan terbatas. Disamping itu, pemanfaatan sumber daya alam energi bukannya mudah, juga tidak murah dan tidak sedikit permasalahannya. Bentuk sumber daya alam energi yang selama ini diandalkan adalah sumber daya alam energi fosil yaitu minyak bumi, batubara dan gas bumi. Yang paling populer adalah minyak bumi karena bentuknya yang paling mudah digunakan. Perlu diingat bahwa semua sumber daya alam energi fosil merupakan hasil proses yang terjadi secara alamiah selama berjuta juta tahun yang lalu, sehingga akhirnya terkumpul sebagai timbunan minyak bumi, batu bara atau gas bumi. Kalau dicermati pemanfaatannya telah menunjukkan percepatan yang luar biasa dalam abad terakhir, sehingga berapapun besarnya cadangan yang tersedia di bumi, kalau dimanfaatkan secara terus-menerus pada saatnya akan habis juga. Indonesia hanya memiliki sumber daya alam energi yang relatif kecil saja, yaitu sekitar 1 % cadangan minyak bumi dunia dan sekitar 0,37 % cadangan batu bara dunia. Di Indonesia, sejak lama minyak bumi merupakan bahan energi utama untuk pembangkitan energi listrik, walaupun peranannya secara bertahap mulai digantikan oleh batubara. Yang menjadi masalah dengan pemakaian bahan energi batubara adalah bahwa batubara merupakan bahan energi yang kotor, mahal penambangannya, mahal biaya pengangkutannya, dan apabila dibakar akan menghasilkan gas-gas hasil pembakaran yang akan mencemari lingkungan. Walaupun demikian, minyak bumi dan batu bara selama ini tetap akan merupakan sumber energi utama untuk pembangkitan energi listrik secara besar-besaran, terutama di Pulau Jawa dan Bali dimana sudah terpasang jaringan interkoneksi listrik yang terpadu. Pada jaringan ini sudah terpasang kapasitas jaringan lebih dari 10000 MW. Pada ukuran kapasitas jaringan sebesar ini, maka dari pertimbangan segi teknis dan ekonomis, sudah diperlukan penambahan unitunit pembangkit listrik yang berukuran 600 MW keatas. Perlu juga diingat bahwa pada ukuran unit pembangkit sebesar ini, maka pada tingkat pengembangan teknologi yang sudah tercapai saat ini, hanyalah unit pembangkit yang menggunakan bahan energi fosil, yaitu munyak bumi, batu bara dan gas bumi dan juga bahan bakar nuklir fisil saja yang masih mempunyai kemampuan. Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 4

5 Program pembangkitan energi listrik secara besar-besaran sangat erat kaitannya dengan upaya menunjang peradaban manusia di zaman modern sekarang ini. Program pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat melalui program industrialisasi dan modernisasi tidak akan terlepas dari program pembangkitan energi listrik secara besar-besaran. Tingkat pemakaian energi listrik merupakan salah satu tolok ukur yang sangat korelatif dengan tingkat peradaban manusia di dunia. Makin maju suatu bangsa, makin tinggi tingkat kesejahteraannya, akan makin tinggi pula tingkat konsumsi energi listriknya. Sebaliknya, makin terbelakang suatu bangsa, juga makin rendah tingkat kesejahteraannya, akan makin rendah pula tingkat konsumsi listriknya. Dari segi ini, Indonesia masih harus sangat prihatin, karena masih tergolong terbelakang dibanding bangsa-bangsa lain, bahkan dibanding sesama negara berkembang sekalipun. Kadang-kadang kita masih bisa berkilah, kalau dari segi konsumsi listrik per kapita kita pasti kalah dari negara lain karena jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Itu memang benar, tetapi jangan dilupakan bahwa konsumsi energi listrik kita juga lebih rendah dari India padahal penduduk India hampir lima kali penduduk Indonesia, juga hanya setengahnya Cina padahal penduduk Cina enam kali lebih besar dari Indonesia. Angka konsumsi lisrik per kapita itu masih harus dilihat dari segi pemerataan pemakaian energi listrik di Indonesia yang baru mencapai 54 % dari jumlah desa yang telah mendapat aliran listrik. Angka ini untuk Malaysia dan Filipina sudah hampir mncapai 100 %. Peranan bahan energi nuklir. Dengan makin susutnya bahan energi minyak bumi, mau tidak mau secara bertahap kita harus beralih ke bahan bakar batu bara dan gas bumi. Pemakaian bahan bakar batu bara akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang cukup berat. Pemanfaatan gas bumi dapat saja ditempuh tetapi harus diingat bahwa cadangan gas bumi sama saja terbatasnya dengan minyak bumi dan pemanfaatannya memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang sangat mahal, disamping nilainya yang sangat tinggi sebagai bahan expor untuk menghasilkan devisa. Pilihan satu-satunya yang masih tersedia saat ini, khususnya untuk pembangkitan energi listrik secara besar besaran, tinggal energi nuklir. Perlu diingat bahwa pemanfaatan energi nuklir masih dianggap mengandung masalah keselamatan, khususnya masalah sampah radioaktif yang belum bisa diatasi sepenuhnya, sehingga selalu menghadapi tantangan dari segi penerimaan publik. Disamping itu, Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 5

6 sifatnya yang sangat padat teknologi dan padat modal, akan memerlukan pemecahan tersendiri bagi negara seperti Indonesia yang sumber dayanya sangat terbatas. Dengan gambaran kebutuhan energi dan pemenuhannya seperti diuraikan diatas, tampaknya pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkitan listrik secara besar-besaran sudah merupakan keharusan, kalau tidak harus dikatakan keterpaksaan. Dapat saja diupayakan pemanfaatan sumber energi altematif lainnya terutama yang sifatnya terbarukan seperti tenaga panas bumi, tenaga angin, tenaga surya, tenaga air, tenaga gelombang, pasang surut, biomasa, dan sebagainya. Harus diingat bahwa sumber-sumber energi altematif inipun mempunyai ciri-ciri dan batas-batas kemampuannya sendiri clan hanya cocok untuk pemenuhan kebutuhan energi di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jarinan listrik komersial. Disamping itu, pemanfaatannya bukannya murah dan bebas dari permasaalahan. Namun, dari segi pemberdayaan sumber daya energi, setiap jenis sumber energi, baik yang terbarukan maupun yang tak terbarukan, perlu dimanfaatkan sejauh batas-batas kemungkinan yang ada dalam upaya peningkatan taraf hidup rakyat. Peranan Perguruan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Kenukliran Pembangkitan energi listrik dari bahan energi nuklir masih banyak memerlukan persiapan dan pertimbangan yang matang. Pertama sifatnya yang padat modal dan padat teknologi tinggi, akan mengharuskan Indonesia untuk mengandalkan bantuan dari negara lain baik dari segi pembiayaan, pelaksanaan pembangunannya dan dukungan teknologinya. Kiranya tidak mungkin mengharapkan kemampuan industri dalam negeri untuk menunjang program teknologi maju dan canggih ini. Juga tidak mungkin mengembangkan industri kenukliran khusus tanpa mengangkat seluruh prasarana perindustrian dasar lainnya yang saat ini kemampuannya masih sangat terbatas. Hal ini akan merupakan proposisi yang amat mahal dan tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu singkat. Dukungan dari sumber daya manusia kenukliran kiranya tidak akan merupakan masalah yang cukup berarti. Program ketenagaan listrik nuklir yang akan dilaksanakan pasti akan terbatas sifatnya, terutama mengingat kendala kemampuan pembiayaannya. Perkiraanya tidak mungkin untuk melaksanakan pembangunan lebih dari 10 PLTN dalam kurun waktu 10-15 Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 6

7 tahun mendatang. Kalau tiap unit PLTN memerlukan dukungan tenaga sarjana sekitar 70 80 orang, berarti hanya akan diperlukan dukungan tenaga sarjana sekitar 700 800 orang saja. Dan tidak seluruh tenaga teknik pendukung ini harus merupakan tenaga teknik kenukliran. Sifat-sifat operasi PLTN tidak begitu berbeda dengan unit-unit pembangkit konvensional yang besar-besar yang di Indonesia sudah cukup banyak jumlahnya. Perbedaanya hanya pada bagian reaktor nuklirnya saja sebagai unit pembangkitan panas, yaitu nuclear island, selebihnya tidak begitu berbeda dengan pusat-pusat listrik konvensionat yang besar lainnya. Oleh karena itu, dalam kerangka pengembangan program kelistrikan nuklir ini, rasanya tidak perlu memikirkan pembukaan program pendidikan teknik nuklir khusus di perguruan tinggi. Sarjana-sarjana teknik yang sudah mendapatkan pendidikan dasar keteknikan umurn yang solid, seperti teknik mesin, listrik, kimia, dengan mudah dapat dipersiapkan sebagai pendukung program kelistrikan nuklir. Untuk ini mereka perlu mendapatkan pelatihan tambahan khusus dalam bidang teknik reactor, instrumentasi reactor, pengendalian reactor, fisika radiasi, fisika kesehatan dan sebagainya. Kesimpulan Program peningkatan taraf hidup rakyat tidak akan terlepas dari program pembangkitan energi listrik secara besar-besaran untuk mendukung program modernisasi dan industrialisasi, yang merupakan syarat mutlak untuk suatu negara maju yang sejahtera. Ketersediaan sumber daya energi yang ada di Indonesia saat ini masih mengandalkan bahan energi minyak bumi yang cadangannya makin menipis. Secara bertahap harus dialihkan ke pemakaian bahan energi batubara dan gas bumi, tetapi perlu diingat bahwa cadangan gas bumi hampir sama terbatasnya dengan minyak bumi. Program pembangkitan energi listrik secara besar-besaran oleh karenanya harus memanfaatkan semua bentuk sumber energi yang ada terutama yang sifatnya terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga angin, tenaga surya, tenaga gelombang, pasang surut, biomasaa dan sebagainya. Harus diingat bahwa sumber-sumber energi altematif ini mempunyai ciri-ciri dan batas-batas kemampuannya sendiri dan hanya cocok untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan listrik komersial. Juga harus diingat bahwa pemanfaatanya bukannya mudah dan murah dan bebas dari permasalahan. Namun dari segi pemberdayaan sumber daya energi, baik yang terbarukan maupun yang tak terbarukan perlu dimanfaatkan sejauh kemungkinan yang ada dalam upaya peningkatan taraf Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 7

8 hidup rakyat. Satu-satunya sumber energi altematif yang bekemampuan besar dan cocok untuk diintegrasikan kedalam jaringan interkoneksi Jawa- Bali adalah PLTN. Pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkitan listrik secara besarbesaran tampaknya merupakan keharusan, kalau tidak harus dikatakan sebagai keterpaksaan, karena sudah tidak ada alternatif yang lain. Walaupun demikian, pelaksanaannnya di Indonesia pasti terbatas sifatnya terutama karena kendala kemampuan pembiayaannya Disamping itu, karena sifatnya yang padat teknologi dan padat modal, pelaksanaanya pasti hanya mungkin kalau ada dukungan kerjasama dengan negara-negara lain yang lebih maju dan lebih kaya. Kendala dari segi SDM ketenaganukliran kiranya tidak akan menjadi masalah, karena pengoperasian suatu PLTN tidak begitu berbeda dengan pusat-pusat listrik konvensional yang besar-besar (600 MW) yang di Indonesia sudah cukup banyak jumlahnya. Perbedaanya hanya terletak pads bagian reaktor nuklirnya saja sebagai sumber pembangkit pangs. Untuk mendukung program kelistrikan nuklir, kiranya tidak pelu untuk membuka program pendidikan keteknikan nuklir khusus di pergurruan tinggi, karena hal ini tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan sektor industri, sektor swasta dan sektor ekonomi. Kebutuhan SDM keteknikan nuklir cukup mengandalkan lulusan perguruan tinggi yang telah mendapatkan dasar keteknikan umum yang solid dari bidang-bidang teknik, listrik, mesin, kimia maupun bidang-bidang sains fisika dan kimia. Sarjana sains dan teknik umum yang berkualitas dengan mudah dapat beradaptasi dengan tuntutan kecanggihan bidang keteknikan nuklir dengan diberikan pelatihan tambahan dalam teknik reaktor, pengendalian reaktor, instrumentasi reaktor, fisika radiasi dan fisika kesehatan. Pelatihan tambahan ini bisa diatur sebagai bagian dari kontrak pembelian PLTN dari vendornya. Disajikan pada Pertemuan Komisi Ahli Tenaga Nuklir di Yogyakarta tanggal 14-15 8