BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

UNGKAPAN FATIS DALAM ACARA TEMU WICARA TELEVISI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ERIZA MUTAQIN A

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah analisis wacana percakapan pada teks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak acara talk show di berbagai stasiun televisi. Contoh talk show

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia di setiap detik

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan korpus data penelitian yang dianalisis, jumlah kata fatis yang terdapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih kuat dari surat kabar, majalah maupun radio karena pesawat televisi. bagaikan melihat sendiri peristiwa yang disiarkan itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dialog interaktif dalam rekaman televisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 19

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

Bab 1. Pendahuluan. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1962 adalah TVRI ( Televisi Republik Indonesia). Selama 27

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I. Pendahuluan. baik itu lingkungan rumah, sekolah, kampus maupun lingkungan kerja 1.

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan merupakan cara penyampaian sebuah bahasa dan merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini teknologi dan informasi berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. majalah, radio, televise dan film. Komunikasi massa merupakan produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Debby Agita Viantiputri,2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

Transkripsi:

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep ungkapan fatis (phatic communion) Malinowski (1923), fungsi fatis menurut Jakobson (1980), dan Leech (1977). Ada dua pendapat peneliti yang juga dijadikan dasar dalam penelitian ini, yaitu Kridalaksana (2005) dan Jumanto (2006). Teori tentang konteks yang menjadi dasar penelitian ini adalah teori konteks menurut Sebeok (1969), (Leech, 1983), dan Mey (2001). Malinowski (1923) mendefinisikan ungkapan fatis (phatic communion) sebagai tipe tuturan yang digunakan untuk menciptakan ikatan sosial yang harmonis dengan semata-mata saling bertukar kata-kata. Fungsi sosial ungkapan fatis adalah memantapkan ikatan personal di antara peserta komunikasi semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak bertujuan mengkomunikasikan ide. Jakobson (1980), mengembangkan teori ungkapan fatis Malinowski (1923) ke dalam salah satu fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Fungsi fatis menurut Jakobson (1980) adalah fungsi bahasa yang berorientasi pada kontak antara pengirim pesan dan penerima pesan. Fungsi fatis bahasa berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi, memastikan berfungsinya saluran komunikasi, dan menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan pembicara. Sama seperti Jakobson (1980), Leech (1977) juga 39

mengemukakan teori tentang fungsi fatis. Menurut Leech (1977) fungsi fatis adalah fungsi bahasa yang berorientasi pada jalur komunikasi. Ungkapan fatis digunakan untuk menjaga hubungan sosial secara baik dan menjaga agar komunikasi tetap berkesinambungan. Kridalaksana (2005) memaparkan ungkapan fatis berdasarkan kelas kata, atau kategori, yang kemudian disebut kategori fatis. Kategori fatis merupakan ciri ragam bahasa lisan yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang nonstandar sehingga kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Kridalaksana (2005) membagi bentuk kategori fatis atas partikel, kata fatis, dan frase fatis. Menurut Kridalaksana (2005), partikel dan kata fatis mempunyai 29 fungsi, sedangkan frase fatis mempunyai enam fungsi. Konsep yang disampaikan Kridalaksana (2005) selanjutnya dijadikan acuan dalam penelitian ini. Konsep klausa/kalimat fatis yang disampaikan Jumanto (2006) dijadikan dasar dalam penelitian ini sebagai ungkapan fatis yang lebih kompleks dari pada kata dan frase fatis. Konteks adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam penelitian bahasa sebagai alat komunikasi, terutama penelitian tentang ungkapan fatis. Sebeok (1969), menyatakan terdapat dua macam konteks untuk memahami makna, yaitu konteks bahasa dan nonbahasa (konteks situasi). Leech (1983) menyatakan konteks adalah pengetahuan latar yang diketahui bersama oleh penutur dan petutur dan yang 40

membantu petutur menginterpretasikan maksud penutur dari ujaran tertentu. Menurut Mey (2001), konteks adalah hal yang dinamis, bukan statis, yang harus dipahami sebagai lingkungan yang senantiasa berubah, yang memungkinkan para partisipan dalam proses komunikasi dapat berinteraksi sehingga ekspresi linguistik yang digunakan dalam interaksi mereka dapat mereka pahami dengan baik. Konteks membuat ujaran-ujaran mempunyai makna pragmatik yang jelas dan menjadikan ujaran-ujaran tersebut sebagai tindak pragmatik yang nyata. 3.2 Metodologi Penelitian Pada bagian metodologi penelitian akan dibahas ancangan penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data, dan metode analisis data. 3.2.1 Ancangan Penelitian Penelitian ini berusaha memerikan ungkapan fatis dalam acara temu wicara di televisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif hanya digunakan sebagai pendukung dalam menganalisis data, misalnya untuk menentukan persentase sampel penelitian dan menghitung frekuensi penggunaan ungkapan fatis. Dalam penelitian ini manusia sebagai instrumen kunci dan korpus data dianalisis secara induktif (Bogdan dan Biklen 1982:27 30). Penelitian ini berlatar empiris karena sumber data dalam penelitian ini berupa peristiwa percakapan dalam acara temu wicara televisi. Data diperoleh dari percakapan antara pembawa acara dan atau bintang tamu pada acara 41

temu wicara televisi yang terjadi secara bebas. Walaupun sudah ada skenario acara, pembawa acara atau bintang tamu tidak diatur dalam mengungkapkan tuturannya. Manusia digunakan sebagai instrumen kunci karena dalam penelitian ini data berasal dari percakapan yang dilakukan oleh manusia dalam bentuk wacana interaksional. Analisis dalam penelitian dilakukan secara induktif karena dari hal yang bersifat khusus ke simpulan yang bersifat umum. 3.2.2 Data dan Sumber Data Data pada penelitian ini berupa ungkapan berbentuk partikel, kata, frase, dan klausa/kalimat yang mempunyai fungsi fatis. Data berada pada korpus data, yaitu satuan ujaran yang mengandung data (ungkapan fatis). Data penelitian ini bersumber dari percakapan dalam acara temu wicara televisi. Acara temu wicara yang menjadi sumber data adalah News Dot Com yang ditayangkan oleh, Empat Mata yang ditayangkan oleh Trans7, Ceriwis yang ditayangkan Trans TV, dan Kick Andy yang ditayangkan oleh. Berikut ini adalah tabel sumber data penelitian ini. Tabel 3.1 Sumber Data No Nama Acara Tanggal Acara Durasi 1. News Dot Com 18 Maret 2007 53,37 menit 2. News Dot Com 25 Maret 2007 52,18 menit 3. Empat Mata 15 Maret 2007 64,27 menit 4. Empat Mata 20 Maret 2007 65,38 menit 42

5. Ceriwis 27 Februari 2007 27,34 menit 6. Ceriwis 10 Maret 2007 27,02 menit 7. Kick Andy 22 Maret 2007 35,35 menit 8. Kick Andy 29 Maret 2007 35,30 menit Total waktu 361,6 menit atau 6,03 jam 3.2.3 Teknik Pengumpulan Data Acara temu wicara televisi cukup banyak jumlahnya. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini digunakan teori yang di sampaikan Singarimbun (1989). Menurut Singarimbun (1989:152) ada dua macam populasi (universe): populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah populasi yang berkaitan dengan variabel penelitian yang masih bersifat umum. Populasi sasaran adalah populasi yang berkaitan dengan variabel penelitian yang bersifat khusus, disebut juga sebagai sampel umum. Berdasarkan pengamatan, populasi sampling dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3.2 Populasi Sampling Acara Temu Wicara Televisi No Nama Acara Waktu Acara Stasiun TV Penayang 1. Dialog Propublik Senin Jumaat (19.30) TVRI 2. Om Farhan Senin dan Rabu (22.00) ANTV 43

3. News Dot Com Setiap Minggu (21.05) 4. Public Corner Senin Jumat (15.30) 5. Todays Dialogue Senin Rabu (22.05) 6. Empat Mata Senin Jumat (21.30) Trans7 7. Hitam Putih Setiap Selasa (23.00) Indosiar 8. Dorce Show Setaiap Hari (09.30) Trans TV 9. Ceriwis Setaiap Hari (12.30) Trans TV 10. Dialog Diknas Setiap Kamis (20.05) TVRI 11. Padamu Negeri Kamis (20.05) 12. Open House Kamis (20.05) 13. Ringgo Star Minggu (13.00) ANTV 14. Kick Andy Kamis (22.05) Populasi sampling yang terdapat pada Tabel 3.1, lalu ditentukan populasi sasaran. Menurut Hadi (2006:59), bila penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dan populasi samplingnya besar, sampel atau populasi sasaran berjumlah 10% dari 44

populasi sampling. Akan tetapi, bila populasi samplingnya kecil, sampel atau populasi sasarannya berjumlah 20% dari populasi sampling. Populasi sasaran ditentukan dengan metode acak sederhana (simple rendom). Metode yang dipakai adalah dengan mengundi acara. Nomor acara temu wicara yang terdapat dalam populasi sampling ditulis dalam secarik kertas, kemudian digulung. Gulungan dimasukkan ke dalam kotak kemudian diambil secara acak sejumlah empat acara (±30%). Populasi sasaran yang diperoleh adalah terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Populasi Sasaran Acara Temu Wicara Televisi No Nama Acara Waktu Acara Stasiun TV Penayang 1. News Dot Com Setiap Minggu(21.05 WIB) 2. Empat Mata Senin Jumat (21.30 WIB) Trans7 3. Ceriwis Setiap Hari (12.30 WIB) Trans TV 4. Kick Andy Kamis (22.05 WIB) Berdasarkan populasi sasaran yang ada, selanjutnya ditentukan sampel penelitian. Penentuan sampel penelitian menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi sasaran mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai 45

sampel (Singarimbun, 1989:155 156). Populasi sasaran yang ada adalah acara News Dot Com, Empat Mata, Ceriwis, dan Kick Andy yang ditayangkan antara tanggal 25 Februari s.d. 30 Maret 2007. Penentuan tanggal perekaman dipilih sesuai dengan jadwal penelitian. Tanggal penayangan acara ditulis dalam secarik kertas kemudian digulung dan dimasukkan kedalam kotak. Selanjutnya gulungan kertas diambil secara acak, tiap-tiap acara temu wicara diambil dua episode. Berdasarkan pengambilan secara acak diperoleh sampel acara: News Dot Com tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2007, Empat Mata tanggal 15 Maret dan 20 Maret 2007, Ceriwis tanggal 27 Februari dan 10 Maret 2007, dan Kick Andy tanggal 22 Maret dan 29 Maret 2007. Data dipilih berdasarkan kriteria data yang memperkuat jenis ungkapan fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ungkapan fatis yang belum tercatat. Perekaman dilakukan secara audio visual agar konteks situasinya terekam. Perekaman dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama rekaman dilakukan dengan Video Player Sony 6 Head HIFI Stereo, dalam video kaset Sony VHS.120. Rekaman pertama masih lengkap dengan iklan. Tahap kedua adalah rekaman yang berada dalam video kaset dipindahkan ke keping CD. Keping CD yang dipakai adalah BENQ.52X: 700 MB. Pada tahap kedua ini iklan yang ada dihapus. Rekaman yang ada kemudian dibuat transkripsi percakapan. Teknik transkripsi dilakukan dengan menuliskan dialog-dialog dan konteks situasinya ke dalam bentuk tulis (seperti dalam naskah drama). Tulisan fonetis tidak disertakan dalam transkripsi karena analisis fonetis tidak dilakukan dalam penelitian ini. 46

3.2.4 Metode Analisis Data Pada transkripsi setiap satuan ujaran diberi nomor urut. Berkaitan dengan konteks percakapan, wacana percakapan dalam penelitian ini dibagi tiga, yaitu: (1) Dialog utuh: merupakan satu kesatuan utuh dialog dalam satu episode acara untuk mendapatkan konteks acara. (2) Satuan dialog: dialog yang konteksnya dalam satu tema saja dan berkaitan dengan korpus data. (3) satuan ujaran: kalimat atau bagian kalimat yang diujarkan dalam satu kesempatan pertuturan. Contohnya adalah sebagai berikut. (1) (Astrid, sang bintang tamu, langsung duduk) Indra : Siapa suruh duduk, belum disuruh duduk udah duduk! (C27/2/07/77) Indie : Galak banget sih bo, berdiri lagi deh! (C27/2/07/78) Angka (1) pada kutipan di atas menunjukkan kode satuan dialog dan kode (C27/2/07/77) dan (C27/2/07/78) menunjukkan satuan ujaran. Fokus analisis adalah pada ungkapan yang dicetak tebal, yait ungkapan bo. Setiap korpus data diberi kode. Kode satuan dialog diurutkan sesuai dengan urutan analisis. Kode satuan ujaran berisi singkatan nama acara, tanggal, bulan, tahun, dan nomor satuan ujaran. Contohnya kode (C10/03/07/72) korpus data dari acara Ceriwis tanggal 10, bulan Maret, tahun 2007, nomor satuan ujaran 72. Kode setiap acara adalah kode C untuk acara Ceriwis, kode EM untuk acara Empat Mata, kode KA untuk acara Kick Andy, dan kode NDC untuk acara News Dot Com. 47

Langkah pertama analisis data adalah dengan mentranskripsikan rekaman acara temu wicara televisi. Transkripsi dilakukan dengan teknik seperti penulisan naskah drama. Setiap satuan ujaran diberi nomor urut. Dalam setiap satuan ujaran, partikel, kata, frase, atau klausa/kalimat yang berfungsi fatis ditandai dengan dicetak tebal. Ungkapan fatis yang ditemukan kemudian dianalisis berdasarkan jenis dan fungsinya dan dilihat kecenderungan pemakaiannya. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik introspeksi dan analisis kontekstual. Dengan introspeksi dan kontekstual, dapat diketahui maksud tuturan yang digunakan dalam percakapan dan dapat dikenali ungkapan tersebut berfungsi fatis atau tidak fatis. 48