Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Unjuk Kerja Mortar

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat. Beton Normal adalah beton yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Scanned by CamScanner

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB V HASIL PEMBAHASAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

PENGARUH PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI MATERIAL SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

BAB III LANDASAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

pemakaian air (angka perbandingan air dan semen) yang

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Transkripsi:

Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa bahan kimia, serat, ataupun bahan buangan non-kimia. Campuran beton pada awalnya berbentuk plastis, jika dituang dalam cetakan dan kemudian dibiarkan akan mengeras seperti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa kimia PC dengan air (hidrasi) dan dalam kurun waktu yang cukup panjang, sehingga beton akan selalu bertambah keras sesuai dengan pertambahan umurnya. Batu tiruan ini cukup padat, rongga-rongga antara butiran besar (agregat kasar/krikil/batu pecah) diisi oleh butiran yang lebih halus (agregat halus/pasir). Sedang pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen (yang terbentuk oleh campuran PC dan air). Tugas utama pasta semen adalah sebagai perekat/pengikat antara butiran, sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa padat yang kompak. 21

Perekat Semen Bahan Aktif Air Pasta Semen Mortal Bahan Pasif / Pengisi Pasir Beton Kerikil Kekuatan, keawetan dan sifat-sifat beton yang lain dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan dasar pembentuknya, perbandingan campuran, cara pengadukan, cara pengerjaan selama pengecoran beton, cara pemadatan dan perawatan selama proses pengerasan. Kelebihan utama beton adalah mempunyai Kuat Tekan yang tinggi, sedangkan kekurangan beton adalah kuat tariknya rendah (hanya 9 15% kuat tekannya). Oleh sebab itu, pada bagian elemen struktur yang mengalami tarik diperkuat dengan memberi baja-tulangan, sehingga terbentuk suatu bahan struktur komposit disebut beton-bertulang. Beton tanpa tulangan disebut beton polos (plain concrete). 22

Membuat beton tidaklah hanya sekedar mencampur bahan-bahan dasar pembentuknya, tetapi untuk mendapatkan beton dengan kualitas yang baik, yang memenuhi persyaratan yang ketat, karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan/dilakukan dengan seksama sesuai SNI 03-2834-1993, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 03-3976-1995, Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton. Beton segar (fresh concrete) yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut, dituang dalam cetakan dan dapat dipadatkan, serta tidak cenderung terjadi segregasi (pemisahan butiran dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Beton (beton keras/hardened concrete) yang baik ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan perubahan volume/ kembang susut kecil. 23

(PC) Semen portland atau Portland Cement (PC) atau semen hidraulis merupakan bahan ikat yang banyak dipergunakan dalam pembangunan fisik. Nama Portland Cement diusulkan oleh Joseph Aspdin tahun 1824, karena berbentuk butiran yang berasal dari pulau Portland, Inggris. Produksi PC secara pabrikasi pertama kali dilakukan oleh David Saylor di Coplay, Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875. Semen portland disebut juga semen hidraulis karena kemampuannya mengikat/bereaksi dengan air dan mengeras didalam air. Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat, selain itu untuk mengisi rongga-rongga antar agregat sehingga menjadi suatu massa padat/kompak, walaupun jumlah semen hanya ± 10% volume beton. 24

25

1. Sifat-Sifat Semen diperoleh dengan membakar secara bersama, suatu campuran yang terdiri dari calcareous (mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan argillaceous (mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu. Kandungan semen portland adalah kapur, silika dan alumina. Ketiganya dicampur dengan perbandingan tertentu dan dibakar pada suhu 1550 o C sehingga menjadi klinker. Kemudian didinginkan, lalu di giling sampai halus, dimasukkan ke dalam kantong-kantong semen dengan berat 40 kg atau 50 kg. Butir-butir yang halus dari semen memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Pembuatan Klinker : proses kering : bahan-bahan dasar dicampur dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi bubuk kasar, lalu dibakar dalam tanur tinggi proses basah : bahan-bahan dasar dicampurkan dengan air dan digiling sampai halus, berupa bubur halur, lalu dibakar dalam tanur tinggi 26

Saat penggilingan klinker, ditambahkan sekitar 2-4% gips atau kalsium sulfat (CaSO 4 ) yang berfungsi sebagi pengontrol waktu ikat. Bahan tambah lain juga dapat diberikan untuk membentuk semen khusus. a. Susunan Kimia Bahan dasar semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika dan alumina, serta oksida besi. Tabel : Unsur Kimia Semen Biasa Oksida Persentase Kapur CaO 60 65 Silika SiO 2 17-25 Alumina Al 2 O 3 3-8 Besi Fe 2 O 3 0,5-6 Magnesia MgO 0,5-4 Sulfur SO 3 1-2 Soda / potash Na 2 O + K 2 O 0,5-1 Dalam produksi semen, oksida-oksida berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga terjadi perubahan susunan kimia yang komplek. Pada dasarnya terdapat 4 unsur yang paling penting, yaitu : 27

1. Trikalsium Silikat 3CaO.SiO 2 disingkat C 3 S 2. Dikalsium Silikat 2CaO.SiO 2 disingkat C 2 S 3. Trikalsium Aluminat 3CaO.Al 2 O 3 disingkat C 3 A 4. Tetrakalsium Aluminoferit 4CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 disingkat C 4 AF C 3 S dan C 2 S, keduanya 70 80% dari semen, merupakan unsur yang paling dominan dalam memberikan sifat semen. Jika semen terkena air, C 3 S segera berhidrasi dan menghasilkan panas, berpengaruh terhadap proses pengerasan semen terutama pada 14 hari pertama. Sedangkan C 2 S bereaksi lebih lambat dengan air, pengaruhnya setelah 7 hari dan memberikan kekuatan akhir, serta membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan mengurangi susut pengeringan. C 3 S membutuhkan air ± 24% dan C 2 S membutuhkan air ± 21% beratnya untuk terjadinya reaksi kimia/hidrasi. Saat hidrasi C 3 S membebaskan kalsium hidroksida hampir 3 kali lebih banyak dari yang dilepaskan C 2 S. 28

Bila prosentase C 3 S lebih tinggi akan menghasilkan proses pengerasan awal cepat yang membentuk kekuatan awalnya, disertai panas hidrasi yang tinggi. Sedang jika prosentasi C 2 S yang lebih tinggi, mengakibatkan proses pengerasan yang lambat, panas hidrasi yang lebih rendah, tetapi ketahanan serang kimia lebih baik. C 3 A berhidrasi secara exothermic dan bereaksi sangat cepat, serta memberikan kekuatan setelah 24 jam. Kebutuhan air untuk reaksi C 3 A ± 40% beratnya. Tetapi karena jumlah unsur ini sedikit, pengaruhnya terhadap jumlah air keseluruhan kecil. Unsur ini sangat mempengaruhi panas hidrasi (menjadi makin tinggi), baik pada pengerasan awal ataupun pengerasan selanjutnya dalam kurun waktu yang lama. Bila semen mengandung C 3 A > 10% akan kurang ketahanannya terhadap asam sulfat (SO 4 ), karena itu untuk semen tahan sulfat kandungan unsur ini harus 5%. Semen yang terkena asam sulphat didalam air atau tanah, disebabkan keluarnya C 3 A yang bereaksi dengan sulfat, akan mengembang sehingga terjadi retak-retak pada betonnya. 29

Kuat Tekan (MPa) Unsur C 4 AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau betonnya. 70 Jenis Semen Senyawa Kimia C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF C S 3 60 50 Normal 40% 30% 11% 11% Cepat Keras Panas Rendah Tahan Sulfat C = CaO : S = SiO 2 A = Al 2 O 3 : F = Fe 2 O 3 50% 21% 9% 9% 25% 45% 6% 14% 40% 40% 2% 9% C 2S C A 3 C 4 AF 0 0 20 40 60 80 100 Hubungan Umur dan Kuat Tekan Unsur-unsur Utama Semen (Mindess, 1981) Umur (hari) 40 30 20 10 30

b. Hidrasi Semen Jika semen bersentuhan dengan air, maka terjadilah proses hidrasi, baik arah ke luar maupun ke dalam. Hasil hidrasi mengendap di bagian luar, dan inti semen yang belum terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil. Reaksi tersebut berjalan lambat, sekitar 2 5 jam (disebut periode induksi atau tak aktif), sebelum terjadi percepatan setelah kulit permukaan pecah. Pada tahap hidrasi berikutnya, pasta semen terdiri dari gel (berbentuk butiran sangat halus dan luas permukaan yang sangat besar) dan sisasisa semen yang tidak bereaksi, kalsium hidroksida Ca(OH) 2 dan air, serta beberapa senyawa lain. Kristal-kristal dari berbagai senyawa yang dihasilkan membentuk suatu rangkaian tiga dimensi yang saling melekat secara random, lalu mengisi ruangan yang mula-mula ditempati air, menjadi kaku dan mengeras menjadi benda padat dan kuat, serta memiliki struktur berpori, ukuran pori mulai dari 4.10-4 mm sampai yang lebih besar, yang disebut poripori gel. Pori-pori pada pasta semen yang telah mengeras mungkin saling berhubungan (kapiler), mungkin juga tidak. 31

Setelah hidrasi berlangsung (pasta semen sudah mengeras), endapan hasil hidrasi pada permukaan butiran semen mengakibatkan difusi air kebagian dalam butir semen yang belum berhidrasi semakin sulit, sehingga laju hidrasi semakin lambat. Proses hidrasi sangat kompleks, tidak semua reaksi yang terjadi dapat diketahui. Untuk reaksi hidrasi unsur C 2 S dan C 3 S sbb. 2 C 3 S + 6 H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + 3 Ca(OH) 2 2 C 2 S + 4 H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + Ca(OH) 2 C 3 A + Air C A H + panas tinggi C 4 AF + gypsum + Air ettringite (menunda pengerasan) Hasil utama proses ini adalah C 3 S 2 H 3 yang disebut Tobermorite yang berbentuk gel. Terdapat juga beberapa butir yang bersifat seperti kristal didalam tobermorite. Karena proses hidrasi butir-butir semen berlangsung sangat lambat, penambahan air bila dimungkinkan masih diperlukan oleh bagian dalam butir-butir semen (terutama semen yang berbutir besar) untuk menyempurnakan proses hidrasi. Penelitian terhadap silinder beton, menunjukkan beton masih meningkat kekuatannya paling tidak untuk jangka waktu 50 tahun. 32

c. Kekuatan Pasta Semen : Kekuatan semen yang sudah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai waktu proses hidrasi. Jumlah air yang digunakan untuk proses hidrasi ± 25% berat semen. Penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Kelebihan air dari yang dipergunakan untuk proses hidrasi semen umumnya memang diperlukan pada pembuatan beton, agar adukan tercampur dengan baik, diangkut dengan mudah, dan dapat dicetak dan dipadatkan dengan baik (tidak keropos). Hendaknya selalu diusahakan jumlah air sesedikit mungkin, agar poripori sedikit sehingga kuat tekan beton tinggi, kelebihan air mengakibatkan pasta semen (beton) kekuatannya berkurang dan porous. Pada beton dikenal suatu nilai yang menunjukkan jumlah air yang diberikan pada beton, yaitu nilai faktor air semen (fas), berat air dibagi berat semen, pada beton normal nilai fas = 0,40 0,65. d. Sifat Fisik Semen. Sifat-sifat fisik semen yang penting adalah : 33

Kehalusan Butir (fineness) : reaksi semen dengan air dimulai dari permukaan butir semen, sehingga makin makin kecil butir-butir semen (jumlah luas permukaan makin besar), makin cepat proses hidrasinya. Berarti semen yang halus akan cepat menjadi kuat dan meningkatkan kohesi pada beton segar, dapat mengurangi bleeding, tetapi cenderung terjadi susut lebih besar dan mudah terjadinya retak susut. Menurut SII 0013-81, > 90% berat semen harus lolos ayakan lubang 0,09 mm, namun jika butir semen telalu halus, menyebabkan terjadinya hidrasi awal karena kelembaban udara. Waktu Ikat (setting time) : semen jika dicampur air akan menjadi bubur yang plastis, secara bertahap sifat plastis ini berkurang dan menjadi keras. Waktu dari pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal (initial setting time), dan waktu sampai pasta semen menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir (final setting time). Waktu ikat awal > 60 menit, dan waktu ikat akhir < 480 menit. 34

Panas Hidrasi. Silika dan Alumina dalam semen akan bereaksi dgn air dan menjadi media perekat, memadat, dan membentuk massa yang keras. Reaksi ini disebut hidrasi dan bersifat eksotermis dan mengeluarkan panas ± 110 kalori/gram. Pada pembetonan dengan massa besar, dapat terjadi perbedaan temperatur antara bagian luar dan dalam cukup besar yang dapat menyebabkan retak cukup besar. Pada daerah dingin, panas hidrasi tinggi menguntungkan karena mencegah air membeku dalam beton. Panas hidrasi didifinisikan sebagai kualitas panas dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi, waktu berlangsungnya dihitung sampai proses hidrasi berlangsung sempurna pada temperatur tertentu. Panas hidrasi dipengaruhi ketinggian temperatur. Untuk PC biasa panas hidrasi bervariasi antara 37 kalori/gram pada 5 o C sampai 80 kalori/gram pada 40 o C, dan ± 60% dari panas total dibebaskan pada 1-3 hari pertama, ± 80% sampai hari ke tujuh, dan sekitar 90 95% dalam jangka waktu 6 bulan. Laju hidrasi dan peningkat panas juga dipengaruhi oleh peningkatan kehalusan butir semen, walaupun kuantitas total panas tidak dipengaruhi oleh kehalusan butir tersebut. 35

Berat Jenis. Umumnya berat jenis semen adalah 3,15 dan berat jenis ini dipergunakan dalam perencanaan campuran beton. e. Sifat Kimia Semen Kesegaran Semen. Kehilangan berat merupakan ukuran kesegaran semen, terjadi karena kelembaban (mengakibatkan pre-hidrasi semen) dan adanya karbon dioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. Hidroksida dan karbon dari kapur serta magnesium bukan merupakan unsur perekat, tetapi unsur pengisi, semakin sedikit kehilangan berat berarti makin sedikit unsur pengisi, berarti semen semakin baik. Sisa yang Tidak Larut. Sisa bahan yang tidak habis bereaksi adalah bagian yang tidak aktif dari semen. Semakin sedikit sisanya, maka semakin baik semennya. Nilai sisa bahan tidak larut < 1,50%. 36

2. Jenis-jenis Jenis I : untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Jenis II : yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang Jenis III : yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal yang tinggi Jenis IV: yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi rendah Jenis V : yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat. Jenis Semen Kandungan Kimia (%) C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF CaSO 4 CaO MgO Jenis I 49 25 12 8 2,9 0,8 2,4 Jenis II 46 29 6 12 2,8 0,6 3 Jenis III 56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 Jenis IV 30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 Jenis V 43 36 4 12 2,7 0,4 1,6 37

Jenis I, digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Jenis II, relatif sedikit melepaskan panas, di gunakan untuk struktur besar, untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau pondasi yang tertanam di dalam tanah yang mengandung air agresif, saluran air buangan dan bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa. Jenis III, mengandung kadar C 3 A dan C 3 S yang tinggi dan butirannya sangat halus, cepat mengalami hidrasi, sehingga mencapai kekuatan awal tinggi dalam umur 3 hari. Jenis ini dipergunakan pada daerah dingin, terutama daerah yang mempunyai musim dingin. Jenis IV, merupakan semen dengan panas hidrasi rendah, dimana kadar C 3 S 35% dan C 3 A 5%. Dipergunakan untuk pembetonan yang besar dan masif, seperti bendung, pondasi berukuran besar, dll. Jenis V, merupakan semen tahan sulfat, digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif dan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat yang tinggi. 38

Puzolan (PPC), adalah campuran semen portland dengan pozolan. Kandungan PC 85 60% dan puzolan 15 40% berat total campuran, dan puzolan mengandung (silika atau silika dan alumina) SiO 2 + Al 2 O 3 + F 2 O 3 minimum 70%. PPC menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah dari pada PC, mempunyai ketahan yang tinggi terhadap agresi sulfat, tetapi kecepatan pertambahan kekuatan relatif rendah, lebih workable dibanding PC pada nilai slump yang sama. Kuat tekan setara PC pada umur 28 hari baru tercapai pada umur 90 hari. Puzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuknya yang halus dan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu biasa, membentuk senyawa yang memiliki sifat-sifat seperti semen (kalsium silikat dan kalsium aluminat hidrat) SPP jenis A : dapat digunakan untuk berbagai adukan beton, bersifat tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang. SPP jenis B : dapat digunakan untuk pembuatan adukan beton yang tidak mensyaratkan kekuatan awal tinggi, tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah. 39

3. Penyimpanan Semen Semen dapat dijaga mutunya dalam jangka waktu tidak terbatas, asalkan tidak tersentuh uap air. Semen yang berhubungan dengan udara akan menyerap air secara perlahan yang dapat merusak semen. Penyerapan 1-2% air tidak terlalu mempengaruhi kualitas semen, tetapi dapat memperlambat proses pengerasan dan mengurangi kekuatan. Jika semen diletakkan langsung diatas tanah akan lebih reaktif, semen lebih cepat menyerap uap air dari kelembaban sekeliling. Semen curah disimpan dalam silo/kontainer penyimpanan dari baja atau beton. Umumnya hanya bagian luar setebal ± 5 cm yang mengeras (penyimpanan cukup lama), harus dibuang. Semen dalam kantong dapat juga disimpan dengan aman untuk beberapa waktu, diletakkan diatas lembaran alas yang kedap air, dinding dan lantai tidak porous, jarak bebas terhadap lantai ± 30 cm dan jarak bebas dengan dinding ± 50 cm, serta jendela ditutup rapat. Tinggi timbunan tidak lebih dari 200 cm, agar kantong tidak pecah. Sekali semen disimpan harus tidak boleh diganggu sampai semen akan dipergunakan. 40