I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT EFFLUENT RANUT (REAKTOR ANAEROBIK UNGGUN TETAP) MENGGUNAKAN TEKNIK ELEKTROKOAGULASI T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

Kombinasi Reaktor Elektrokoagulasi dan Bioadsorber Untuk Penyisihan Kontaminan Dalam Limbah Cair PKS

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kailan termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2015 dan berakhir pada bulan agustus 2015.

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROFLOKULASI

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS) (Naibaho, 1999) atau sekitar 65 % dari TBS (Herawan, 2009). Saat ini diperkirakan jumlah limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) di Indonesia mencapai 28,7 juta ton (Isroi, 2008). Jumlah LCPKS yang besar dan kandungan bahan organiknya yang tinggi (80%) (DITJEN PPHP, 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk menghasilkan produk lain, salah satunya adalah pemanfaatan LCPKS untuk menghasilkan biogas. Teknik pemanfaatan LCPKS untuk menghasilkan biogas yang up to date saat ini adalah teknik Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT). Penggunaan RANUT untuk pengolahan LCPKS telah dilakukan pada skala prototip dengan kapasitas reaktor 10 M 3 (Erwinsyah, dkk., 2008). Adapun limbah/bahan baku yang digunakan yaitu LCPKS yang berasal dari fat pit, dengan kadar COD 40.000-120.000 ppm dan TSS 15.000-40.000 ppm (Tobing dan Poeloengan, 2000). Dalam tangki RANUT, terjadi biodegradasi bahan-bahan organik mencapai + 90 % (Wulfert, dkk., 2000). Pencapaian efisiensi ini dapat menjadi pertimbangan untuk perancangan reaktor skala penuh. Walaupun teknik RANUT memberi keuntungan dalam menghasilkan biogas, namun hasil penelitian mendapati bahwa karakteristik effluent RANUT belum memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Kadar COD pada efluen RANUT yaitu 1

1500-4000 mg/l, ph 6,5 bahkan lebih, dan TSS di atas 250 mg/l (DITJEN PPHP, 2006; Wulfert, dkk., 2000). Suatu penelitian telah menggunakan RANUT dengan kapasitas tangki + 250 L, laju alir umpan 144 L/hari dan waktu retensi 1,7 hari. Efisiensi perombakan bahan organik optimum yang diperoleh adalah 90% dengan kandungan COD pada effluent 1173 mg/l, TSS 287 mg/l dan ph 6,8 (Yuliasari, dkk., 2001). Oleh sebab itu, perlu ada pengolahan lebih lanjut terhadap limbah cair effluent RANUT agar dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk pengolahan limbah cair effluent RANUT adalah teknik elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi (EC) bukan merupakan teknologi terbaru. Pengolahan air menggunakan listrik pertama dilakukan di Inggris pada tahun 1889. Proses pengolahan air bilge dari kapal-kapal telah dipatenkan pertama kali oleh A. E. Dietrich pada tahun 1906 (Hanupurti, 2008). Di Indonesia, penggunaan teknik elektrokoagulasi telah banyak dilakukan dalam penelitian untuk pengolahan berbagai limbah (tekstil, batik, pencucian jeans, rumah potong hewan, limbah domestik, limbah logam, lindi, dll) dan juga air (air sumur, air gambut) untuk penyisihan berbagai polutan dalam limbah tersebut, dengan efisiensi penyisihan yang bervariasi untuk setiap polutan, namun untuk COD, TSS, turbiditas dan warna memberikan efisiensi 70-95 %. Sunardi (2007) telah menggunakan proses elektrokoagulasi untuk reduksi kadar Pb, Cd dan TSS pada limbah B3 dengan variasi tegangan listrik (6, 8, 10 dan12) Volt, dan kecepatan alir (6,720; 17,600; 19,140; 23,660 dan 37,300) ml/s, sedangkan waktu operasi tetap 60 menit dan ph 6,5. Diperoleh hasil terbaik yaitu pada tegangan 2

12 volt dan kecepatan aliran 6,720 ml/det dengan efisiensi yaitu; Pb 99,845%, Cd 98,938% dan TSS 95,004 %. Kandungan material organik pada lindi sangat tinggi, dimana COD mencapai 1500-71000 mg/l. Purbaningsih (2009) melakukan penelitian dengan proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda besi (Fe) dan karbon untuk menurunkan kekeruhan, warna, COD dan chlorida (Cl - ), dengan variasi jarak dan kuat arus dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. Penurunan tertinggi dari tiap parameter adalah; kekeruhan 91,52% dalam kondisi basa (ph 11), warna 88,70%, COD 91,40% dan klorida 50,70%, dengan jarak elektroda 1,5 cm, kuat arus 4 A dan dengan pengadukan. Simanjuntak (2007) melakukan penelitian untuk pengolahan limbah domestik dengan menggunakan elektroda Al, Fe, Zn, potensial listrik sebesar 8, 10, 12, 16, dan 20 volt, pada tiga ph, yakni 6, 7, dan 8, dan waktu kontak tetap, yakni 90 menit. Ia mendapati bahwa logam Fe paling efektif untuk penanganan warna, dengan efisiensi 93%-98%. Sedangkan untuk kekeruhan, Al adalah elektroda paling efektif dengan efisiensi 87%, dan potensial optimum sebesar 12 volt. Rentang ph 6-8 ternyata mempunyai pengaruh yang praktis sama terhadap penurunan warna. Sedangkan untuk penanganan kekeruhan, diperoleh bahwa ph yang optimum adalah 6. Berbagai penelitian juga mendapati bahwa aplikasi teknik ini lebih singkat dan berwawasan lingkungan karena pada proses ini tidak ada penambahan bahan kimia, proses ini lebih banyak melibatkan proses fisika. Selain itu teknik ini lebih ekonomis karena listrik yang digunakan relatif kecil. Dengan kelebihan dan pencapaian nilai efisiensi ini, maka dimungkinkan untuk aplikasi teknik ini pada skala yang lebih besar. 3

Berdasarkan uraian di atas, dengan memvariasikan jenis material elektroda, tegangan, dan jarak elektroda, peneliti ingin menggunakan teknik elektrokoagulasi sebagai tahap lanjutan dari RANUT untuk mengolah effluent agar dapat memenuhi persyaratan baku mutu air limbah. Peneliti ingin mengetahui perubahan ph limbah dan efektifitas teknik ini dalam menurunkan kadar COD, TSS, warna, dan turbiditas. TSS, COD dan ph termasuk parameter yang dipantau pada baku mutu LCPKS, sedangkan parameter warna dan turbiditas diketahui bahwa keduanya memiliki keterkaitan dengan kadar TSS (Effendi, 2003). 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Berapakah persentasi penurunan tertinggi kadar COD, TSS, warna, dan turbiditas, serta bagaimana perubahan ph akhir limbah pada pengolahan limbah cair effluent RANUT menggunakan teknik elektrokoagulasi? b. Berapakah tegangan dan jarak elektroda yang optimum, serta material elektroda manakah yang menghasilkan penurunan respon polutan tertinggi? c. Kombinasi level mana dari setiap faktor yang memberikan persentasi penurunan tertinggi terhadap parameter respon? d. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari interaksi antar perlakuan terhadap respon yang diamati dalam rancangan percobaan ini? 4

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit effluent RANUT menggunakan teknik elektrokoagulasi. Adapun tujuan khusus dilakukannya penelitian ini antara lain adalah: a. Untuk mengetahui persentasi penurunan kadar COD, TSS, warna, dan turbiditas, serta perubahan ph akhir limbah pada pengolahan limbah cair effluent RANUT menggunakan teknik elektrokoagulasi. b. Untuk mengetahui tegangan dan jarak elektroda yang optimum, serta material elektroda yang menghasilkan penurunan respon polutan yang tertinggi. c. Untuk menentukan kombinasi level dari setiap faktor yang memberikan persentasi penurunan tertinggi terhadap parameter respon. d. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari interaksi antar perlakuan terhadap respon yang diamati dalam rancangan percobaan ini. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya pada bidang teknik pengolahan limbah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai alternatif teknik pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit effluent RANUT yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Terakhir penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan referensi dan tolak ukur peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 5

1.5. Lingkup Penelitian Limbah cair yang diolah dalam penelitian ini adalah limbah cair pabrik kelapa sawit yang telah melewati proses anaerobik dalam Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT). Pengolahan dilakukan dengan menggunakan teknik elektrokoagulasi. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial. Adapun Variabel bebas yang dipilih pada penelitian ini adalah: Jenis material elektroda : Al, Zn, Fe Tegangan Jarak elektroda : (11; 12 ; 13) Volt : (1,0; 1,5; 2,0) cm Sedangkan waktu retensi dibuat tetap 3 jam, dan ph dibuat 6.5. Percobaan dilakukan dalam reaktor batch dengan volume aktif reaktor 2000 ml. Variabel terikat sebagai respon yang diamati dari proses ini adalah penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) (HACH Method 8000), Total Suspended Solid (TSS) (SNI 06-2413- 1991), warna (Method 8025), dan turbidity (Nephelometric), serta ph akhir limbah (ph meter SensIon156). Standar mutu limbah cair yang digunakan sebagai acuan dan uji kualitas proses adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/Kep- MenLH/10/1995, tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Minyak Sawit (Tabel 2.2). 6