BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PERATURAN DAERAH

SKRIPSI ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Peraturan Pres

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN.

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.35/MEN/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 14 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN MASUK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN

Moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENCURIAN IKAN OLEH KAPAL ASING DIPERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF BERDASARKAN UNDANG-

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N. sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

CAPAIAN IMPLEMENTASI EMPAT FOKUS AREA RENCANA AKSI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG KAWASAN PARIWISATA PESISIR PANTAI LASUSUA TOBAKU

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 14

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DI KABUPATEN BARITO KUALA

BAB 1 PENDAHULUAN. kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau dan wilayah laut yang sangat luas dengan letak geografis yang sangat strategis karena berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan diapit oleh dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia sehingga letak Indonesia ini dianggap sangat penting dari segi politis, ekonomi maupun dari segi pertahanan kemanan. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki jumlah pulau tak kurang dari 17.508 pulau besar dan kecil. Terdapat 5 (lima) pulau besar yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua (Irian). Tiga pulau besar terdapat dikawasan barat Indonesia dan dua pulau lainnya berada dikawasan timur Indonesia. Wilayah Indonesia terdiri atas 65 (enam puluh lima) persen wilayah laut dengan perincian total perairan laut seluas 5,8 juta km2, perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km2. 1 Wilayah laut yang demikian luas tentu saja menyimpan banyak keanekaragaman sumber daya alam, seperti sumber daya perikanan, sumber daya hutan mangrove, terumbu karang, minyak bumi, mineral maupun barang tambang 1) Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Graha Ilmu. 2006. Hlm 65 1

lainnya.keanekaragaman kekayaan alam ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus baik dari segi pengelolaannya, pelestarian maupun dari segi pengamanannya. 2 Berdasarkan konstitusi, segenap sumberdaya alam tersebut harus dikelola sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun disaat yang sama pula kelestariannya tetap terjaga. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33 (3) disebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3 Berpedoman pada prinsip negara hukum dan ciri negara hukum maka asas legalitas sangat berperan serta posisi pembentuk undang-undang sangat penting. Melalui asas legalitas segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah termasuk dalam pembentuk hukum didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.. Adanya pengaturan wewenang perizinan di wilayah laut yang merupakan wewenang daerah didasarkan pada Pasal 18 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untukmengelola sumber daya di wilayah laut. 4 2) Sopyan Kadir. 2013.UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENGAWAS PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA GORONTALO. Skripsi Tidak Di Terbitkan 3) Daliyo, Zainal fatoni, Soewartoyo, Sumono. Pelestarian sumber daua laut, partisipasi dan kesejahtraan penduduk di kawasan pesisir. PT. LEUSERCITA PUSTAKA. 2011. Hlm 1 4) Nirahua Salmon. HUKUM PERIZINAN Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Wilayah Laut Daerah.PT. Raja Grafindo Persada. 2013 Hlm 79 2

Berdasarkan hasil wawancara Wiranto Kahar S. AP. (PPNS) bidang perikanan mengatakan bahwakota Gorontaloyang terdiri dari 9( sembilan ) Kecamatan ini merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Teluk Tominidegan kode Wilayah Pengeloloaan Perikanan 715 yang mempunyai luas wilayah 59.500 km 2 atau 0,65% dari luas Kota Gorontalo. mempunyai batas-batas wilayah, sebeh sebelah timur sampai pada Kabupaten Bone Bolango dan sebelah barat sampai pada Kabupaten Gorontalo dengan panjang garis pantai + 15 km terbentang dari Kelurahan Leato Selatan sampai Kelurahan Tanjung Keramat dan 2 Mil dari garis patai, dengan luas perairan yang di awasi khusus perairan Kota Gorontalo kurang lebih 48 KM 2 dengan penghasilan laut memproduksi ikan setiap tahun 13,068 ton, Ir. Abd Madjid Rasyid Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap mengatakan dengan jumblah nelayan kurang lebih 4000 jiwa, yang produksi tangkap di perairan umum 78 ( tujuh puluh delapan ) ton di wilayah perairan Kota Gorontalo. Mengacu pada pemikiran bahwa wewenang pemerintah daerah dalam penegakan hukum illegal fishing di wilayah laut secara yuridis formal telah di tetapkan dalam perundang-undagan, maka dalam kaitanya dengan pengelolaan sumber daya alam di wilayah laut tersebut, pemerintah daerah berwenang mengeluarkan izin untuk kegiatan dalam batas wilayah daerah. Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan 3

Negara Republik Indonesia di atur pula kewenangan penerbitan izin pada Pasal 14 menyebutkan bahwa: 1) Menteri melimpahkan kewenangan penerbitn izin usaha perikanan tangkap kepada direktur jendral, gubernur, dan bupati atau wali kota sesuai kewenanganya. 2) Bupati atau walikota sebagaimana yang dimaksud berwenang menerbitkan: a. SIUP, SIPI dan SIKPI untuk kapal perikanan dengan ukuran 5 (lima) GT sampai dengan 10 (sepuluh) GT untuk orang yang berdomisili di wilayah administrasinya dan beroperasi pada perairan tempat kabupaten / kota tersebut berkedudukan, serta tidak menggunakan modal asing dan / atau tenaga kerja asing. Izin dalam pengelolaan perikanan yang di maksuddi atur dalam Pasal 1 (satu) ayat (16), (17), (18) UU No. 31 Tahun 2004jo UU No. 45 Tahun 2009 menyatakan bahwa: Surat Izin usaha perikanan, yang selanjutnya disebut SIUP, adalah izintertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usahaperikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut. Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya di sebut SIPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. 4

Surat izin kapal pengangkut ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan. Berkaitan dengan kegiatan dibidang perikanan saat ini terdapat beberapa penyimpangan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan tindakpidana. Perbuatan tersebut dapat berupa penangkapan ikan secara illegal (illegal fishing), penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat yang tidak sesuai dengan standar atau membahayakan, mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya alam bidang perikanan seperti penggunaan pukat harimau, bom ikan atau alat-alat lain yang dianggap membahayakan. Berdasarkan penilitian awal calon peneliti menemukan bahwa di wilayah perairan Kota Gorontalo beberapa tahun ini banyak perbuatan tindak pidana di bidang perikanan terutama di bidang perizinan, Berdasarkan hasil wawancara Wiranto Kahar S. AP. (PPNS) bidang perikanan mengatakan bahwa Kota Gorontalo 3 tahun sesuai data memiliki kasus kurang lebih 75 kasus SIPI, SIUP, SIKPI yang berkisaran dari 5 GT 10 GT di mana pada tahun 2013 untuk kategori khusus perizinan memiliki kasus sebanyak 25 kasus, di tahun 2014 memiliki kasus sebanyak 26 kasus dan di tahun 2015 memiliki kasus sebanyak 24 kasuspenangkapan ikan secara illegal dengan kapal kapal lokal yang kebanyakan tidak mengantongi izin dari pemerintah seperti adanya SIUP, SIPI, SIKPI, tetapi sudah tidak berlaku dan ada juga yang tidak memiliki SIPI, SIUP, SIKPI. 5

Jenis pelanggaran 1 Setiap orang melakukan usaha perikanan tidak memiliki SIUP (Pasal 26 ayat 1) 2 Setiap orang yang melakukan penangkapan ikan tidak memiliki SIPI (Pasal 27 ayat 1) 3 Setiap orang yang mengangkut ikan tidak memiliki SIKPI (Pasal 28 ayat 1) 4 Setiap orang yang menggunakan SIUP, SIPI, SIKPI (Pasal 28 A) Sangsi Penjara 10 Tahun Denda 1,5 Miliyar Penjara 6 Tahun Denda 2 Miliyar Penjara 5 Tahun Denda 1,5 Miliyar Penjara 7 Tahun Denda 3 Meliyar Salah satu upaya pemerintah dalam melindungi dan menjaga sumberdaya perikanannya adalah dengan membentuk institusi pengawas perikanan yang bernaung dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan.Pengawas perikanan merupakan ujung tombak pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia.Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas perikanan langsung bersinggungan dengan berbagai pihak di bidang perikanan. Pengawas Perikanan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan.pengawasan tertib pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang di awasi meliputi Kegiatan Penangkapan Ikan. 5 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Pasal 66 disebutkan bahwa pengawas perikanan memiliki fungsi sebagai penegak hukum atas tindak pidana di bidang perikanan. pengawas perikanan di antaranya berwenang: 5) Loc. cit hlm 3 6

a. Memverifikasi kelengkapan dan keabsahan SIPI, SIUP dan SIKPI. Keberadaan pengawas perikanan yang merupakan amanat dari Undang-Undang tersebut membawa harapan akan menjadikan penegakan hukum di bidang perikanan menjadi lebih baik dan efektif sehingga tindak pidana bidang perikanan dapat ditanggulangi terutama di bidang perizinan. Berdasarkan uraian di atas calon peneliti melakukan penelitian dengan judul PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENEGAKAN HUKUM ILLEGAL FISHING DI PERAIRAN KOTA GORONTALO 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas calon peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengawasan pemerintah daerah dalam penegakan hukum illegal fishing di perairan Kota Gorontalo? 2. Kendala apa yang menghambat pengawasan pemerintah daerah dalam penegakan hukum illegal fishing di Perairan Kota Gorontalo? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejauh mana pengawasan pemerintah daerah dalam penegakan hukum illegal fishing di periran Kota Gorontalo. 2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat pengawasan pemerintah daerah dalam penegakan hukum illegal fishing di perairan Kota Gorontalo. 7

1.4 Manfaat Penelitian a. Dari segi praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak serta memberikan kontribusi sehingga dapat dijadikan bahan masukan terkait dengan persoalanpenegakan hukum illegal fishing di perairan Kota Gorontalo. b. Dari segi akademisi Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademisi, khususnya dalam pengembangan ilmu hukum sehingga dapat melahirkan sarjana-sarjana hukum yang berkualitas. 8