Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

dokumen-dokumen yang mirip
.:::: Powered By Ludarubma ::::. G A H A R U

G A H A R U, SNI

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Biji kakao AMANDEMEN 1

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bambu lamina penggunaan umum

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Semen portland komposit

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Susu segar-bagian 1: Sapi

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Analisis kadar abu contoh batubara

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji sifat tahan lekang batu

Bibit sapi perah holstein indonesia

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Cara uji daktilitas aspal

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Rambu evakuasi tsunami

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji berat jenis aspal keras

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Tuna dalam kemasan kaleng

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Pupuk kalium klorida

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Kayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Air demineral SNI 6241:2015

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Cara uji penetrasi aspal

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

SERI PAKET IPTEK PENYUSUNAN STANDAR MUTU GAHARU. Gunawan Pasaribu, S.Hut., M.Si Ir.Totok K. Waluyo, M.Si Prof. Ris. Dr. Gustan Pari, M.

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Air mineral SNI 3553:2015

Kayu gergajian daun jarum Bagian 2: Cara uji

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Terasi udang SNI 2716:2016

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Sosis ikan SNI 7755:2013

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji

Air mineral alami SNI 6242:2015

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

SNI Standar Nasional Indonesia

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Gaharu ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional

Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun hardcopy tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221 5747043 Fax. +6221 5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Simbol dan singkatan istilah... 1 4 Spesifikasi... 2 5 Klasifikasi... 2 6 Cara pemungutan... 2 7 Syarat mutu... 2 8 Pengambilan contoh... 4 9 Cara uji... 4 10 Syarat lulus uji... 5 11 Syarat penandaan... 5 Tabel 1 - Persyaratan mutu gubal gaharu... 3 Tabel 2 - Persyaratan mutu kemedangan... 3 Tabel 3 - Persyaratan mutu serbuk gaharu... 3 Tabel 4 - Jumlah gaharu contoh uji... 4 i

Prakata Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-5009.1 1999 Gaharu. Alasan revisi standar ini karena adanya perubahan keadaan di lapangan. Dengan adanya standar ini, maka standar SNI 01-5009.1 1999 Gaharu, sudah tidak berlaku lagi. Standar ini telah dibahas dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 11 Agustus 2009 di Jakarta. yang dihadiri oleh wakil-wakil dari instansi terkait, lembaga penelitian/balai pengujian, produsen dan konsumen. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis (PT) 65 02 Hasil Hutan bukan kayu. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 14 April 2010 sampai dengan tanggal 13 Juli 2010 dengan hasil akhir RASNI ii

1 Ruang lingkup Gaharu Standar ini menetapkan spesifikasi, klasifikasi, cara pemungutan, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, dan syarat penandaan pada gaharu. 2 Istilah dan definisi 2.1 damar kayu sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan 2.2 gaharu sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar resin wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. (Nama daerah : karas, alim, garu, dan lain-lain) 2.3 gubal gaharu kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan resin wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitamhitaman berseling coklat 2.4 kemedangan kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan resin wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak 2.5 serbuk gaharu serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan 3 Simbol dan singkatan istilah - adalah tidak dipersyaratkan TG.C adalah tanggung C Sb adalah sabah kg adalah kilogram g adalah gram 1 dari 5

4 Spesifikasi Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan, dan serbuk gaharu. 5 Klasifikasi 5.1 Gubal gaharu dibagi dalam 5 (lima) kelas mutu, yaitu : a) Double super b) Super A c) Super B d) Super tanggung A (under water) e) Super tanggung B (up water) 5.2 Kemedangan dibagi dalam 6 (enam) kelas mutu, yaitu : a) Sabah b) Kemedangan A c) Kemedangan B d) TG.C e) Kemedangan hijau f) Kemedangan putih 5.3 Serbuk gaharu dibagi dalam 2 (dua) kelas mutu, yaitu : a) Serbuk gubal b) Serbuk kemedangan 6 Cara pemungutan 1) Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut; 2) Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu; 3) Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya, dan bentuknya; 4) Agar warna potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok; 5) Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuatan abu gaharu. 7 Syarat mutu 7.1 Persyaratan umum Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk. 2 dari 5

7.2 Persyaratan khusus Persyaratan khusus mutu gaharu, dapat dilihat berturut pada Tabel 1,Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 1 - Persyaratan mutu gubal gaharu Aroma No Mutu Warna Bobot (dibakar) Hitam merata dan Double super mengkilat Tenggelam halus Hitam mengkilat tidak Super A merata Tenggelam lembut 1 Super B Hitam, tidak mengkilat Melayang Gubal gaharu Super tanggung A Hitam Melayang (under water) Super tanggung A Hitam Terapung (up water) Tabel 2 - Persyaratan mutu kemedangan No Mutu Warna Bobot 1 Kemedangan Aroma (dibakar) Sabah Coklat kehitaman Melayang Kemedangan A Kemedangan B TG.C Kemedangan hijau Kemedangan putih Coklat bergaris hitam Coklat bergaris putih tipis Kecoklatan bergaris putih lebar Kecoklatan bergaris hijau Putih keabu-abuan garis hitam tipis Tabel 3 - Persyaratan mutu serbuk gaharu Melayang Melayang Terapung Melayang Terapung pedas No Mutu Warna Aroma (dibakar) 1 Serbuk gaharu Serbuk gubal Hitam kecoklatan Serbuk kemedangan Putih kecoklatan Agak wangi 3 dari 5

8 Pengambilan contoh Pengambilan contoh kayu atau serbuk gaharu untuk keperluan pemeriksaan dilakukan secara acak, dengan jumlah contoh uji seperti tercantum pada Tabel 4. 9 Cara uji 9.1 Prinsip Tabel 4 - Jumlah gaharu contoh uji No Jumlah populasi Jumlah contoh uji 1 < 100 kg 15 g 2 100 1 000 kg 100 g 3 > 1 000 kg 200 g Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) dengan mengutamakan kesan warna, bobot dan kesan bau (aroma) apabila dibakar. 9.2 Peralatan Peralatan yang digunakan meliputi meteran, pisau, bara api, kaca pembesar (lup) ukuran perbesaran 10 kali, dan timbangan. 9.3 Syarat pengujian Kayu gaharu yang akan diuji harus dikelompokkan menurut sortimen yang sama. Khusus untuk abu gaharu dikelompokkan menurut warna yang sama. Pengujian dilaksanakan di tempat terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu atau abu gaharu. 9.4 Pelaksanaan pengujian 9.4.1 Penetapan warna Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan menilai ketentuan warna, lebih tua warna kayu, menandakan kandungan damar semakin tinggi. 9.4.2 Penetapan bobot Penilaian terhadap bobot kayu gaharu adalah dengan memasukkannnya ke dalam air, semakin tenggelam kayu gaharu menandakan semakin besar nilai bobot kayu gaharu. 9.4.3 Penetapan aroma Penilaian terhadap aroma gaharu adalah : a) memotong sebagian kecil dari kayu gaharu atau mengambil sejumput abu gaharu; b) membakar hasil potongan atau abu gaharu tersebut. 4 dari 5

Kandungan damar wangi yang tinggi dapat dilihat dari hasil pembakaran, yaitu kayu atau abu gaharu tersebut meleleh dan mengeluarkan aroma yang wangi dan kuat; mencium aroma gaharu setelah dibakar. Semakin wangi halus aroma yang dihasilkan dari pembakaran gaharu menandakan semakin tinggi kualitasnya. 9.4.4 Penetapan mutu Penetapan mutu kayu gaharu adalah dengan cara penilaian terhadap warna, bobot kayu, dan aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sedangkan untuk abu gaharu dengan cara menilai warna dan aroma. 9.4.5 Penetapan mutu akhir Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut salah satu persyaratan mutu berdasarkan karakteristik kayu gaharu. 10 Syarat lulus uji Kayu gaharu atau serbuk gaharu yang telah diuji atau diperiksa, dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. 11 Syarat penandaan Pada kemasan kayu atau serbuk gaharu yang telah selesai dilakukan pengujian harus diterakan : nomor kemasan berat kemasan sortimen mutu nomor SNI tanda pengenal perusahaan (TPT) 5 dari 5