Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2016

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

B. Dasar Penyusunan Modul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

PANDUAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

DESAIN INDUK GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS

STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013)

GERAKAN LITERASI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. hingga remaja lebih suka menggunakan gadget untuk bermain game daripada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih baik. Semula literasi hanya diartikan sebagai kemelek-hurufan. Namun hal ini

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU (KPPG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu tempat menimba ilmu, belum sepenuhnya

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh peserta didik. Membaca, melalui kegiatan tersebut peserta didik akan

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MELALUI GERAKAN LITERASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN. Glenn Doman dalam bukunya How to Teach your Baby to Read yang dikutip oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kemampuan membaca, prestasi belajar dan prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

Budaya Literasi Menjadi Inspirasi CerdasTerhadap Kreativitas Menulis Peserta Didik SMA Negeri 2 Pangkajene

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

KARYA ILMIAH UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH MELEK LITERASI MELALUI GELIS BATUK. Diajukan untuk Mengikuti Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

PANDUAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari satu tempat ke seluruh penjuru dunia terjadi dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PANDUAN LOMBA PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata-kata kunci: literasi, media, minat baca

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa bukan hanya tugas pendidikan formal saja, tetapi pendidikan nonformal. terutama masyarakat sasaran pendidikan nonformal.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keilmuan. Membaca merupakan kebiasaan yang diperoleh setelah seseorang

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

Pembentukan Tim Literasi Sekolah di SMP

RENCANA TINDAK LANJUT GERAKAN LITERASI SEKOLAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJAAN MATEMATIKA DAN SAINS: PENDEKATAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urip Nurdiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa salah satunya bergantung pada sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

FORMAT SILABUS PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENDUKUNG GERAKAN LITERASI SEKOLAH Oleh: Asmuddin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Oleh: Laila Rahmawati, S.Ag, SS., M.Hum Disampaikan pada: Sosialisasi Sekolah Aman dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Program Sekolah Rujukan SMAN 2 Kuala Kapuas Kuala Kapuas, 20 September 2016

Abstrak Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini. Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Komponen literasi meliputi Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), dan Literasi Visual (Visual Literacy) Ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA, meliputi lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi);lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMA; dan lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah) 10 Tips Cara Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah : Program satu bulan satu buku dan diskusi hasil resensi buku bagi Guru, Membaca Senyap 15 menit setiap hari, Program Perpustakaan kelas atau Pojok Baca, Pengadaan Buku bacaan berkualitas, Program Kunjungan ke pameran buku, Kunjungan ke Perpustakaan Daerah. Kunjungan ke Penerbit terdekat, Tantangan (Challenge), dan Writing Contest dan penerbitan buku. Kata Kunci : Literasi, Informasi, GLS, Literasi Teknologi, Literasi Perpustakaan

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah A. Pendahuluan Literasi informasi yang digunakan di sini merupakan terjemahan kata information literacy. Sebelum ini istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia adalah melek huruf, kemelekan huruf (Glosarium, 2007). Jadi Literasi informasi berkaitan erat dengan keterampilan membaca. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini. Dalam konteks internasional, pemahaman membaca tingkat sekolah dasar (kelas IV) diuji oleh Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA-the International Association for the Evaluation of Educational Achievement) dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang dilakukan setiap lima tahun (sejak tahun 2001). Selain itu, PIRLS berkolaborasi dengan Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) menguji kemampuan matematika dan sains peserta didik sejak tahun 2011. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Uji literasi membaca mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Dalam PIRLS 2011 International Results in Reading, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA, 2012). Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke- 57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan

skor 396 (skor ratarata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Data PIRLS dan PISA, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah. Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat. Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 B. Pengertian 1. Pengertian Literasi Sekolah Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. Secara luas, literasi yang dimaksud di sini bukan sekedar membaca dan menulis, ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat, literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya (UNESCO, 2003) 2. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat adalah sekolah yang menyenangkan dan ramah anak, terlihat dari semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melibatkan publik artinya melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara umum adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah: a) Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. D. komponen literasi informasi Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/infolit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dasar, literasi

perpustakaan,literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1) LiterasiLiterasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. 2) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah. 3) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan. 4) Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan

teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat. 5) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan. E. Ruang lingkup dan Tahapan GLS di SMA, meliputi: Ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA, meliputi 1) lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi); 2) lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMA; dan 3) lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah) Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan literasi di SMA terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran

F. Cara Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah. Dalam konteks SMA, contoh kegiatan literasi dipaparkan sebagai berikut:kegiatan Tahap Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Bagaimana Agar GLS bisa terlaksana? Diperlukan Peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah guru sebagai pendidik, dan pustakawan sebagai tenaga kependidikan (pustakawan ) Mengembangkan Budaya Literasi di lingkungan sekolah memang tidak mudah, tapi bukan berarti kita diam dan tidak melakukan apa-apa. Budaya literasi di sekolah bisa dikembangkan dengan berbagai kegiatan menarik yang

bisa membuat guru dan siswa bisa terlibat langsung di dalamnya. Berikut ini adalah 10 Tips Cara Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah (https://motivatorkreatif.wordpress.com/2016/02/01/10-caramengembangkan-budaya-literasi-di-sekolah): 1 Program satu bulan satu buku dan diskusi hasil resensi buku bagi Guru. Guru sekarang harus menjadi guru di atas rata-rata dengan membaca dan menulis, minimal bisa membaca satu buku dalam satu bulan. Setelah membaca buku, guru diharapkan menulis resensi dari buku yang selesai dibaca, kemudian didiskusikan dalam acara diskusi mingguan atau bulanan. 2 Membaca Senyap 15 menit setiap hari, pada saat pelajaran di kelas dimulai, atau disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Sekolah wajib menyediakan buku non teks pelajaran sebagai bahan bacaan bagi guru dan siswa. Salah satu upaya penumbuhan budi pekerti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai materi baca yang berisikan nilai-nilai moral dalam konteks kebangsaan dan kenegaraaan Indonesia seperti yang terkandung dalam butir-butir Nawacita: nilai-nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

3 Program Perpustakaan kelas atau Pojok Baca. Sekolah membuat program agar setiap kelas memiliki perpustakaan mini atau pojok baca di setiap kelas. Adapun buku-bukunya adalah sumbangan siswa itu sendiri.

4 Pengadaan Buku bacaan berkualitas. Sekolah membuat program untuk membeli buku-buku yang bisa menginspirasi guru dan siswa. 5 Program tahunan Kunjungan ke pameran buku. Sekolah memasukkan kegiatan Kunjungan ke pameran buku ke dalam Program Tahunan. Jadi, guru mengajak siswa-siswinya berkunjung ke pameran buku di kota/daerahnya.

6 Kunjungan ke Perpustakaan Daerah. Secara terjadwal sekolah membuat program Kunjungan ke Perpustakaan Daerah setempat. 7 Kunjungan ke Penerbit terdekat Secara terjadwal sekolah membuat program Kunjungan ke Penerbit setempat, atau penerbit terdekat. Kalau tidak ada penerbit, bisa diganti kunjungan ke toko buku.

8 Tantangan (Challenge). Sekolah membuat program tantangan membaca buku kepada guru dan siswa. Misalnya siapa yang berhasil membaca 100 judul buku dalam satu tahun akan mendapatkan hadiah (reward) 9 Writing Contest dan penerbitan buku. Sekolah membuat lomba menulis buku kepada guru dan siswa. Pihak sekolah akan menerbitkan buku bagi para pemenang.

10 Reading Award. Sekolah memberikan penghargaan reward kepada : Siswa atau guru yang paling rajin membaca diperpustakaan Perpustakaan kelas terbaik Siswa atau guru yang berhasil menerbitkan buku G. Kesimpulan Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. 2. Komponen literasi meliputi Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), dan Literasi Visual (Visual Literacy)

3. Ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA, meliputi lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi);lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMA; dan lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah) 4. 10 Tips Cara Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah : Program satu bulan satu buku dan diskusi hasil resensi buku Membaca Senyap 15 menit setiap hari, pada saat pelajaran di kelas dimulai, atau disesuaikan dengan kondisi sekolah masingmasing. Program Perpustakaan kelas atau Pojok Baca. Pengadaan Buku bacaan berkualitas. Program tahunan Kunjungan ke pameran buku. Kunjungan ke Perpustakaan Daerah. Kunjungan ke Penerbit terdekat Tantangan (Challenge). Sekolah membuat program tantangan membaca buku kepada guru dan siswa. Writing Contest dan penerbitan buku. Reading Award. Sekolah memberikan penghargaan reward kepada : Siswa atau guru yang paling rajin membaca diperpustakaan, Perpustakaan kelas terbaik, dan Siswa atau guru yang berhasil menerbitkan buku

DAFTAR PUSTAKA Cara mengembangkan budaya literasi di Sekolah https://motivatorkreatif.wordpress.com / 2016/02/01/10-caramengembangkan-budaya-literasi-di-sekolah/ Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/infolit.pdf) Glosarium istilah asing Indonesia.(2007). Jakarta: Pusat Bahasa Namin AB Ibnu Solihin 10 Cara Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah https://motivatorkreatif.wordpress.com/2016/02/01/10-caramengembangkan-budaya-literasi-di-sekolah/akses tgl 20 September 2016-10-16 Penjelasan Singkat Gerakan Literasi Sekolah (GLS), http://mangwaskim.blogspot.com/2016/05/penjelasan-singkat-gerakanliterasi.html Sulistyo Basuki, Literasi informasi Sutrianto,dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016